Orang Eropa Gemar Konsumsi Rumput Laut pada 8 Ribu Tahun yang Lalu, Ini Buktinya

ADVERTISEMENT

Orang Eropa Gemar Konsumsi Rumput Laut pada 8 Ribu Tahun yang Lalu, Ini Buktinya

Noor Faaizah - detikEdu
Minggu, 03 Des 2023 07:00 WIB
Rumput Laut
Foto: Getty Images/iStockphoto/Rumput laut
Jakarta -

Sebuah studi yang terbit di jurnal Nature Communication menemukan bahwa orang Eropa yang hidup 8.000 tahun lalu, lebih banyak makan rumput laut dan tanaman air tawar. Hal ini dibuktikan dengan temuan bukti pemanfaatan sumber daya perairan pada masa Mesolitikum di Eropa.

Seperti yang diketahui, rumput laut merupakan spesies tanaman laut yang memiliki lebih dari 10 ribu jenis spesies makroalga. Umumnya, spesies ini dapat ditemukan di zona intertidal dan subtidal hingga kedalaman 300 meter di sepanjang garis pantai.

Aneka ragam rumput laut di lautan kaya akan nutrisi dan rasa yang lezat. Namun, dari sekian banyak spesies rumput laut, ternyata hanya 145 jenis saja yang bisa dikonsumsi dan ditemukan di kehidupan sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski rumput laut tidak begitu populer ditemukan di masakan tradisional, namun bukti arkeologi menemukan 8.000 tahun yang lalu orang Eropa memakan rumput laut.

Bukti Biomolekuler pada Plak Gigi

Dalam studi yang dipimpin oleh University of Glasgow dan University of York, para peneliti memeriksa biomarker yang diambil dari plak gigi terkalsifikasi dari 74 individu. Pemeriksaan sampel dilakukan terhadap 28 situs arkeologi dari Skotlandia utara hingga Spanyol selatan.

ADVERTISEMENT

Melalui plak pada gigi, peneliti membuktikan konsumsi rumput laut serta tanaman air tawar. Sampel biomolekuler tersebut menunjukkan tanda-tanda adanya rumput laut merah, hijau, atau coklat yang telah dimakan.

Para peneliti juga menemukan bahwa rumput laut dan tanaman air tawar telah lebih awal dikonsumsi di Eropa dibandingkan dengan bukti sejarah di Asia hingga Awal Abad Pertengahan.

"Bukti baru ini tidak hanya menunjukkan bahwa rumput laut dikonsumsi di Eropa selama Periode Mesolitikum sekitar 8.000 tahun yang lalu ketika sumber daya laut diketahui telah dieksploitasi, namun berlanjut hingga zaman Neolitikum ketika asumsi pertanian menyebabkan ditinggalkannya sumber daya makanan laut." kata Dr Stephen Buckley dari Departemen Arkeologi Universitas York, dikutip dari EurekAlert!.

Manfaat Rumput Laut bagi Keberlanjutan

Temuan ini juga menunjukkan bagaimana manfaat nutrisi dari rumput laut yang kemungkinan besar telah dipahami dengan baik oleh masyarakat Eropa Kuno.

Dikutip dari Popular Science, satu sampel dari kepulauan Orkney di Skotlandia, memiliki bukti adanya Brassica, kemungkinan besar kangkung laut.

Beberapa catatan sejarah melaporkan undang-undang atau peraturan tentang pengumpulan rumput laut di Islandia, Prancis, dan Irlandia sejak abad ke-10.

Seperti yang disebutkan oleh Pliny, naturalis dan penulis Romawi, bahwa kangkung laut merupakan obat anti kudis bagi para pelaut yang berada dalam perjalanan laut yang jauh.

Sedangkan pada abad ke-18, rumput laut dianggap sebagai makanan kelaparan dengan bukti ditampilkannya makanan tersebut dalam lagu rakyat berbahasa Irlandia.

"Saat ini rumput laut dan tanaman air tawar hampir tidak ada dalam pola makan tradisional barat dan marginalisasi mereka karena mereka secara bertahap berubah dari makanan menjadi kelaparan," kata Karen Hardy, seorang Profesor Arkeologi Prasejarah di Universitas Glasgow.

Diketahui, tanaman ini merupakan sumber serat, zat besi, potasium, vitamin, dan mineral lainnya. Namun, hanya 145 dari 10.000 spesies rumput laut yang dapat dikonsumsi secara rutin.

"Studi kami juga menyoroti potensi penemuan kembali sumber daya pangan alternatif, lokal, dan berkelanjutan yang dapat berkontribusi dalam mengatasi dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan akibat ketergantungan berlebihan pada produk pertanian," tutur Hardy.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads