Nilsson menuturkan, ia sengaja memberi raut muka bertanya-tanya pada visual wajah tersebut. Menurutnya, mimik muka tersebut adalah pengandaiannya jika perempuan tersebut melihat pengunjung museum melihatnya di ruang pajang prasejarah, dikutip dari Live Science.
Sosok Perempuan dari 4.000 Tahun Lalu
Sisa-sisa jasad perempuan tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1990-an di tambang batu Upper Largie, Skotlandia. Perempuan Upper Largie tersebut dikubur dalam posisi jongkok dalam kuburan lapis batu.
Perempuan tersebut kembali dikuburkan dengan hati-hati di tempatnya. Sementara itu, patung rekonstruksinya kini dipajang di Museum Kilmartin, Skotlandia, dikutip dari Smithsonian Magazine.
Direktur dan Kurator Museum Kilmartin, Sharon Webb menuturkan bahwa rekonstruksi sosok dari ribuan tahun lalu memberi kesan yang jauh lebih besar bagi pengunjung museum ketimbang memajang replika kerangka dan tengkoraknya.
"Jika melihat kerangka manusia di museum, itu mungkin memberi Anda gambaran tentang kehidupan singkatnya. Tetapi ketika melihat langsung wajah seseorang yang tinggal di Kilmartin Glen 4.000 yang lalu ini, dan berjalan di dekatnya, dampaknya sangat besar. Sama sekali berbeda," tutur Webb.
Rekonstruksi Perempuan Zaman Perunggu
Pembuatan patung rekonstruksi perempuan dari Zaman Perunggu tersebut dimulai dengan memindai tengkoraknya. Hasil pindaiannya lalu dicetak 3 dimensi. Area rahang bawah dan sisi kiri tengkoraknya dihitung kembali karena kedua bagian ini hilang dari sisa jasad aslinya.
Nilsson lalu melakukan perkiraan usia, berat badan, jenis kelamin, dan etnisnya. Perempuan yang hidup antara 1500-2200 SM di Skotlandia tersebut diperkirakan meninggal di usia akhir 20 tahun atau awal 30-an tahun. Berdasarkan analisis pada tulang dan giginya, perempuan ini diperkirakan meninggal karena malnutrisi atau penyakit lain.
Informasi di atas digunakan Nilsson untuk memasang pasak pada replika tengkorak, membentuk otot, dan jaringan wajah perempuan tersebut. Ia menjelaskan, data asal daerah seseorang, berat badan, dan usia dapat dicocokkan dengan grafik dan tabel analisis kedalaman jaringan wajah manusia.
Sisa tembikar Beaker di kuburan sang perempuan juga menunjukkan bahwa ia kemungkinan orang dengan budaya Beaker. Webb mengatakan, penanggalan karbon menunjukkan perempuan tersebut mungkin keturunan pendatang Beaker pertama.
Orang Beaker dikenal dengan karya tembikar khas yang berbentuk seperti lonceng. Kebudayaan ini diperkirakan muncul dari Eropa Tengah, lalu menyebar ke Inggris. Mereka menggantikan komunitas Neolitikum yang sebelumnya hidup di sana.
Perkiraan Warna Tanpa DNA
Nilsson menebak-nebak warna kulit, rambut, dan mata perempuan Zaman Perunggu tersebut. Sebab, tim arkeolog tidak dapat mengekstraksi DNA dari kerangkanya. Untuk itu, ia menggunakan perkiraan warna rambut ikal panjang yang gelap dengan kepang kecil di sisi wajah, dan mata coklat muda.
(twu/nwk)