Jasad orang utan Tapanuli ditemukan di antara sisa banjir di kawasan Batang Toru, Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut) pada Kamis (11/12/2025). Orangutan tersebut ditemukan di antara gelondongan kayu yang terseret banjir.
Kini jasad orang utan tersebut telah dikuburkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sisa Individu Orang Utan Tapanuli
Hutan Batang Toru merupakan satu-satunya habitat orang utan Tapanuli di dunia. Berdasarkan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan Indonesia 2019-2029, populasi orang utan Tapanuli berkisar 577-760 individu. Kasus kematian individunya tentu mengurangi jumlah populasi.
Sekitar 85% ekosistem Batang Toru sendiri berstatus hutan lindung atau cagar alam.
Namun, seperti dikutip dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, hanya 7% orang utan yang hidup di kawasan cagar alam yang dikelola Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumut. Mayoritas orang utan Tapanuli (64%) di antaranya berada di hutan lindung dan 4% di hutan produksi yang dikelola Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) X Padangsidempuan dan KPH XI Pandan.
Walau demikian, yang mengkhawatirkan adalah 25% di antaranya hidup di area penggunaan lain yang dikelola pemerintah dan masyarakat, tanpa adanya perlindungan khusus.
Spesies Orang Utan Tapanuli Diresmikan pada 2017
Orangutan Tapanuli memiliki nama ilmiah Pongo tapanuliensis. Pada November 2017, peneliti dari Universitas Zurich, Alexander Nater mengumumkan penemuan spesies kera besar baru tersebut.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengumumkan penemuan spesies baru ini secara resmi melalui SP.330/HUMAS/PP/HMS.3/11/2017 pada 3 November 2017, bersamaan dengan publikasi di jurnal Current Biology.
Namun, penemuan tersebut juga langsung menempatkan orang utan Tapanuli sebagai kera besar paling langka di dunia dan memperoleh status Critically Endangered dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List.
Meski begitu, menurut peneliti orang utan Tapanuli, Profesor Bioantropologi Colin Groves bersama Anton Nurcahyo (CEO Borneo Nature Foundation) dari Australian National University, keberadaan orang utan di Batang Toru sudah dilaporkan sejak 1939 oleh peneliti. Keberadaannya baru benar-benar ditemukan pada 1997 dan dikonfirmasi pada 2003.
Ciri Fisik Orang Utan Tapanuli
Secara genetik, orang utan Tapanuli lebih dekat dengan orang utan Kalimantan daripada orang utan Sumatera. Kedekatan genetik itu tampak baik dari fisiknya yang memiliki rambut tebal dan keriting, tengkorak, tulang rahang yang lebih halus, serta panggilan jarak jauh jantan yang lebih khas.
Berdasarkan artikel ilmiah bertajuk "Topologi Sarang Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuiliensis) di Hutan Batang Toru Kecamatan Sipirok Tapanuli Selatan" oleh Apriani Sijabat dkk dalam jurnal Biology Education, Science & Technology Volume 3 Nomor 2 Halaman 148-153, September-Desember 2020, bobot orangutan Tapanuli sekitar 50-90 kilogram.
Orang Utan Membuat Sarang
Salah satu perilaku harian orang utan adalah membuat sarang.
Sarang itu berfungsi sebagai tempat mereka beristirahat setelah melakukan aktivitas harian (Muin, 2007). Semua kera besar membangun sarang untuk beristirahat siang ataupun tidur pada malam hari.
Sarang orang utan juga bisa berfungsi sebagai tempat bermain bagi orang utan muda, tempat berlindung, melahirkan, kopulasi, dan makan (Rijksen, 1978).
(nah/twu)











































