Jam Kiamat 2024: Bumi Punya Waktu 90 Detik Menuju Kehancuran karena 4 Faktor Ini

ADVERTISEMENT

Jam Kiamat 2024: Bumi Punya Waktu 90 Detik Menuju Kehancuran karena 4 Faktor Ini

Devita Savitri - detikEdu
Jumat, 26 Jan 2024 14:30 WIB
WASHINGTON, DC - JANUARY 24: The 2023 Doomsday Clock is moved ahead of a live-streamed event with members of the Bulletin of the Atomic Scientists on January 24, 2023 in Washington, DC. This year the Doomsday Clock is set at ninety seconds to Midnight (Photo by Anna Moneymaker/Getty Images)
Jam Kiamat 2024 yang menetapkan 90 detik waktu Bumi menuju kehancuran. Foto: Getty Images/Anna Moneymaker
Jakarta -

Bulletin of Atomic Scientist (BAS) merilis data terbaru terkait Jam Kiamat atau Doomsday Clock 2024. Hasilnya dijelaskan bila Bumi punya waktu 90 detik menuju tengah malam, apa maknanya?

Mengutip laman resminya, Jumat (26/1/2024) Jam Kiamat diciptakan dua tahun dari Proyek Manhattan. Proyek ini didirikan oleh Albert Einstein, J Robert Oppenheimer dan ilmuwan lain dari Universitas Chicago di tahun 1945.

Awalnya Proyek Manhattan mengembangkan senjata atom pertama di dunia, hingga dua tahun kemudian Jam Kiamat tercipta. Jam ini menggunakan metafora hitungan mundur menuju tengah malam untuk mengukur seberapa lama peradaban manusia di Bumi bisa bertahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Doomsday Clock juga menjadi indikator yang diakui secara universal terkait kerentanan Bumi terhadap bencana global. Terutama yang disebabkan oleh teknologi buatan manusia.

Pengaturan Jam Kiamat

Masih dari sumber yang sama, Jam Kiamat ditetapkan setiap tahunnya oleh Dewan Sains dan Keamanan BAS. Di tahun 2024 dewan ini melakukan konsultasi dengan Dewan Sponsor yang mencakup sembilan peraih Nobel.

ADVERTISEMENT

Namun bila mengulik sejarahnya Sky News menjelaskan bila hasil Jam Kiamat pertama berkaitan dengan tanggapan terhadap ancaman perang nuklir pada tahun 1940-an. Tepatnya setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada akhir Perang Dunia Kedua.

Awalnya penetapan waktu dilakukan oleh editor BAS, Eugene Rabinowitch. Namun, sejak tahun 1973 dewan mengambil tugas ini.

Jam Kiamat kini bergerak semakin dekat dari tengah malam (waktu bencana dimulai). Pada tahun 1995, jam sempat menunjukkan waktu 14 menit menjelang tengah malam yang dianggap sebagai waktu paling aman dalam sejarah.

Selanjutnya di tahun 1998 jam sudah menunjukkan waktu kurang dari 10 menit menjelang tengah malam. Di abad 20, tepatnya tahun 2020 ilmuwan memajukan jarum jam ke 100 detik menuju tengah malam karena hadirnya Covid-19.

Pembaruan Jam Kiamat paling mengerikan terjadi pada tahun 2023 karena konflik Rusia di mana waktu menunjukkan 90 detik menuju tengah malam. Angka tersebut di tahun 2024 masih bertahan dengan ancaman yang semakin menakutkan.

4 Faktor Ancaman yang Menyebabkan Jam Kiamat 2024

Para Ilmuwan BAS menjelaskan bila alasan mengapa Jam Kiamat disetel menjadi 90 detik menuju tengah malam karena umat manusia terus menghadapi tingkat bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti:

1. Ancaman nuklir

Hingga saat ini ada dua perang besar yang terjadi di dunia. Seperti perang Rusia dan Ukraina yang disebut masih jauh dari akhir karena Rusia memilih untuk menarik ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif yang dilakukan di Moskow.

Hal itu terjadi karena Senat Amerika Serikat terus menolak dan memperdebatkan ratifikasi. Selanjutnya ada perang di Gaza antara Israel dan pejuang Palestina yang terus berpotensi meningkat menjadi konflik Timur Tengah.

Selain itu, Tiongkok, Rusia, dan Amerika Serikat yang menjadi negara berkekuatan nuklir terbesar terus berbelanja senjata nuklir. Hal ini mengancam terjadinya perlombaan senjata nuklir tiga arah karena kini arsitektur pengendalian senjata dunia telah hancur.

2. Perubahan iklim

Pada tahun 2023, Bumi mengalami rekor terpanas sepanjang sejarah dan emisi gas rumah kaca global yang meningkat. Karena hal ini, dunia dinilai sudah menghadapi risiko yang melebihi target perjanjian iklim Paris.

Sebabnya berkaitan dengan kurangnya komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Salah satu cara untuk menghentikan perubahan iklim lebih lanjut, dunia harus mencapai nol emisi karbon dioksida.

3. Ancaman biologis

Revolusi dalam ilmu hayati terus meluas sejak tahun 2023. Salah satu isu yang perlu menjadi perhatian khusus berkaitan dengan konvergensi alat kecerdasan buatan dan teknologi biologis. Bila keduanya terus muncul secara radikal, individu bisa diberdayakan untuk menyalahgunakan biologi.

4. Bahaya AI

Perkembangan teknologi menyebabkan kemajuan dramatis dalam bidang kecerdasan buatan generatif. Sayangnya, hal ini menyebabkan risiko eksistensial sehingga mampu mengalihkan perhatian dari ancaman nyata yang timbul.

Penggunaan AI di berbagai sektor seperti militer perlu menjadi perhatian khusus terutama bila menggunakan senjata nuklir. Bila AI dijadikan sebagai pengatur dalam pengendalian senjata nuklir, ancaman langsung terhadap manusia timbul secara langsung.

Untuk itu, berbagai negara perlu menyadari pentingnya aturan resmi terkait AI dan mulai mengambil berbagai langkah-langkah untuk mengurangi potensi dari dampak buruk yang ditimbulkan.

Meskipun banyak ancaman yang timbul, setiap orang di Bumi memiliki kesempatan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana global akibat senjata nuklir, perubahan iklim, hingga kemajuan teknologi. Tetapi, pemimpin negara lebih berperan penting terkait hal ini.

"Ini adalah tugas para pemimpin dan negara yang bekerja sama dalam keyakinan bersama bahwa ancaman yang sama memerlukan tindakan bersama," tulis BAS dalam laporan resminya.

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah tiga negara besar dunia yakni Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia untuk mengambil tanggung jawab atas bahaya nyata yang dihadapi dunia saat ini. Mereka harus melakukannya, dengan kejelasan dan keberanian karena Bumi berada di 90 detik menuju tengah malam.




(det/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads