Pengertian 'Genderang' Perang Dagang Donald Trump, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

ADVERTISEMENT

Pengertian 'Genderang' Perang Dagang Donald Trump, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Nikita Rosa, Tim detikFinance - detikEdu
Kamis, 10 Apr 2025 17:00 WIB
A screen shows stock prices at the Nasdaq MarketSite, Monday, April 7, 2025, in New York. (AP Photo/Yuki Iwamura)
Ilustrasi Perang Dagang. (Foto: AP/Yuki Iwamura)
Jakarta -

Presiden Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor pada pekan pertama April 2025. Mengguncangkan dunia internasional, strategi ini kemudian disebut sebagai 'perang dagang'. Apa itu?

Istilah perang dagang bukanlah hal yang asing bagi para pengamat ekonomi. Kata ini juga beberapa kali disinggung pada mata pelajaran ekonomi di sekolah-sekolah.

Kendati demikian, istilah ini tak hanya muncul di buku teks, tapi di dunia nyata. Memahami perang dagang dapat membantu detikers melihat situasi internasional terkini, khusus dalam bidang ekonomi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadi, apa pengertian perang dagang? Simak di bawah ini.

Pengertian Perang Dagang

Menurut laman resmi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Medan Area, perang dagang adalah konflik ekonomi antara dua negara atau lebih terkait perdagangan internasional. Biasanya, beberapa hal yang diterapkan dalam perang dagang meliputi tarif impor, kuota impor, dan pembatasan investasi.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, sesuai penjelasan dalam dokumen unggahan ETD Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, antarnegara yang perang dagang akan melakukan bentuk proteksionisme perdagangan serupa. Semua bermula dengan salah satu negara melakukan usaha untuk melindungi industri dalam negerinya.

Usaha melindungi industri dalam negeri ini sendiri biasanya dipicu persaingan tidak sehat dengan industri asing. Guna mempertahankan dan memperkokoh industri dalam negeri, suatu negara akan melakukan pengurangan impor dan meningkatkan ekspor dengan cara pemberlakuan tarif atau kuota impor.

Contohnya, negara A melakukan kebijakan proteksionisme ini terhadap negara B. Sebagai 'balasan', negara B pun menerapkan tarif impor yang tinggi untuk negara A atau memberi kuota impor. Akibatnya, terciptalah perang dagang antarkedua negara.

Latar Belakang Perang Dagang AS

AS sendiri menerapkan tarif kepada 180 negara, termasuk Indonesia. Indonesia dikenakan tarif sebesar 32 persen.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat dalam Laporan Trade War 2.0 Potensi Dampak Perang Dagang Amerika Serikat dan Implikasi Terhadap Indonesia, menemukan jika pengenaan tarif ini dipicu oleh menurunnya daya saing industri AS relatif terhadap berbagai negara lainnya, memburuknya ketimpangan, kurangnya penciptaan lapangan kerja, dan berbagai isu ekonomi domestik lainnya.

Dampak Perang Dagang AS Terhadap Perekonomian RI

Institute for Development of Economics & Finance mengatakan jika ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 10,3-10,5 persen, sehingga ketergantungan Indonesia lebih rendah dibanding Vietnam atau Thailand. Dampaknya pun moderat, dengan sektor yang berpotensi terdampak adalah tekstil, alas kaki, garmen, dan palm oil.

Ekonom Senior INDEF Fadhil Hasan menyoroti risiko depresiasi rupiah sebagai dampak lanjutan dari perang dagang. Ketegangan global dapat memicu inflasi, mendorong The Fed menaikkan suku bunga, dan menyebabkan capital outflow dari negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga berisiko memperlemah rupiah dan mengganggu stabilitas makroekonomi.

Dalam kesempatan lainnya, Ekonom Senior INDEF Tauhid Ahmad menjelaskan jika dampak pertama yang akan langsung dirasakan adalah penurunan nilai ekspor dan produksi barang berbasis ekspor.

"Misalnya kan produk sepatu (seperti sepatu olahraga), itu ekspornya banyak ke Amerika. Otomatis karena harga meningkat, itu pasti mengalami penurunan permintaan. Jadi produk pabrik-pabrik itu akan mencoba efisiensi," jelas Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, Kamis (3/4/2025) dikutip dari detikFinance, Kamis (10/4/2025).

Efek lainnya adalah berkurangnya pasar ekspor Indonesia, sebagai contoh ke China. Alasannya, China juga turut dikenai tarif impor yang cukup tinggi oleh AS. Akibatnya, ekspor dan ekonomi China diprediksi bakal menurun sehingga otomatis, pasar Indonesia turut berkurang.

"Karena ekonomi China turun, karena barang mereka katakan tidak bisa masuk (ke AS), otomatis ekonomi China turun, pasar kita ke China juga turun," terangnya.

Dampak-dampak negatif lain juga diperkirakan bakal terjadi berentetan. Sebut saja PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), terpuruknya sektor padat karya, dan penurunan industri otomotif dalam negeri.




(nir/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads