Sosok babon kerap muncul sebagai salah satu perwujudan dewa peradaban Mesir kuno. Dewa Thoth berparas babon tersebut adalah dewa pembelajaran dan kebijakan. Namun, apakah betul primata yang identik dengan habitat hutan ini pernah hidup di padang pasir Mesir kuno?
Tim peneliti mendapati, babon diperkirakan pernah hidup dalam penangkaran Mesir kuno. Primata ini dijadikan persembahan nazar setelah mati, seperti dilaporkan ahli biologi Gisela Kopp bersama rekan-rekan ahli Mesir kuno dan antropolog di jurnal eLife baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Babon Impor
Berdasarkan analisis genetik pada genom mitokondria dari mumi babon, para peneliti memperkirakan bahwa babon-babon di Mesir kuno diimpor dari daerah yang jauh lalu diimpor ke kerajaan.
Gigi-gigi taring babon itu dicabut, lalu dipelihara dan dijadikan persembahan bagi dewa Thoth.
Kemunculan gambar babon di gambar dan karya seni peradaban kuno menurut peneliti hanya ditemukan di Mesir. Jika hidup bersama dengan babon, warga biasanya menganggapnya hama karena merusak tanaman ladang.
Sementara itu di Mesir kuno, keberadaan babon dianggap istimewa dan diangkat sebagai simbol wujud dewa Thoth.
Antropolog Nathaniel Dominy, salah satu kolaborator penelitian, mendapati bahwa mumi-mumi babon Mesir kuno berasal dari sekitar pesisir Eritrea. Pelabuhan Adulis tercatat di teks kuno sebagai tempat perdagangan barang mewah dan hewan.
Di sisi lain, mumi babon itu diperkirakan berasal dari antara 800-500 SM. Periode ini jauh sebelum Adulis berkembang menjadi pelabuhan dan titik perdagangan penting.
Teks sejarah awal juga mencatat Punt sebagai tempat asal babun. Titik perdagangan barang mewah hingga sekitar 1000 SM ini sayangnya tidak diketahui lokasi pastinya.
Kendati demikian, Punt tercatat dalam teks kuno dan ilustrasi yang berasal dari periode yang sama dengan periode asal spesimen mumi babon tersebut. Kopp menuturkan, peneliti menduga Punt adalah wilayah yang ratusan tahun kemudian berganti nama menjadi Adulis.
"Spesimen yang kami pelajari cocok secara kronologis dengan ekspedisi terakhir yang diketahui ke Punt. Namun secara geografis, Punt cocok dengan Adulis, sebuah lokasi yang, berabad-abad kemudian, dikenal sebagai tempat perdagangan, termasuk perdagangan primata," tutur Kopp, dikutip dari Phys.
Analisis Mumi DNA yang Berhasil
Peneliti berpendapat, temuan interaksi babon-warga Mesir kuno menjadi bukti interaksi awal intensif antara hewan liar dan manusia karena sampai dimumikan sebagai mumi hewan.
Sedangkan di sisi biologi, studi ini dinilai sebagai terobosan ilmiah karena DNA purba mumi primata nonmanusia untuk pertama kalinya berhasil dianalisis.
Tim peneliti berharap, keberhasilan mereka dapat buka peluang untuk menelusuri lebih lanjut tentang dampak interaksi manusia-hewan liar pada keragaman genetik hewan serta pada penularan penyakit.
(twu/faz)