Jarak Gaza, Palestina, dan negara Chile membentang hingga 13.000 km jauhnya. Tapi tahukah kamu, hampir setengah juta warga Palestina bermukim di Benua Amerika Selatan itu.
Mereka pindah ke Chile sejak runtuhnya kekaisaran Ottoman hingga peristiwa Nakba. Meski jauh, mengapa begitu banyak orang Palestina memutuskan untuk pindah ke negara yang begitu jauh?
Sejarah Migrasi Warga Palestina ke Chile
1. Kemunduran Kekaisaran Ottoman
Wilayah Palestina dianggap sebagai tanah suci bagi umat Islam, Yahudi, dan Kristen. Pada masa itu, Palestina berada di bawah kuasa Kekaisaran Ottoman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepergian warga Palestina, Suriah, dan Libanon terjadi di tengah krisis ekonomi, kemunduran Kekaisaran Ottoman, dan penindasan gerakan nasionalis Arab pertama di daerah itu," ungkap Ricardo Marzuca, seorang akademisi di Pusat Studi Arab Universitas Chile, dalam BBC dikutip Senin (13/11/2023).
Pemuda Palestina akhirnya melakukan perjalanan ke Eropa melalui darat, kemudian melanjutkan lewat laut ke Buenos Aires di Argentina. Tetapi alih-alih tinggal di ibu kota Argentina, beberapa lebih memilih untuk menyeberangi Pegunungan Andes dan melanjutkan ke Chile.
Menurut buku "The Arab World and Latin America (Dunia Arab dan Amerika Latin)", ada sekitar 8.000-10.000 orang Arab yang menetap di Chile pada 1885 hingga 1940. Setengah dari mereka adalah warga Palestina, yang mayoritas berasal dari tiga kota: Betlehem, Beit Jala, dan Beit Sahour.
2. Peristiwa Nakba
Gelombang migrasi lainnya mulai terjadi. Beberapa di antaranya berlangsung setelah Perang Dunia I, Perang Dunia II ketika Israel dibentuk pada 14 Mei 1948. Berdirinya negara Israel bermula dari Nakba atau "bencana" yang merupakan awal dari tragedi nasional.
Saat itu sekitar 750.000 warga Palestina melarikan diri ke negara lain atau diusir oleh pasukan Yahudi. Chile sebagai negara muda, membutuhkan imigran-imigran untuk memperkuat ekonominya dan mengisi wilayahnya.
Meski kaum elite Chile lebih menyukai orang Eropa, tetapi banyak orang Palestina dan Arab lainnya juga mengambil keuntungan.
"Ada semacam efek berantai, ketika kelompok-kelompok tertentu tiba di Chile dan membawa kerabat mereka," kata Marzuca.
"Sejumlah faktor membuat pemukimannya diminati: iklim, karena ada kesamaan antara wilayah Palestina dan Chile. {Kemudian] kebebasan, sesuatu yang sangat dirindukan setelah penindasan Kekaisaran Ottoman dan kemudian penindasan mandat Inggris; serta kemakmuran ekonomi," tambahnya.
Kembangkan Industri Tekstil
Mereka yang datang dari Timur Tengah memilih untuk bekerja di bidang perdagangan dan tekstil, Komunitas Arab dan Palestina membawa barang dagang mereka ke pedesaan atau ke kota-kota Chile.
"Awalnya orang-orang Palestina mendedikasikan diri mereka untuk menjadi pedagang kaki lima, kemudian mereka memasuki usaha kecil dan pada 1930-an, ada kontribusi penting dari keluarga-keluarga ini dalam pengembangan tekstil," kata Marzuca.
Hingga akhir 1970-an, tekstil yang dibuat oleh komunitas Palestina memegang peran kunci dalam kehidupan sosial dan ekonomi Chile.
(nir/nwk)