Laki-laki di Korsel Banyak yang Meninggal karena Kesepian, Ini Studinya

ADVERTISEMENT

Laki-laki di Korsel Banyak yang Meninggal karena Kesepian, Ini Studinya

fahri zulfikar - detikEdu
Sabtu, 20 Jan 2024 19:00 WIB
Ilustrasi bendera Korea Selatan
Ilustrasi Korsel Foto: Ilustrasi
Jakarta -

Penelitian dari seorang profesor kedokteran forensik di Universitas Nasional Pusan (PNU), Na Joo-young, menunjukkan bahwa banyak laki-laki di Korea Selatan (Korsel) meninggal karena kesepian.

Temuan ini didasarkan pada 664 otopsi forensik dari tahun 2017 hingga 2021. Tahun tersebut merupakan periode yang sama ketika Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan melakukan studi resmi pertamanya mengenai kematian karena kesepian.

Menurut data dari 128 sampel, 108 di antaranya adalah laki-laki dan 20 lainnya adalah perempuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


85 Persen Laki-laki Paruh Baya Meninggal karena Kesepian

Berdasarkan usia, individu berusia 50-an menyumbang 51 kasus (40 persen). Mereka yang berusia 60-an menyumbang 30 kasus dan mereka yang berusia 40-an menyumbang 28 kasus.

Sementara individu berusia 20-an dan 30-an merupakan kelompok terkecil dari total kasus, dengan delapan kasus, sebagaimana dikutip dari Korean Herald.

ADVERTISEMENT

Angka tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 85 persen laki-laki paruh baya meninggal karena kesepian. Diketahui, dibutuhkan rata-rata lebih dari tiga minggu untuk menemukan jenazah laki-laki yang kesepian.


Penyebab Kesepian

Undang-undang tentang Pencegahan dan Penanganan Kematian Kesepian di Korsel telah mendefinisikan istilah "lonely deaths" atau kematian akibat kesepian, sebagai kondisi dengan penyebab karena beberapa hal.

Mulai dari meninggal sendirian setelah tidak lagi berhubungan dengan teman atau keluarga, dan jenazahnya tidak ditemukan setidaknya selama tiga hari. Fenomena ini juga disebut sebagai "kematian sendirian" atau "kematian tanpa pengawasan".

Laporan dari studi juga menyatakan bahwa perubahan dalam struktur keluarga tradisional juga memengaruhi. Misalnya seperti tingginya tingkat perceraian dan keterasingan.

Sebagai informasi, di Korsel telah mengalami peningkatan tajam dalam jumlah orang yang meninggal sendirian selama lima tahun terakhir dari 2.412 pada 2017 menjadi 3.378 pada 2022.

Kemudian pada 2018, angka tersebut mencapai 3.048, turun menjadi 2.949 pada 2019. Namun, kembali meningkat menjadi 3.279 pada tahun 2020. dan 3.378 pada 2021.


Apa yang Menyebabkan Banyak Orang Kesepian di Korea Selatan?

Mengutip CNN Internasional, Korsel merupakan salah satu dari beberapa negara Asia yang menghadapi penurunan demografi, dengan jumlah bayi yang lebih sedikit dan melahirkan di usia yang lebih tua.

Bahkan angka kelahiran di negara ini terus menurun sejak tahun 2015 dan para ahli menyalahkan berbagai faktor seperti tuntutan budaya kerja, kenaikan biaya hidup, dan stagnasi upah sebagai penyebab hilangnya peran sebagai orang tua.

Pada saat yang sama, jumlah angkatan kerja menyusut. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa tidak akan ada cukup pekerja untuk mendukung populasi lansia yang membengkak di bidang-bidang seperti layanan kesehatan dan bantuan rumah.

Beberapa dampak dari distribusi usia yang tidak merata ini menjadi jelas, yakni jutaan penduduk lanjut usia berjuang untuk bertahan hidup sendiri.

Selain itu, pada 2016, menurut Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), lebih dari 43% warga Korea berusia di atas 65 tahun berada di bawah garis kemiskinan.

Peneliti senior di Pusat Kesejahteraan Seoul, Song In-joo, mengatakan kehidupan warga Korsel paruh baya dan lanjut usia dengan cepat memburuk.

"Jika mereka dikeluarkan dari pasar tenaga kerja dan perumahan dan ini adalah penyebab utama kematian," ucapnya dalam sebuah studi tahun 2021 tentang kematian karena kesepian.




(faz/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads