Nobar Keluarga Berdampak Positif untuk Keterampilan Literasi Anak, Ini Studinya

ADVERTISEMENT

Nobar Keluarga Berdampak Positif untuk Keterampilan Literasi Anak, Ini Studinya

Noor Faaizah - detikEdu
Kamis, 21 Des 2023 08:30 WIB
Cheerful asian family relaxing at home watching tv
Foto: Getty Images/filadendron/Ilustrasi nobar keluarga
Jakarta -

Era digital seperti saat ini membuat anak-anak dihadapkan pada berbagai bentuk hiburan, termasuk tayangan televisi dan film. Tak jarang, keterpaparan mereka terhadap layar menjadi lebih sering dibandingkan dengan interaksi keluarga.

Baru-baru ini, sebuah studi menghubungkan bagaimana keterpaparan layar itu dilakukan bersama-sama oleh keluarga, antara orang tua dan anak misalnya. Ternyata hasilnya tak diduga, bahwa ada peluang meningkatkan literasi anak setelah nonton bareng keluarga.

Sebuah studi yang terbit di jurnal Nature Human Behaviour, pada 13 November 2023, meninjau lebih dari 100 penelitian, termasuk 1,9 juta anak-anak dan remaja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil peninjauannya, ditemukan bahwa, secara keseluruhan, hanya ada sedikit hubungan antara screentime dan sejumlah hasil, termasuk literasi dan kesehatan.

Adanya Dampak Positif Nobar Keluarga

Peneliti asal Australia, Taren Sanders bersama rekan-rekannya, mengamati secara lebih rinci jenis aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak baik yang dilakukan sendiri atau bersama orang tua.

ADVERTISEMENT

Hasilnya, terdapat hubungan negatif antara anak-anak yang menonton layar sendiri dengan keterampilan baca-tulis mereka.

Sementara mereka yang menonton bersama orang tuanya memiliki relevansi positif atas 'screentime' dan literasi.

Atas hasil ini, para peneliti menyoroti hubungan yang dimiliki oleh anak-anak saat menonton layar kaca.

Orang Tua Berperan Penting untuk Bangun Interaksi Anak

Ahli patologi wicara dan dosen di Harvard Graduate School of Education, Rebecca Rolland, Ed.D., mengatakan, orang tua memiliki peran penting untuk meluangkan waktu bersama anak-anak seperti menonton film atau kartun favorit mereka bersama-sama.

Orang tua jadi memiliki kesempatan untuk memeriksa pendapat anak-anak terhadap apa yang mereka tonton.

"Ketika orang tua terlibat dalam tayangan bersama anak-anak, mereka dapat bertanya-tanya tentang cerita, karakter, atau nilai-nilai yang ada dalam film atau acara televisi," ucapnya dikutip dari Psychology Today.

Obrolan atau diskusi yang tercipta saat nobar akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan keterampilan bahasa anak-anak.

Hubungan Negatif antara Penggunaan Media Sosial dan Depresi

Di sisi lain, penelitian ini juga menemukan hubungan negatif yang jelas antara penggunaan media sosial dan depresi.

Menurut Ahli Bedah Umum, Dr. Vivek Murthy, hal ini juga penting, terutama karena hal ini sejalan dengan banyak penelitian dan diskusi baru-baru ini mengenai krisis kesehatan mental remaja dan media sosial.

"Pada titik ini kita tidak memiliki cukup bukti untuk menyatakan dengan yakin bahwa media sosial cukup aman untuk anak-anak kita," ujarnya.

Murthy merujuk pada penelitian yang menunjukkan bahwa hampir 95 persen remaja Amerika Serikat menggunakan media sosial.

Sementara studi lain menemukan bahwa remaja yang menggunakannya lebih dari tiga jam sehari mengalami tingkat depresi dan kecemasan dua kali lipat dibandingkan mereka yang lebih sedikit menggunakan media sosial.

Oleh karena itu, orang tua berperan menjalin interaksi lebih dalam dengan anak-anak.

Terlebih dengan anak-anak yang berusia dua setengah tahun ke bawah, karena kemungkinan besar mereka mengalami kesulitan membedakan kenyataan dan fiksi di layar.

Bagi mereka, waktu pemakaian perangkat lebih bermasalah terutama jika hal itu menghilangkan interaksi dengan orang-orang di kehidupan nyata.

Kualitas Interaksi Lebih Penting Dibanding Durasi

Sebagai ahli patologi wicara, Rebecca Rolland, kerap dimintai nasehat oleh para orang tua terkait berapa batas waktu untuk screentime anak-anak.

Akan tetapi, dalam konteks ini, Rolland melihat situasi screentime yang berbeda-beda. Ada percakapan yang dilakukan via Zoom, memainkan games Roblox dengan teman, atau sekadar membuat video TikTok bersama.

Rolland mengingatkan bahwa semua aktivitas tersebut terjadi di layar dan menyebabkan pertambahan screen time, tetapi sebenarnya tiap aktivitas tersebut memengaruhi anak dengan cara yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, sebagai bentuk refleksi Rolland menyarankan orang tua mempertanyakan pertanyaan tentang "Apa hubungan dan percakapan yang dilakukan anak saya di layar kaca?" alih-alih pertanyaan "Berapa lama screentime yang harus dimiliki anak saya?".

"Percakapan dan interaksi memainkan peran penting karena orang tua dapat membantu anak-anak memperhatikan konten yang ada di layar kaca. Orang tua juga bisa melihat apa yang terjadi setelah menonton film atau video game," paparnya.

Menurut Rolland, semakin banyak orang tua belajar tentang waktu pemakaian perangkat, maka semakin sadar bahwa ini bukan tentang lama waktu pemakaian perangkat tetapi tentang pembicaraan yang terjadi selama dan setelah penggunaan layar.

"Dan terkhusus bagi remaja, orang tua dapat memberikan dorongan untuk mengurangi penggunaan media sosial untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap kesehatan mental mereka," pungkasnya.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads