Resmi! Badan Cuaca PBB Nyatakan Suhu 2023 Rekor Terpanas Sejak 1850

ADVERTISEMENT

Resmi! Badan Cuaca PBB Nyatakan Suhu 2023 Rekor Terpanas Sejak 1850

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Senin, 15 Jan 2024 10:55 WIB
Suhu terpanas di Bumi - temperatur di Death Valley AS mencapai 54,4 derajat celsius
Foto: BBC Magazine
Jakarta - World Meteorological Organization (WMO) alias badan cuaca dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah resmi menyatakan tahun 2023 tahun terpanas sejak masa pra-industri. Sah mencatatkan rekor suhu terpanas sejak tahun 1850.

Enam kumpulan data internasional terkemuka yang digunakan untuk memantau suhu global dan dikonsolidasikan oleh WMO menunjukkan bahwa suhu global rata-rata tahunan adalah 1,45 Β± 0,12 Β°C di atas suhu pra-industri (1850-1900) pada tahun 2023. Suhu global setiap bulan antara bulan Juni dan Desember 2023 mencapai rekor baru. Catatan bulanan. Juli dan Agustus adalah dua bulan terpanas yang pernah tercatat.

"Perubahan iklim adalah tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia. Hal ini berdampak pada kita semua, terutama mereka yang paling rentan," kata Sekretaris Jenderal WMO Prof Celeste Saulo dalam situs resmi WMO yang dirilis 12 Januari 2024, ditulis Senin (15/1/2024).

"Kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kami sudah mengambil tindakan tetapi kami harus berbuat lebih banyak dan harus melakukannya dengan cepat. Kita harus melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca secara drastis dan mempercepat transisi ke sumber energi terbarukan," imbuh Saulo.

Saulo memaparkan, peralihan dari pendinginan La NiΓ±a ke pemanasan El NiΓ±o pada pertengahan tahun 2023 jelas tercermin pada kenaikan suhu dibandingkan tahun 2022 lalu.

"Mengingat El NiΓ±o biasanya memiliki dampak terbesar terhadap suhu global setelah mencapai puncaknya, tahun 2024 bisa menjadi lebih panas lagi," katanya mewanti-wanti.

Ditambahkan Saulo, meskipun peristiwa El NiΓ±o terjadi secara alami dan datang dan pergi dari tahun ke tahun, perubahan iklim jangka panjang semakin meningkat, dan hal ini jelas disebabkan oleh aktivitas manusia. Krisis iklim memperburuk krisis kesenjangan.

"Hal ini mempengaruhi semua aspek pembangunan berkelanjutan dan melemahkan upaya untuk mengatasi kemiskinan, kelaparan, kesehatan yang buruk, pengungsian, dan degradasi lingkungan," kata Prof Saulo yang menjadi Sekretaris Jenderal WMO pada 1 Januari 2024.

Metode Pengumpulan Data WMO

Angka konsolidasi WMO didasarkan pada enam kumpulan data internasional untuk memberikan penilaian suhu yang kredibel. WMO menggunakan kumpulan data berdasarkan data klimatologi dari situs pengamatan, kapal, dan pelampung di jaringan kelautan global, yang dikembangkan dan dikelola oleh:

  • National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat (Periode 1850-2023)
  • Goddard Institute for Space Studies milik NASA (NASA GISS) (Periode 1880-2023)
  • Met Office Hadley Center dan Unit Penelitian Iklim Universitas East Anglia (HadCRUT) Inggris (Periode 1850-2023)
  • Kelompok Berkeley Earth (Periode 1850-2023)
  • Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa dan Layanan Perubahan Iklim Copernicus (Periode 1940-2023)
  • Badan Meteorologi Jepang (JMA) (Periode 1958-2023)

Analisis ulang menggabungkan jutaan pengamatan meteorologi dan kelautan, termasuk dari satelit, menggunakan model cuaca untuk menghasilkan analisis ulang atmosfer secara menyeluruh. Kombinasi pengamatan dengan nilai yang dimodelkan memungkinkan untuk memperkirakan suhu kapan saja dan di mana saja di seluruh dunia, bahkan di wilayah dengan data terbatas seperti wilayah kutub.

Tahun 2023 menduduki peringkat sebagai tahun terpanas di keenam kumpulan data.

Berdasarkan enam kumpulan data, suhu rata-rata sepuluh tahun pada tahun 2014-2023 adalah 1,20 Β±0,12Β°C di atas rata-rata tahun 1850-1900, dengan memperhitungkan margin ketidakpastian.

"Tindakan umat manusia sedang menghanguskan bumi. Tahun 2023 hanyalah pratinjau dari bencana masa depan yang menanti jika kita tidak bertindak sekarang. Kita harus merespons kenaikan suhu yang memecahkan rekor dengan tindakan terobosan," demikian ditambahkan Sekretaris Jenderal PBB AntΓ³nio Guterres.

"Kita masih bisa menghindari bencana iklim terburuk. Namun hanya jika kita bertindak sekarang dengan ambisi yang diperlukan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius dan mewujudkan keadilan iklim," katanya dalam sebuah pernyataan.

Pemantauan suhu global dalam jangka panjang hanyalah salah satu indikator iklim dan perubahannya. Indikator penting lainnya mencakup konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, panas dan pengasaman laut, permukaan laut, luasan es laut, dan keseimbangan massa gletser.

Banyak Rekor Dipecahkan di 2023

Laporan sementara WMO tentang Keadaan Iklim Global pada tahun 2023, yang diterbitkan pada tanggal 30 November, menunjukkan bahwa banyak rekor telah dipecahkan.

Suhu permukaan laut sangat tinggi hampir sepanjang tahun, disertai gelombang panas laut yang parah dan merusak. Luas es laut Antartika merupakan yang terendah yang pernah tercatat, baik untuk nilai minimum akhir musim panas di bulan Februari maupun nilai maksimum akhir musim dingin di bulan September.

Perubahan jangka panjang dalam iklim Bumi ini terjadi melalui cuaca sehari-hari. Pada tahun 2023, panas ekstrem berdampak pada kesehatan dan memicu kebakaran hutan yang dahsyat. Curah hujan yang tinggi, banjir, siklon tropis yang semakin intensif meninggalkan jejak kehancuran, kematian dan kerugian ekonomi yang sangat besar.

WMO akan menerbitkan laporan final Keadaan Iklim Global 2023 pada bulan Maret 2024. Laporan ini akan mencakup rincian dampak sosio-ekonomi terhadap ketahanan pangan, pengungsian, dan kesehatan.




(nwk/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads