Keesokan harinya, Kantor Arkeologi setempat mengatur dokumentasi dan pemulihan di blok tersebut, seperti dikutip dari laman resmi Thurgau. Berdasarkan hasil penggalian lebih lanjut di laboratorium selama beberapa minggu belakangan, blok tanah tersebut rupanya menyimpan 14 hiasan bundar berduri, dua cincin jari spiral, dan lebih dari 100 manik-manik amber penting dari Zaman Perunggu Tengah (3300-1200 SM).
Lebih lanjut, peneliti juga menemukan gigi beruang dan perhiasan dari amon, moluska yang sudah punah.
Menemukan Peninggalan Arkeologi di Ladang
![]() |
Zahn biasanya menyusuri daerah setempat dengan detektor logam. Lazimnya, ia menemukan barang-barang logam rongsokan, tetapi tidak jarang Zahn juga menemukan peninggalan dari Zaman Besi dan Zaman Perunggu.
Saat penemuan perhiasan Zaman Perunggu Tengah tersebut, Zahn sedang di ladang wortel yang baru dipanen seizin pemiliknya. Di ladang itu, ia mendeteksi adanya perhiasan perunggu bundar berduri.
Ia memperkirakan, ada peninggalan lain yang tersimpan di sana. Sebab, berdasarkan bentuknya yang khas, peninggalan Zaman Perunggu ini diduga terkubur atau dibuang di sana. Karena itu, sukarelawan arkeologi ini melaporkan temuannya agar diperiksa lebih detail secara arkeologis.
Penelitian Perhiasan Prasejarah di Laboratorium
![]() |
Atas izin petani pemilik lahan, tim dari Kantor Arkeologi setempat datang keesokan harinya. Mereka lalu melakukan pemindahan blok tanah seluas 50 x 50 x 50 cm kubik.
Tim arkeolog mendapati, tidak ada jejak jasad manusia di sana. Ini artinya, kumpulan perhiasan prasejarah tersebut semua dikubur di bawah tanah di dalam wadah atau karung organik.
Blok tanah tersebut diangkut ke laboratorium di Frauenfeld. Temuan-temuan tersebut didokumentasikan lapis demi lapis untuk memperoleh informasi tentang bagaimana perhiasan tersebut bisa masuk ke dalam tanah.
Cara tersebut sebelumnya digunakan pada penemuan serupa di daerah Etzwilen dua tahun lalu. Dengan begitu, peneliti sudah punya gambaran dan pengalaman untuk menangani temuan semaca ini.
Temuan manik-manik kuning di tanah tersebut seukuran kepala peniti. Peneliti harus mengeluarkannya satu per satu dari tanah dengan pinset. Beberapa temuan spiral kawat bersinar emas. Peneliti mendapati, perhiasan tersebut benar-benar terbuat dari emas.
Peneliti juga menemukan mata panah perunggu, gigi berang-berang, gigi beruang berlubang, kristal batu, fosil gigi hiu, amon (hewan bercangkang prasejarah) kecil, dan beberapa bongkahan bijih Polandia. Bijih besi dan amon ini diperkirakan berasal dari daerah Schaffhausen.
Koleksi Perempuan Kaya
14 bundaran pipih dengan tiang rusuk dan duri bundar (semacam pengganti paku), diperkirakan membentuk kalung. Di salah satu sisinya ada lubang sempit yang bisa digunakan untuk menarik benang atau tali kulit.
Tim peneliti menjelaskan, perhiasan tersebut khas Zaman Perunggu Tengah, sekitar tahun 1500 SM. Berdasarkan temuan di pekuburan prasejarah, kalung tersebut biasanya punya bundaran-bundaran yang menarik.
Spiral dipasang di antaranya sebagai pengatur jarak. Sebelas spiral ditemukan di GΓΌttingen. Delapan spiral lainnya sedikit lebih besar, terbuat dari kawat emas murni, dengan berat lebih dari 21 gram.
Lebih dari 100 manik-manik amber dan dua cincin jari berspiral ganda melengkapi temuan ini. Peneliti mendapati, ada juga gigi beruang, kristal, fosil hewan, dan koleksi batu. Mereka menduga, benda nonperhiasan ini dianggap punya fungsi perlindungan atau penyembuhan, serta dipakai sebagai semacam jimat.
Hide quoted text
Berdasarkan hasil penelitian, perhiasan-perhiasan tersebut dibuat saat kebudayaan maju yang penting sedang berkembang di wilayah Mediterania di Mesir dan Kreta. Namun, peradaban ini tidak berdiri di Thurgau atau GΓΌttingen.
Jejak pemukiman desa besar dengan peninggalan Zaman Perunggu sempat ditemukan di sana. Namun, pemukiman di sana diperkirakan baru dibangun sekitar 1000 SM.
Calon Koleksi Museum
Peninggalan Zaman Perunggu Tengah tersebut kini sedang direstorasi agar dapat dipamerkan di Museum Arkeologi di Frauenfeld pada 2024. Sejumlah peninggalan dalam kondisi sangat sensitif sehingga butuh penanganan lebih hati-hati dan cermat.
Lebih lanjut, pihak arkeologi setempat berencana mengumumkan temuan ini lebih luas agar penafsiran ilmiah bisa dilakukan kalangan yang lebih luas. Terlepas dari itu, Kantor Arkeologi setempat menyatakan, jasa penemu dan pemilik ladang wortel amat besar sehingga peninggalan di tanah Thurgau dapat dilestarikan.
(twu/nwk)