Miris! 12 Persen Burung di Dunia Ternyata Punah karena Manusia

ADVERTISEMENT

Miris! 12 Persen Burung di Dunia Ternyata Punah karena Manusia

Nimas Ayu - detikEdu
Minggu, 31 Des 2023 17:00 WIB
This photo taken on December 25, 2022 shows a pair of Eastern Sarus cranes that were captively-bred at Nakhon Ratchasima Zoo after being released at Huai Chorakhe Mak reservoir in the eastern Thai province of Buriram. - As the sun came up 13 endangered Thai Eastern Sarus cranes were released, noisily flapping over rippling waters in northeastern Thailand, the latest effort to revive the feathered species. (Photo by Lillian SUWANRUMPHA / AFP) / To go with THAILAND-ENVIRONMENT-BIRD,SCENE
Foto: AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA/Burung Langka yang Terancam Punah karena Manusia
Jakarta -

Para ilmuwan melaporkan bahwa sudah ada sekitar 12 persen burung dunia yang punah akibat aktivitas manusia. Laporan ini telah terbit di jurnal Nature Communications pada 19 Desember 2023 lalu.

Dikutip dari The Guardian, diketahui bahwa sejak periode atau zaman Pleistosen Akhir, sudah ada sekitar 1.430 spesies burung yang telah punah. Ini artinya, kepunahan sudah terjadi selama 120.000 tahun terakhir.

Peneliti mencatat, bahwa jumlah burung punah yang diketahui dari fosilnya adalah sekitar 640 spesies. Mereka mengidentifikasinya menggunakan fosil atau catatan lain.

Perkiraan jumlah ini juga mencatat spesies burung sisanya yang tanpa bukti catatan atau fosil, hingga disebut kepunahan gelap.

"Kami tahun kami telah kehilangan burung ikonik, tetapi kami ingin mendapatkan perkiraan yang lebih rinci tentang kepunahan burung tersebut," kata Dr Rob Cooke, penulis utama dalam penelitian tersebut.

Banyak Spesies Burung yang Punah di Selandia Baru

Untuk mengetahui jumlah kepunahan yang tidak teridentifikasi, Cooke dan timnya mengekstrapolasi dari 640 spesies burung menggunakan model statistik.

Model ini mengambil negara Selandia Baru sebagai tempat hilangnya spesies burung. Sebab, berdasarkan data, ditemukan adanya banyak spesies burung yang punah di Selandia Baru.

"Selandia Baru adalah patokan, dengan memiliki catatan burung paling lengkap berdasarkan fosil yang ditemukan, tidak ada yang tidak teramati di Selandia Baru," jelas peneliti.

Dengan begitu, tim membuat perkiraan berapa banyak spesies yang mungkin hidup di sebuah pulau. Mereka mengurangi jumlah kepunahan yang diketahui, dan burung hidup yang tersisa. Namun mereka belum mendapatkan hasil jumlah yang pasti.

Penyebab dan Dampak Kepunahan Burung

Penelitian ini berfokus pada populasi burung pulau karena burung yang tidak bermigrasi tidak dapat dengan mudah menyebar.

"Pulau adalah tempat terbaik untuk mempelajari kepunahan, 90 persen kepunahan terjadi di pulau-pulau, karena burung pulau tidak punya habitat lain untuk pergi," ujar Cooke.

Cooke berpendapat, bahwa deforestasi, perburuan liar berlebihan, kebakaran, dan invasif spesies menjadi penyebab utama hilangnya spesies burung.

Meski kini tim baru mengetahui ada 1.430 spesies yang punah, tapi hal tersebut bisa bertambah seiring berjalannya waktu.

"Angkanya bisa lebih tinggi, mungkin sampai 2.000, tapi kami ingin bersikap konservatif," jelas Cooke.

Kepunahan terbesar adalah pada abad ke-14. Pada masa itu, terdapat spesies burung di Pasifik yang punah hampir 100 kali tingkat kepunahan alami. Kondisi itu dipengaruhi oleh aktivitas pemukiman manusia yang menyebabkan deforestasi.

Kerugian Besar bagi Manusia

Jumlah kepunahan yang tinggi tersebut tentu membawa kerugian bagi manusia, terutama dalam pemahaman tentang kekayaan spesies burung, keanekaragaman ekologi, dan sejarah evolusi. Bahkan dalam hal ini peran penting dari para burung di lingkungan juga menghilang.

Seperti yang diketahui, bahwa burung berperan penting dalam ekosistem Bumi untuk penyebaran benih, menyerbuki tanaman, membersihkan bangkai, dan membantu menyuburkan terumbu karang atau tanah dengan kotorannya.

Beberapa spesies burung yang diketahui punah adalah seperti burung gajah (Aepyornithidae) Madagaskar yang berperan dalam keanekaragaman tanaman dan dinamika ekosistem. Lalu ada elang Haast (Hieraaetus moorei) dan parkit Seychelles (Psittacula wardi).

"Penelitian ini menunjukkan bahwa kita telah salah mengukur krisis kepunahan burung. Sebagian besar burung memiliki tulang yang sangat kecil dan tidak mudah menjadi fosil, banyak pulau yang tidak kondusif, dan tidak ada pencarian fosil sama sekali," ucap Dr Alexander Lees, dari Manchester Metropolitan University.

Sementara itu, penelitian sebelumnya dari jurnal Ecography tahun 2021 memperkirakan bahwa dunia beresiko kehilangan 669 hingga 738 spesies burung selama beberapa ratus tahun ke depan.

Hal itu bisa terjadi karena adanya peningkatan krisis iklim, berkurangnya sumber makanan, dan deforestasi.

Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa masa depan kehidupan spesies burung di dunia berada di tangan manusia. Maka peneliti mengatakan bahwa setiap manusia perlu meningkatkan upaya perlindungan terhadap mereka.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads