Keberadaan pohon di planet ini sangat mempengaruhi kehidupan manusia di Bumi. Pohon telah memiliki banyak peran besar di antaranya sebagai penyimpan karbon, konservasi tanah, hingga penjaga siklus air.
"Hutan adalah jalur kehidupan dunia kita. Tanpa mereka, kita kehilangan fungsi luar biasa dan penting bagi kehidupan di Bumi," kata Direktur Tree Foundation, Meg Lowman. Tree Foundation adalah sebuah organisasi nirlaba di Florida yang berdedikasi pada penelitian, eksplorasi, dan pendidikan pohon.
Pohon secara langsung menjadi penyedia oksigen yang sangat diperlukan bagi setiap makhluk hidup. Namun, perlakuan kita dalam memanfaatkan pohon hanya didasarkan keuntungan ekonomis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan penelitian yang terbit di jurnal Nature pada tahun 2015, sejak manusia bertani sekitar 12.000 tahun yang lalu, kita telah menebang hampir setengah dari perkiraan 5,8 triliun pohon di dunia. Sejak dimulainya era industri, hutan telah berkurang sebesar 32% khususnya di daerah tropis.
Pada Agustus 2023, National Institute for Space Research menunjukkan peningkatan kebakaran sebesar 84% di hutan hujan Amazon, Brazil dibandingkan 2018. Penebangan dan pembakaran juga meningkat terutama di Indonesia dan Madagaskar.
Oleh karena itu, apa jadinya jika kita hidup tanpa pohon? Berikut DetikEdu rangkum kondisi yang terjadi jika tidak ada pohon, dilansir dari laman BBC Future.
Kepunahan Aneka Ragam Hayati
Jika pohon-pohon di Bumi menghilang dalam semalam, maka kemungkinan besar yang terjadi pertama kali adalah hilangnya keanekaragaman hayati. Hal ini karena penyebab utama dari kepunahan yang terjadi di seluruh dunia adalah hilangnya habitat. Sehingga, perusakan hutan akan menjadi "bencana" bagi tanaman, hewan, jamur, dan banyak lagi.
Menurut Jayme Prevedello, ahli ekologi dari Rio de Janeiro State University di Brazil, "Akan terjadi kepunahan besar-besaran pada semua kelompok organisme, baik secara lokal maupun global."
Gelombang kepunahan dapat memusnahkan satwa-satwa liar yang hidup bergantung pada pohon. Pada tahun 2018, Prevedello bersama rekan-rekannya menemukan, 50 hingga 100 persen lebih tinggi di kawasan dengan pepohonan tersebar dibandingkan di kawasan terbuka.
"Bahkan satu pohon terpencil di area terbuka dapat bertindak sebagai 'magnet' keanekaragaman hayati, yang menarik dan menyediakan sumber daya bagi banyak hewan dan tumbuhan. Oleh karena itu, hilangnya satu pohon pun dapat berdampak buruk terhadap keanekaragaman hayati secara lokal," tambah Prevedello.
Rusaknya Siklus Air Tanah
Pohon berperan besar dalam siklus air. Tanaman ini bertindak sebagai pompa biologis yang menyedot air dari tanah, menyimpannya, lalu mengubah dari cair menjadi uap ke atmosfer. Dengan melakukan hal ini, hutan berkontribusi terhadap pembentukan awan dan curah hujan.
Selain itu, peran pohon sebagai penyimpan air tanah juga mampu mencegah banjir. Pohon akan menjaga tanah tetap di tempatnya melalui akar-akar yang menjalar agar tidak tersapu air hujan.
Tanpa pepohonan, kawasan yang dulunya memiliki hutan akan menjadi lebih kering dan lebih rentan terkena kekeringan ekstrim. Jika hujan turun, maka banjir akan menjadi bencana besar. Erosi besar-besaran akan juga terjadi pada lautan sehingga mampu menutupi terumbu karang dan habitat laut lainnya.
Pulau-pulau yang tidak ditumbuhi pepohonan akan kehilangan penghalang laut yang berakibat fatal kehilangan air tanah dan mudah terkena erosi. "Menebang pohon berarti menghilangkan sejumlah besar daratan ke lautan," kata Thomas Crowther, ahli ekologi sistem global di ETH Zurich di Swiss.
Perubahan Iklim Bumi Secara Drastis
Selain memediasi siklus air, pohon memiliki efek pendinginan. Tanaman ini mampu memberikan keteduhan yang menjaga suhu tanah dan mereka menyerap panas, bukan memantulkannya. Hal ini berdampak pada iklim Bumi yang akan mengalami pemanasan global besar-besaran.
Dalam proses evapotranspirasi, pohon menjadi penyalur energi dari radiasi matahari menjadi uap. Dengan hilangnya semua layanan pendinginan tersebut, sebagian besar tempat di mana pepohonan dulunya berdiri akan segera menjadi kering.
Selain itu, dalam skala global, pohon dapat menyimpan emisi karbon di batangnya dan mengubah karbon dioksida menjadi oksigen. Menurut laporan IPCC pada Agustus 2023, deforestasi telah menyumbang 13% dari total emisi karbon global, sementara perubahan penggunaan lahan menyumbang 23% emisi.
Dengan musnahnya pepohonan di planet ini, ekosistem yang sebelumnya berhutan "hanya akan menjadi sumber emisi karbon dioksida ke atmosfer, bukan penyerapnya," kata Paolo D'Odorico, profesor ilmu lingkungan dari Universitas California.
Kemiskinan dan Kematian Bagi Seluruh Manusia
Jauh sebelum terjadi perubahan iklim dan pemanasan global yang drastis, penderitaan manusia sudah terasa ketika meningkatnya suhu udara, terganggunya siklus air, dan punahnya hewan ternak.
Kejadian tersebut dikarenakan hilangnya sumber daya utama manusia. Mereka tidak lagi mampu memasak dan menghangatkan rumah di malam hari karena kekurangan kayu bakar. Kemiskinan dan kematian juga akan menimpa 1,6 miliar orang yang saat ini bergantung langsung pada hutan untuk penghidupan mereka, termasuk untuk memanen makanan dan obat-obatan.
Hal ini berdampak buruk bagi perekonomian global. Menurut Bank Dunia, sektor perkayuan telah berkontribusi menyediakan lapangan kerja bagi 13,2 juta orang dan berhasil menghasilkan 600 miliar dollar setiap tahunnya. Kemudian, kerusakan siklus air dan suhu udara mampu merusak lahan-lahan pertanian.
Selain berdampak pada kegiatan, kesehatan manusia juga terancam. Para peneliti dari Dinas Kehutanan AS menghitung bahwa pohon di AS menghilangkan 17,4 juta ton polusi udara setiap tahunnya. Jika tidak ada pohon, polusi akan terjebak di udara dan menyebabkan masalah pernapasan akut pada manusia.
(pal/pal)