Presiden Chungbuk National University Chang-Seop Koh mengakui penurunan populasi berdampak pada sektor pendidikan tinggi Korea Selatan.
Namun, ia menolak cara instan untuk meresponsnya seperti merekrut mahasiswa internasional sebanyak mungkin karena berisiko pada penurunan kualitas pendidikan tinggi itu sendiri.
Ia mencontohkan, pada dasarnya sejumlah kampus di Korsel ada kecenderungan untuk meluluskan mahasiswa internasional kendati hasil akademik yang dicapai buruk.
"Di negara ini, biasanya kami sangat berbaik hati setelah mereka diterima masuk universitas," tuturnya pada Pola Lem dalam laman Times Higher Education.
Koh menambahkan, ia juga mendapati adanya pola pemberian gelar diploma pada mahasiswa PJJ luar negeri yang diyakini tidak menguasai perkuliahan. Para mahasiswa ini biasanya tidak dapat mengikuti perkuliahan dengan baik karena keterbatasan kemampuan bahasa Korea sehingga tidak bisa mempraktikkan hasil belajarnya.
"Kadang saya sampaikan ke dosen-dosen saya, ini namanya jualan gelar. Ini sangat jauh yang seharusnya universitas ini lakukan," kata Koh.
"Saat ini, universitas-universitas di negara ini punya masalah keuangan dan menerima para mahasiswa yang tidak memenuhi standar kualifikasi. Ini masalah yang sangat, sangat besar," sambungnya.
Koh menjelaskan, praktik tersebut dalam jangka panjang akan berdampak buruk pada pendidikan tinggi di Korea Selatan. Sebab, penurunan kualitas pendidikan tinggi di kampus akan turut mengurangi kepercayaan calon mahasiswa internasional baru untuk berkuliah di sana.
Populasi Turun, Uang Kuliah Sama
Statistik Korea mencatat populasi penduduk Korea Selatan menurun 8.205 jiwa pada Juni 2023 dibanding bulan sebelumnya. Di bulan tersebut, 18.615 bayi lahir, sedangkan kematian mencapai 26.820 jiwa.
Penurunan di atas merupakan yang tertajam sejak Juni 1981, tahun pertama Pemerintah Korea Selatan mengumpulkan data tersebut, dikutip dari Korea Times. Jumlah kematian meningkat 7,6 persen dibanding 2022, memperpanjang tren kematian melampaui angka kelahiran selama 44 bulan berturut-turut.
Sedangkan angka kelahiran bayi turun 1,6 persen, memperpanjang penurunan tahun-ke-tahun selama 91 bulan berturut-turut. Akibatnya, Korea Selatan mengalami penurunan populasi kumulatif 52.032 jiwa selama 6 bulan pertama di 2023.
CNU sendiri masuk jajaran 10 universitas unggul di Korea Selatan. Namun, universitas ini bukan yang paling elit di negara tersebut.
Lokasi CNU juga dinilai relatif jauh dari kota favorit pelajar, Seoul, sekitar 1 jam lebih perjalanan dengan kereta ekspres.Untuk itu, Koh mengatakan, kampusnya memberlakukan biaya kuliah yang sama selama 10 tahun terakhir.
Agar pendapatan cukup, CNU juga menerima mahasiswa internasional. Kebanyakan di antaranya dari China, kemudian Vietnam, Mongolia, dan Uzbekistan.
Mengatasi Risiko Penurunan Kualitas
Koh menuturkan, agar kualitas pendidikan tinggi kampusnya tidak turun akibat kendala bahasa, ia berstrategi untuk menarik lebih banyak mahasiswa asing unggul untuk masuk sekolah pascasarjana CNU ketimbang mahasiswa internasional jenjang sarjana.
Sebab, mahasiswa pascasarjana bisa mengambil kelas berbahasa Inggris, beda dengan mahasiswa S1 yang wajib kuliah berbahasa Korea.
"Saya membimbing lebih dari 15 mahasiswa doktoral. Sekarang mereka jadi dosen di China, Finlandia, dan lain-lain. Kalau saya minta mereka belajar bahasa Korea, mereka akan meninggalkan universitas ini. Ini masalah," tuturnya.
Di sisi lain, ia tetap berharap mahasiswa internasional belajar dan mencapai kemampuan tingkat dasar bahasa Korea. Kemampuan ini akan membantu mahasiswa internasional membeli tiket kereta untuk main ke Seoul, memesan makanan di restoran, dan lain-lain, meskipun syarat bahasa Korea tidak wajib untuk lulus.
Beasiswa Pascasarjana
Koh menuturkan CNU belum mengalami penurunan jumlah mahasiswa akibat penurunan populasi. Namun, agar pendapatan ke depan stabil, ia menilai ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan, termasuk beasiswa penuh pascasarjana.
Ia mencontohkan, pihak kampus menyediakan beasiswa penuh bagi mahasiswa pascasarjana. Mahasiswa ini juga akan menerima tunjangan hidup dari anggaran penelitian dosen masing-masing.
Mahasiswa yang memenuhi syarat lalu bisa memilih program 3+2, yaitu studi di kampus asal 3 tahun dan CNU 2 tahun. Dalam 6 bulan di Chungbuk, ia akan terdaftar sebagai mahasiswa S2. Mahasiswa yang lanjut PhD akan dapat dukungan finansial penuh.
Cara di atas menurut Koh mampu mendatangkan lebih dari 500 mahasiswa baru ke CNU.
Internasionalisasi
CNU baru-baru ini terpilih sebagai universitas glokal (global + lokal) Korea Selatan. Bersama 9 kampus lain, perguruan tinggi ini menerima hibah 100 miliar won selama 5 tahun.
Rencana CNU sebagai kampus glocal antara lain merger dengan Korea National University of Transportation (KNUT) mulai musim semi 2026.
Ini artinya, kampus CNU di Chungbuk akan fokus pada semikonduktor, bioteknologi, dan seni dan sains. Sementara kampus hasil merger akan fokus pada studi lanjutan masa depan seperti mobilitas masa depan, baterai, dan pariwisata.
Rencana di atas juga selaras dengan tugas CNU ke depan untuk mengangkat daerah setempat, dengan output publikasi yang bisa dimanfaatkan bisnis dan warga.
"Kalau universitas ini ingin bertahan dalam jangka panjang, kita harus beralih ke universitas yang berorientasi pada riset, yang bisa memberikan keterampilan teoritis dan praktis, khususnya untuk wilayah ini," pungkasnya.
(twu/pal)