15 Contoh Teks Eksplanasi Berbagai Tema Beserta Ciri dan Strukturnya

Ni - detikEdu
Rabu, 06 Des 2023 07:00 WIB
Foto: Ilustrasi menulis (Thought Catalog/Unsplash)
Jakarta -

Teks eksplanasi merupakan salah satu jenis teks yang menjelaskan tentang suatu fenomena tertentu. Istilah eksplanasi sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu explanation yang artinya keterangan atau penjelasan.

Dikutip dari buku Metamorfosis Teks Eksplanasi dalam Kehidupan oleh Rizka Desriani dkk, dalam teks eksplanasi fenomena yang dijelaskan dapat berupa fenomena budaya, alam, sosial, dan lainnya. Fungsi utama teks ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai fenomena yang dibahas.

Dalam penulisannya, teks eksplanasi perlu memperhatikan ciri-ciri kaidah penulisan dan struktur teks sebagai pedomannya. Secara umum teks eksplanasi memiliki ciri sebagai teks yang berbentuk penjelasan suatu hal. Namun, untuk lebih detailnya, contoh hingga ciri-ciri teks eksplanasi adalah seperti yang diuraikan di bawah ini.

Contoh Teks Eksplanasi

Berikut ini disajikan beberapa contoh teks eksplanasi untuk memudahkan detikers memahami bagaimana bentuk dari teks eksplanasi itu. Contoh-contoh teks eksplanasi ini diambil dari laman Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), buku Metamorfosis Teks Eksplanasi dalam Kehidupan yang disusun Rizka Desriani dkk, buku Indahnya Berkarya dengan Literasi yang disusun Beslina Afriani Siagian, SPd,MSi dkk, buku Pembelajaran Menulis Teks: Suatu Pendekatan Kognitif oleh Dr Dina Ramadhanti, MPd dkk, buku Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas 8 oleh Heriyanto, SPd, MPd; buku Yuk, Ungkap Idemu Melalui Teks Persuasi hingga Teks Tanggapan oleh Minarni Try Astuti, buku BPSC Modul Bahasa Indonesia SD/MI Kelas VI: Buku Pendamping Siswa Cerdas Modul Bahasa Indonesia + Kunci Jawaban oleh Agus Sasono, buku Explore Bahasa Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI oleh Imam Taufik dkk, buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan oleh Taufiqur Rahman, buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan oleh Taufiqur Rahman dan buku Kreatif Tematik Tema 6 Panas dan Perpindahannya Kelas V untuk SD/MI oleh Tim Tunas Karya Guru: Rusto Wibowo, MPd dkk.

1. Gunung Meletus

Gunung meletus adalah sebuah bencana alam yang diakibatkan oleh meletusnya gunung berapi. Gunung berapi bisa meletus sewaktu-waktu. Lahar yang dikeluarkan oleh gunung berapi berbeda-beda. Ada yang menyemburkan lahar panas ada juga yang mengeluarkan lahar dingin berupa lava dan material-material lainnya. Gunung berapi yang masih aktif bisa meletus kapan saja. Penyebab terjadinya gunung meletus adalah ekstrusi magma, yaitu kegiatan magma yang telah mencapai permukaan bumi.

Gunung meletus biasa terjadi di daerah-daerah dataran tinggi di mana ada gunung berapi di sekitarnya. Gunung meletus juga bisa disebabkan oleh gempa bumi (seisme). Peristiwa alam gunung meletus ini tidak terjadi secara berulang-ulang. Jadi, jangan takut atau khawatir berlebihan jika tinggal di daerah sekitar gunung berapi. Kenali saja gejala-gejala bencana alam ini supaya bisa menyelamatkan diri sewaktu-waktu dan jangan lupa selalu meminta pertolongan Tuhan.

2. Sistem Pencernaan Manusia

Sistem pencernaan manusia merupakan suatu mekanisme kompleks yang bertanggung jawab untuk mencerna makanan dan menyerap nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Dalam teks ini, kita akan menjelaskan secara mendalam tentang cara kerja sistem pencernaan manusia.

Sistem pencernaan manusia dimulai di mulut, di mana makanan pertama kali masuk dan terkena enzim saliva. Selanjutnya, makanan bergerak ke lambung, di mana asam lambung bekerja untuk memecah lebih lanjut komponen makanan. Proses ini dikenal sebagai pencernaan mekanis dan kimiawi.

Setelah melalui lambung, makanan mencapai usus halus di mana penyerapan nutrisi terjadi. Dinding usus halus dilengkapi dengan vili dan mikrovili, yang bertugas menyerap nutrisi esensial seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Nutrisi yang diambil kemudian disalurkan ke dalam aliran darah untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.

Proses selanjutnya terjadi di usus besar, di mana air diserap dan sisa-sisa makanan diubah menjadi tinja. Fungsi usus besar adalah mengatur keseimbangan air dan mengeluarkan produk sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh.

Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang cara kerja sistem pencernaan manusia, kita dapat menghargai kompleksitas proses ini dan pentingnya memelihara kesehatan pencernaan. Dengan pola makan seimbang dan hidrasi yang cukup, kita dapat mendukung fungsi sistem pencernaan untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

3. Terbentuknya Gunung Krakatau

Gunung Anak Krakatau merupakan kaldera atau fitur vulkanik yang terbentuk akibat erupsi besar Gunung Krakatau pada abad ke-19. Saat Gunung Krakatau meletus pada 1883, letusannya membentuk kaldera bawah laut. Kaldera ini membentuk gunung yang muncul hingga permukaan laut. Gunung ini pada akhirnya disebut Gunung Anak Krakatau.

Pada 27 Agustus 1883, Gunung Krakatau meletus. Pada saat itu, semburan abu vulkanik keluar dari puncak gunung setinggi 80 kilometer. Saat itu, terdengar dentuman yang dirasakan sampai ke Australia Tengah dan Pulau Rodriguez yang merupakan kepulauan di Samudera Hindia. Kejadian tersebut menyebabkan tsunami setinggi 30 meter dan menerjang pantai-pantai Teluk Betung, Lampung, dan pesisir Jawa Barat dari Merak sampai Ujung Kulon. Peristiwa besar tersebut menewaskan sekitar 36.000 orang. Selama peristiwa itu juga, Pulau Jawa dan Sumatera tertutup hujan abu. Letusan dahsyat itu membentuk kaldera bawah laut.

Kaldera yang terbentük dari bawah laut tersebut lama-kelamaan membentuk sebuah gunung yang disebut Gunung Anak Krakatau. Gunung tersebut terus tumbuh dari waktu ke waktu. Gunung Anak Krakatau bertambah tinggi 4-6 meter setiap tahunnya. Hingga Tahun 2018, ketinggian Gunung Anak Krakatau mencapai lebih dari 300 meter di atas permukaan laut.

Pada 22 Desember 2018, Gunung Anak Krakatau kembali erupsi yang menyebabkan tsunami di Selat Sunda. Tsunami tersebut menyebabkan bencana di Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menduga tsunami tersebut terjadi karena ada dua peristiwa yang terjadi secara bersamaan. Dua peristiwa tersebut adalah aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang tinggi di perairan Selat Sunda.

4. Pemanasan Global

Di era globalisasi ini, kemajuan teknologi semakin berkembang. Teknologi dalam era globalisasi tidak lepas dari peranan listrik. Teknologi di era globalisasi memerlukan listrik yang sangat besar. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyak orang yang menggunakan alat elektronik, seperti HP, laptop, AC, dan kulkas. Penggunaan berbagai jenis barang elektronik akan menyebabkan pemborosan listrik. Penggunaan listrik yang berlebihan tentu akan berdampak negatif.

Pemanasan global menyebabkan perubahan: daerah yang dahulunya dingin suhunya dapat meningkat tajam dan daerah yang awalnya bersuhu panas dapat menjadi dingin. Dampak pemanasan global sangat mengerikan. Untuk itu, kita harus menghindari pemanasan global. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk menghindari pemanasan global adalah dengan berhemat energi listrik.

Kita tidak bisa menghindari kemajuan teknologi yang memerlukan banyak energi listrik di era globalisasi ini. Hal yang dapat kita lakukan adalah menghemat penggunaan energi listrik. Upaya kita menghemat energi listrik dapat menghindarkan kita dari pemanasan global.

5. Pasang Surut Air Laut

Air laut dapat mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan oleh gravitasi bulan. Bagaimana prosesnya?

Pada bulan purnama, jarak air laut dengan pusat bulan lebih dekat daripada jarak pusat bumi dengan pusat bulan. Hal yang sama dapat terjadi di belahan bumi yang mengalami bulan baru. Pada saat itulah, gaya gravitasi bulan lebih kuat daripada bumi untuk menarik air laut. Air laut menjadi lebih tinggi terhadap permukaan bumi. Hal inilah dikenal dengan peristiwa air laut pasang.

Nah, peningkatan ketinggian air laut di bagian yang mengalami bulan baru atau bulan purnama akan mengambil jatah dari belahan Bumi lainnya, yaitu belahan Bumi yang tidak mengalami bulan purnama atau bulan baru. Hal ini menyebabkan belahan Bumi tersebut mengalami permukaan air laut yang surut.

Jadi, peristiwa pasang surut air laut bukanlah disebabkan oleh gravitasi Matahari, melainkan gravitasi Bulan. Walaupun bentuk Matahari lebih besar daripada Bulan, jarak Bulan lebih dekat ke Bumi daripada jarak Matahari ke Bumi.

KLIK HALAMAN SELANJUTNYA.... 6. Pendidikan Indonesia




(nwk/nwk)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork