Sebuah studi di jurnal Nature Climate Change telah menganalisis anggaran karbon untuk bisa menjaga suhu Bumi di masa depan. Diperkirakan, tanpa adanya pengurangan emisi karbon yang cepat, suhu Bumi akan meningkat mulai tahun 2030.
Anggaran karbon merupakan perkiraan jumlah emisi karbon dioksida yang dapat dikeluarkan untuk menjaga pemanasan global di bawah batas suhu tertentu.
Studi ini dinilai sangat diperlukan karena dunia memiliki peluang 50% untuk mencapai pemanasan 1,5Β°C sebelum tahun 2030.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjanjian Paris untuk Membatasi Kenaikan Suhu Global
Selama ini, pembahasan mengenai ambang batas kenaikan suhu dikenal dalam 'Perjanjian Paris'. Perjanjian ini bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga jauh di bawah 2Β°C di atas tingkat pra-industri dan mengupayakan untuk membatasinya hingga 1,5Β°C.
Anggaran karbon yang tersisa biasanya digunakan untuk menilai kemajuan global terhadap target-target ini.
Diperkirakan, untuk mencapai peluang 50% dalam membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat celcius terdapat kurang dari 250 gigaton karbon dioksida dalam anggaran karbon global.
Dunia Akan Alami Pemanasan Global yang Signifikan
Para peneliti memperingatkan bahwa jika emisi karbon dioksida tetap ada sekitar 40 gigaton per tahun seperti pada tahun 2022, maka anggaran karbon akan habis pada tahun 2029.
Akibatnya dunia akan mengalami pemanasan global dengan kenaikan suhu 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra industri.
Hal tersebut menandakan anggaran menjadi lebih kecil dari perhitungan dan berkurang setengahnya sejak tahun 2020 karena meningkatnya emisi gas rumah kaca, pembakaran bahan bakar fosil, dan efek pendinginan aerosol menurun.
Peluang Mengurangi Pemanasan
Menurut Dr Robin Lamboll, peneliti di Imperial College London, temuan ini menunjukkan belum adanya upaya yang cukup untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat celcius.
"Sisa anggaran saat ini sangat kecil sehingga perubahan kecil tentang dunia dapat mengakibatkan perubahan anggaran yang besar dan proporsional. Namun diperkirakan tingkat emisi saat ini berkurang dari satu dekade," jelasnya dikutip dari laman resmi Imperial College London.
"Kurangnya kemajuan dalam pengurangan emisi meyakinkan kita bahwa peluang menjaga pemanasan pada tingkat aman akan segera berakhir," tambah Dr Lamboll.
Profesor Joeri Rogelj, yang juga berasal dari Imperial College London berpendapat bahwa diharapkan pembaruan anggaran karbon ini sesuai dan konsisten dengan Laporan Iklim PBB.
"Laporan tahun 2021 telah menunjukkan bahwa ada satu dari tiga kemungkinan anggaran karbon yang tersisa untuk 1,5 derajat celcius bisa menjadi sekecil dalam laporan penelitian kami," ucapnya.
"Hal ini menunjukkan pentingnya tidak hanya melihat perkiraan pusat, namun juga mempertimbangkan ketidakpastian yang melingkupinya," imbuhnya.
Studi ini menemukan bahwa anggaran karbon untuk peluang 50% dalam mencapai suhu 2 derajat celcius perlu 1200 gigaton karbon. Artinya, jika emisi karbon terus berlanjut pada tingkat ini, maka pada tahun 2046 anggaran pusat akan habis.
Dalam menghitung sisa anggaran karbon dipengaruhi pula faktor lain, termasuk pemanasan dari gas selain karbon dioksida dan dampak emisinya. Sehingga penelitian ini menggunakan data yang diperbarui dan pemodelan iklim lebih baik untuk memperkirakan anggaran.
Menuju Net Zero & Pengurangan Emisi Karbon dengan Cepat
Peneliti mengatakan, net zero ini mengacu pada pencapaian keseimbangan keseluruhan antara emisi global dan emisi yang dihilangkan dari atmosfer.
Berdasarkan hasil pemodelan, masih ada ketidakpastian mengenai respon sistem iklim di tahun sebelum net zero tercapai.
Kemungkinan iklim akan terus memanas dan mengakibatkan es mencair, pelepasan metana, dan perubahan sirkulasi laut.
Namun pertumbuhan vegetasi juga dapat menyerap karbon dioksida yang menyebabkan pendinginan suhu global sebelum net zero.
Dr Lamboll mengatakan bahwa ketidakpastian ini menunjukkan kebutuhan yang mendesak untuk mengurangi emisi dengan cepat.
"Pada tahap ini kami menebak bahwa pemanasan dan pendinginan yang berlawanan akan saling menghilang setelah mencapai titik nol bersih. Namun hanya ketika berhasil mendekati net zero maka terlihat seperti apa penyesuaian pemanasan dan pendinginan jangka panjang," katanya.
"Setiap derajat pemanasan akan mempersulit kehidupan manusia dan ekosistem. Studi ini merupakan peringatan lain dari komunitas ilmiah," tutup Dr Lamboll.
(faz/faz)