Tim arkeolog menemukan jejak benteng berusia 8.000 tahun yang dibangun manusia pemburu-pengumpul (hunter-gatherer). Dengan benteng Babilonia yang baru muncul sekitar 2.000 tahun kemudian, benteng di wilayah Ob, Siberia ini ini adalah benteng pertama dan tertua di dunia.
Dilansir Science, benteng ini memiliki ruang dalam yang cukup untuk menampung puluhan orang di permukiman kuno Amnya tersebut. Fondasi dan tembok tanahnya membantu menghangatkan warga Zaman Batu itu, khususnya selama musim dingin.
Peneliti memperkirakan, tembok tanah setinggi beberapa meter dan pagar kayu (palisade) di benteng itu juga berfungsi pertahanan. Jejak kebakaran habis di situs benteng tersebut menandakan adanya konflik atau kekerasan antarkelompok, seperti dipublikasi peneliti Henny Piezonka dan rekan-rekan di jurnal Antiquity.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Benteng dari 8.000 Tahun Lalu
Semula, kelompok pemburu-pengumpul diperkirakan ahli tidak butuh semacam benteng dalam kesehariannya. Jejak benteng dan rumah tertua diperkirakan muncul bersamaan dengan kebudayaan bercocok tanam dan beternak.
Namun, penanggalan karbon mendapati benteng di Amnya berasal dari sekitar 6000 SM. Di kawasan Zaman Batu paling utara di Eurasia tersebut, manusia saat itu masih melakukan praktik berburu dan mengumpulkan makanan.
Untuk mengidentifikasi usia benteng Amnya, peneliti melakukan penanggalan radiokarbon terhadap temuan tulang dan tembikar setempat yang berasal dari hewan purba.
"Melalui pemeriksaan arkeologi terperinci di Amnya, kami mengumpulkan sampel untuk penanggalan radiokarbon, memastikan usia prasejarah situs tersebut, dan menjadikannya sebagai benteng tertua di dunia," jelas Tanja Schreiber, arkeolog dari Institut Arkeologi Prasejarah di Freie UniversitΓ€t dan salah satu penulis studi, dikutip dari laman kampus.
Kehidupan Pemburu-Pengumpul Makanan
Schreiber menjelaskan, berdasarkan pengujian stratigrafi dan paleobotani pada situs tersebut, warga pemburu-pengumpul makanan di Amnya 8.000 tahun lalu hidup berkecukupan di kawasan taiga. Mereka menangkap ikan pike dan salmon dari Sungai Amnya, berburu rusa dan rusa elk dengan tombak berujung batu, dan menyimpan kelebihan minyak ikan serta daging di tembikar berhias.
Tim peneliti menemukan sekitar 45 wadah tembikar di komplek Amnya, sebagian mempunyai alas runcing dan sebagian lagi datar. Penelitian sebelumnya juga menemukan potongan-potongan tulang hewan, di antaranya dari elk, rusa, dan berang-berang.
Temuan benteng di Siberia dan permukiman pemburu-pengumpul di semenanjung Korea hingga Skandinavia menunjukkan bahwa hidup menetap juga menjadi opsi bagi manusia prasejarah ketika ekosistem memungkinkan. Dalam konteks ini, mereka dimudahkan dengan keberadaan sumber daya akuatik di sungai, hewan yang bermigrasi, dan sumber daya di taiga Siberia, tipe hutan boreal yang didominasi oleh pepohonan jenis konifera.
(twu/twu)