Tahun 2024 Jadi Tahun Kabisat atau Leap Year, Apa Itu?

ADVERTISEMENT

Tahun 2024 Jadi Tahun Kabisat atau Leap Year, Apa Itu?

Nikita Rosa - detikEdu
Minggu, 28 Jan 2024 06:00 WIB
Hand flipping of 2023 to 2024 on wooden block cube for preparation new year change and start new business target strategy concept.
Tahun 2024. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Dilok Klaisataporn)
Jakarta -

Tidak seperti tahun biasa, tahun 2024 akan menjadi tahun kabisat atau leap year. Apa itu dan bagaimana terjadinya?

Tahun kabisat adalah tahun dengan 366 hari di kalender, bukan 365 hari. Tahun kabisat terjadi setiap tahun keempat dalam kalender Gregorian, kalender yang digunakan oleh sebagian besar dunia.

Hari tambahan yang dikenal sebagai hari kabisat, jatuh pada tanggal 29 Februari. Setiap tahun yang habis dibagi empat, misalnya 2020 dan 2024, merupakan tahun kabisat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nama kabisat berasal dari fakta bahwa mulai bulan Maret dan seterusnya, setiap tanggal pada tahun kabisat dimajukan satu hari tambahan dari tahun sebelumnya. Misalnya tanggal 1 Maret 2023 adalah hari Rabu, tetapi tahun 2024 jatuh pada hari Jumat.

Mengapa Perlu Ada Tahun Kabisat?

Tahun kabisat ada karena satu tahun dalam kalender Gregorian sedikit lebih pendek daripada tahun Matahari atau tahun tropis, yaitu jumlah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengorbit matahari sepenuhnya satu kali. Satu tahun kalender panjangnya tepat 365 hari, tetapi satu tahun Matahari kira-kira panjangnya 365,24 hari atau 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 56 detik.

ADVERTISEMENT

Jika tidak memperhitungkan perbedaan ini, maka setiap tahun yang terlewati akan bertambah 5 jam, 48 menit, dan 56 detik. Seiring berjalannya waktu, hal ini akan menggeser waktu terjadinya musim.

Menambahkan hari kabisat setiap tahun keempat akan menghilangkan sebagian besar masalah ini karena panjang satu hari tambahan hampir sama. Namun, sistem ini tidak sempurna, manusia akan memperoleh sekitar 44 menit tambahan setiap empat tahun.

Untuk mengatasi masalah ini, kita melewatkan tahun kabisat setiap seratus tahun kecuali tahun kabisat yang habis dibagi 400, seperti 1600 dan 2000. Secara keseluruhan, tahun kabisat tetap sinkron dengan perjalanan kita mengelilingi Matahari.

Sejarah Tahun Kabisat

Melansir dari Live Science, gagasan tentang tahun kabisat sudah ada sejak tahun 45 SM. ketika kaisar Romawi Kuno Julius Caesar menetapkan kalender Julian, yang terdiri dari 365 hari yang dipisahkan menjadi 12 bulan yang masih kita gunakan dalam kalender Gregorian.

Kalender Julian mencakup tahun kabisat setiap empat tahun tanpa kecuali dan disinkronkan dengan musim di Bumi. Selama berabad-abad, tampaknya kalender Julian bekerja dengan sempurna. Namun pada pertengahan abad ke-16, para astronom memperhatikan bahwa musim dimulai sekitar 10 hari lebih awal dari perkiraan ketika hari libur penting, seperti Paskah, tidak lagi dibarengi dengan peristiwa tertentu, seperti ekuinoks musim semi atau musim semi.

Untuk mengatasi hal ini, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian pada tahun 1582, yang sama dengan kalender Julian tetapi dengan pengecualian tahun kabisat untuk sebagian besar tahun keseratus.

Selama berabad-abad, kalender Gregorian hanya digunakan oleh negara-negara Katolik, seperti Italia dan Spanyol, namun akhirnya diadopsi oleh negara-negara Protestan, seperti Inggris Raya pada tahun 1752.

Karena perbedaan kalender, negara-negara yang kemudian beralih ke kalender Gregorian harus melewatkan hari-hari agar dapat melakukan sinkronisasi dengan negara-negara lain di dunia.




(nir/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads