Jauh sebelum bangsa Eropa tiba di Afrika, benua itu dikuasai berbagai kerajaan-kerajaan. Istana yang ada pada waktu itu, bahkan digambarkan megah dengan adanya tempat seni, musik, dan perkembangan yang pesat.
Berbagai kerajaan ini tersebar di seluruh wilayah benua Afrika, baik utara, barat, tengah, dan selatan. Namun, dari semuanya mungkin yang paling terkenal adalah Mesir kuno.
Mengapa bisa begitu? Padahal ada kerajaan lain yang tak kalah besar dan penuh dengan sejarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Britannica Kids, jawaban paling tepat untuk pertanyaan itu karena Mesir kuno menjadi kerajaan paling awal di Afrika. Kerajaan ini, bahkan juga menjadi salah satu peradaban pertama dalam sejarah manusia.
Kerajaan Mesir kuno berkembang sekitar tahun 3.000 SM di lembang Sungai Nil wilayah Afrika Utara. Mereka hidup di bawah pemerintahan yang tertib dan membangun piramida, kuil, dan bangunan batu lainnya.
Bergeser dari Afrika utara dan kerajaan Mesir kuno ada 7 kerajaan lainnya. Mengutip sumber yang sama ditambah dengan Live Science, berikut informasinya.
7 Kerajaan Afrika Kuno
1. Kerajaan Kush
Di sebelah selatan Mesir kuno ada wilayah yang disebut Nubia yang dikuasai kerajaan itu berabad-abad. Tetapi sekitar 800 SM, penduduk Nubia selatan mendirikan kerajaan mereka sendiri dan kuat.
Kerajaan ini bernama Kush. Seperti banyak orang Mesir kuno, orang Kush memuja Amun sebagai dewa tertinggi mereka. Mereka juga memiliki tradisi menguburkan orang mati yang dihormati di makan piramida.
Meski ada kebiasaan serupa, Kush memiliki bahasa, suku bangsa, dan budaya yang sangat berbeda. Bahkan mereka memiliki sistem penulisan tersendiri.
Ibu kota kerajaan Kush bernama Meore. Hingga kini reruntuhan Meroe masih terjaga dan bisa dilihat di negara yang disebut dengan Sudan.
Pada abad keempat, Kush mulai mengalami kemunduran. Salah satunya karena masalah krisis iklim hingga akhirnya berakhir sekitar tahun 330 M usai kalah dari kerajaan Aksum.
2. Kerajaan Aksum
Meskipun kurang dikenal, kerajaan Aksum menjadi salah satu yang terkuat di Afrika kuno. Kerajaan ini terletak di tepi Laut Merah atau kini Ethiopia utara, Eritrea, dan Yaman.
Profesor arkeologi Universitas John Hopkins, Michael Harrower menjelaskan asal-usul Aksum mungkin lebih tua hingga 1.600 SM. Bangsa ini mengembangkan sistem penulisan dan karya sastra mereka sendiri.
Tidak hanya itu, mereka juga dikenal sebagai pedagang gading, emas, rempah-rempah, dan tekstil dari abad pertama hingga kesembilan SM. Penjualan bangsa Aksum bisa mencapai Kekaisaran Romawi.
Menariknya, Aksum menjadi kerajaan pertama di Afrika yang memeluk agama Kristen. Alasannya tidak dapat dipastikan menurut Harrower.
Namun, ada cerita khas daerah tersebut yang menyebutkan proses raja Aksum, Ezana memeluk agama Kristen. Dijelaskan Ezna bertemu dengan seorang pemuda berbahasa Yunani dari Tyre bernama Frumentius yang terdampar di pantai.
Sayangnya tidak diketahui lebih lengkap bagaimana proses Kristenisasi Ezna dan kemudian menyebar luas. Setelah abad ketujuh, kekhalifahan Arab menguasai Laut Merah dan Kerajaan Aksum mengalami kemunduran.
Kekuasaan akhirnya beralih ke selatan kepada penduduk Agew yang mendirikan negara Kristen baru. Negara ini disebut dinasti Zagwe.
Raja-raja Zagwe pada gilirannya digantikan pada tahun 1200-an oleh garis kaisan baru yang mengaku sebagai keturunan Raja Solomon dan Ratu Sheba.
Dinasti Solomon memerintah Ethiopia hingga tahun 1974.
3. Kerajaan/Kekaisaran Mali
Beralih ke Afrika Barat ada kekaisaran paling terkenal yang terletak di Sudan. Kekaisaran ini dikenal sebagai Ghana kuno yang menguasai bidang perdagangan kuat di wilayah Mali dan Mauritania.
Kekaisaran Ghana berkuasa dari tahun 600-1.200 M. Ketika Ghana runtuh, kerajaan atau Kekaisaran Mali tumbuh. Mali mulai menguasai sebagian besar Afrika Barat mulai tahun 1235.
Pada puncak kekuasaannya di abad ke-14, Kekaisaran Mali menguasai lebih dari 400 kota. Dari Senegal modern, Gambia, Guinea, Guinea-Bissau, Pantai Gading, Ghana utara, Mauritania selatan, Mali, Burkina Faso utara, hingga Nigeria barat.
Arkeolog dari Dewan Riset Nasional Spanyol Sirio Canos-Donnay menjelaskan kerajaan ini bak luput dari buku sejarah. Hal ini menurutnya sesuatu yang memalukan.
"Saya pikir fakta bahwa negara yang begitu besar dan berkuasa telah lama ditinggalkan dari buku-buku sejarah adalah sesuatu yang memalukan," ujarnya.
Kekaisaran Mali menguasai tambang emas di wilayah tersebut. Tambang emas ini dimiliki oleh Mansa Musa yang disebut sebagai orang terkaya di dunia.
"Hal ini berdasarkan perjalanan ke Kairo di mana ia membawa begitu banyak emas. Ia mendevaluasi harga emas selama hampir dua dekade," pungkas Canos-Donnay.
Meski sangat kuat, kekaisaran itu melemah setelah abad ke-15. Salah satu penyebabnya karena perdagangan emas menurun.
4. Kerajaan Benin
Masih di Afrika Barat bagian selatan (kini Nigeria), ada lokasi beberapa kerajaan awal. Di sana ada sebuah suku bernama Yorubu yang mengembangkan kerajaan yang berpusat di kota kuno bernama Ife.
Pada bagian selatan Ife terdapat Benin yang merupakan kerajaan suku Edo. Kerajaan ini pusat utama pembelajaran dan perdagangan.
Pada abad ke-17, negara ini juga menjadi sumber utama budak untuk penjajahan di Amerika. Sejak abad ke-15, Benin terkenal dengan patung-patung perunggu.
Patung-patung ini seringkali menggmbangkan orang terkemukan dengan gaya unik. Diketahui ribuan patung dicuri dan diekspor ke seluruh dunia setelah kerajaan itu takluk oleh Inggris pada 1897.
Wilayah tersebut kemudian menjadi bagian dari Nigeria ketika mereka merdeka pada 1960. Kini, Nigeria meminta perunggu Benin yang dijajah kembali ke negara tersebut.
5. Kerajaan Zimbabwe
Reruntuhan batu di negara Zimbabwe menjadi bukti nyata kehadiran kekaisaran perdagangan kuno di Afrika selatan. Kerajaan ini didirikan oleh suku Shona di Afrika selatan pada 1.200.
Terbuat dari batu tanpa mortar, bangunan itu menjadi bangunan batu terbesar di Afrika selatan pra-kolonial. Berbagai penelitian terkini menjelaskan kota itu mampu keluar dari fenomena kekurangan air yang ekstrem.
Profesor arkeologi dan kepala Departemen Antropologi dan Arkeologi di Universitas Pretoria di Afrika Selatan, Innocent Pikirayi menjelaskan mata air dan air hujan membuat populasi kota bertahan. Mereka menyimpan air dalam lubang yang disebut dhaka.
Dari tempat penyimpanan air ini, dibuat sistem irigasi canggih yang memungkinkan proses bercocok tanam terjadi. Kerajaan Zimbabwe juga memperdagangkan emas, tembaga, dan gading ke negara Afrika lain dan Timur tengah.
Para sejarawan berpendapat bahwa kerajaan ini berkembang pesat hingga dikalahkan pada abad ke-15.
6. Kerajaan Zulu
Kerajaan kuat lain di Afrika Selatan bernama Zulu di awal tahun 1800-an oleh penguasa bernama Shaka atau Sha. Sebagai pemimpin kala itu, Sha mengenalkan inovasi militer seperti tombak pendek dan taktik pertempuran yang baru.
Kondisi ini membuatnya berhasil menguasai suku-suku di wilayah itu. Pada 1879, Shaka bertempur melawan Inggris.
Meskipun awalnya berhasil, Zulu akhirnya kalah, menyusulnya adalah pembagian, perang saudara, dan penindasan. Pada abad ke-20, mereka mengalami kesulitan dari segregasi dan apartheid, menghadapi kekerasan etnis di 1980-an dan 1990-an.
Namun, pada abad ke-21, Zulu menjadi bagian vital dari Afrika Selatan, menyumbang hampir seperempat dari populasi.
7. Kerajaan Garamantes
Kerajaan Garamantes berkembang pesat di wilayah Fezzan atau kini barat daya Libya. Cukup tua, kerajaan ini berkembang sekitar tahun 400 SM.
Para sejarawan sempat mengira Garamantes adalah kerajaan kecil. Namun penelitian mengungkapkan hal tak biasa.
Kerajaan ini berhasil bertahan di tengah Sahara dengan melakukan perdagangan emas, gading, dan budak dari selatan. Selain itu, mereka memiliki sistem irigasi unik yang mengalirkan air di bawah gurun pasir.
Air ini mengalir dari terowongan yang disebut dengan foggaras. Kondisi ini membuat suku Garamantes bisa bercocok tanam dan mengelola kerajaan mereka yang berada di jantung gurun Sahara.
Garamantes juga memiliki kekuatan militer yang kuat dengan pasukan terlatih baik dilengkapi dengan kereta perang, kuda, dan unta yang digunakan Kerajaaan Garamantes untuk memperluas wilayah dan melindungi rute perdagangan mereka.
Namun, pada abad ke-2 SM, penurunan air akuifer mengakhiri kejayaan mereka, dan kehadiran kekaisaran Romawi semakin mengakhiri keberadaan mereka.
(det/faz)