Setiap tahun pada waktu-waktu tertentu seperti musim dingin, banyak spesies burung akan bermigrasi dari lokasi satu ke lokasi lainnya. Migrasi menjadi perjalanan yang panjang dan penuh tantangan. Namun, akhir-akhir ini, migrasi bisa mengancam burung-burung. Kenapa ya?
Sebuah studi baru-baru ini mengungkap adanya ancaman yang mengintai burung-burung saat bermigrasi. Salah satunya, karena adanya tantangan akibat pemanasan global.
Studi baru yang dipimpin oleh peneliti Zoological Society of London (ZSL) dan Imperial, mengatakan bahwa sekitar 200 spesies burung yang bermigrasi, termasuk burung walet dan burung elang, terkena dampak angin topan dan kekeringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut peneliti, burung-burung tersebut rentan akan adanya cuaca ekstrem ini. Terlebih, kejadian cuaca ekstrem akan semakin parah seiring dengan perubahan iklim.
182 Spesies Burung Sangat Rentan dengan Cuaca Ekstrem
Tim peneliti menggabungkan data angin siklon dan kekeringan global selama hampir 30 tahun dengan informasi tentang 383 spesies burung yang bermigrasi penuh.
Kemudian, mereka mengidentifikasi 182 spesies sangat rentan terhadap siklon atau kekeringan baik di wilayah perkembangbiakan maupun wilayah musim dingin mereka. Selain itu, ada juga 67 spesies sangat terpapar angin topan serta kekeringan dalam rentang tunggal.
Peneliti melihat penurunan yang mengkhawatirkan dalam populasi spesies yang bermigrasi di seluruh dunia.
"Pengamat burung Eropa mencatat semakin sedikit burung berkicau yang kembali dari daerah musim dingin setiap musim semi," kata Rhys Preston-Allen, dikutip dari laman resmi Imperial College London.
Para peneliti pun memperingatkan bahwa peluang konservasi untuk melindungi burung-burung ini mungkin akan terlewatkan.
Perjalanan Jauh untuk Menghubungkan Ekosistem Dunia
Melalui penelitian yang dipublikasikan di jurnal Global Ecology and Biogeography, para ahli mengidentifikasi bahwa spesies burung yang bermigrasi sepenuhnya sangat rentan terhadap peristiwa iklim ekstrem.
Bahkan, Preston-Allen sebagai mahasiswa PhD di Departemen Ilmu Hayati, mengatakan, perjalanan yang dilakukan oleh spesies yang bermigrasi merupakan kondisi yang penting.
Menurutnya, migrasi dilakukan oleh para hewan sebagai strategi keberlangsungan hidup mereka. Umumnya, hewan yang melakukan migrasi untuk memenuhi ketersediaan pangan mereka.
"Sayangnya 'biaya' yang harus mereka keluarkan lebih besar daripada hasilnya. Tren ini tidak hanya membahayakan spesies burung yang terlibat, namun juga mengancam seluruh jaringan ekosistem global yang bergantung pada migrasi mereka," ujar Preston-Allen.
Di sisi lain, aktivitas migrasi suatu hewan berdampak pada ekosistem mereka. Seperti yang dilakukan angsa ketika memindahkan benih mereka, di sisi lain mereka juga meningkatkan keragaman hayati dan kesuburan tanah.
Sementara burung walet yang terbang melintasi langit Inggris pada musim semi dan musim panas dapat mengendalikan serangga dan melindungi tanaman baik di Eurasia dan musim dingin di Afrika.
Namun, lebih dari 95 persen populasi di kedua wilayah tersebut pernah mengalami kekeringan ekstrem selama 30 tahun terakhir sehingga menyebabkan spesies-spesies tersebut rentan.
Pentingnya Migrasi Burung Secara Global
Peneliti senior dari Institut Zoologi ZSL, Nathalie Pettorelli, mengatakan, manusia tidak bisa mengabaikan migrasi burung yang sangat penting bagi ekosistem.
"Kita tidak dapat mengabaikan betapa pentingnya migrasi bagi kesehatan ekosistem global. Burung-burung ini melakukan perjalanan jauh tiap tahun untuk bereproduksi dan bertahan hidup di bulan-bulan dingin serta menghubungkan ekosistem dunia," ucapnya.
"Mereka memberikan manfaat ekosistem yang penting termasuk pengendalian hama dan penyerbukan tanaman, dan terkadang juga berperan sebagai sumber makanan utama bagi satwa liar setempat," tambah Pettorelli.
Atas kondisi ini, para peneliti menyerukan perlunya upaya konservasi gabungan di tempat musim dingin dan berkembang biak burung-burung yang bermigrasi.
Hal ini karena sebanyak 29 persen wilayah habitat musim dingin di wilayah timur telah dilanda topan selama 30 tahun terakhir.
Selain itu, hampir semua wilayah perkembangbiakan musim dingin burung elang berwajah abu-abu telah mengalami kekeringan pada periode yang sama. Hal ini juga diperparah dengan adanya perubahan iklim.
Nathalie Pettorelli menekankan perlunya upaya global untuk mengatasi akar permasalahan ini. Mulai dari segi pengurangan emisi gas rumah kaca secara global dan pengambilan keputusan untuk memperjuangkan alam dan ekosistemnya.
"Dalam perjuangan melawan perubahan iklim, manusia dan satwa liar adalah sekutu, yang kita butuhkan hanyalah kemauan politik untuk membawa kita ke sana," tutur Pettorelli.
(faz/faz)