Mengenal MRT dan Teknologinya, Siapa yang Belum Pernah Naik?

ADVERTISEMENT

Mengenal MRT dan Teknologinya, Siapa yang Belum Pernah Naik?

Baladan Hadza Firosya - detikEdu
Selasa, 17 Okt 2023 17:30 WIB
Potret pekerja di Depo MRT Lebak Bulus saat memeriksa kondisi kereta Turangga yang melayani rute Lebak Bulus-Bunderan HI.
Foto: Almadinah Putri Brilian
Jakarta -

Mass Rapid Transit/ Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta sudah beroperasi sejak tahun 2019. Tranportasi ini menjadi salah satu solusi utama untuk mengurangi masalah kemacetan lalu lintas Jakarta.

MRT menggunakan teknologi dalam pengoperasiannya. Berikut teknologi MRT Jakarta.

Teknologi MRT Jakarta

1. Pintu Tepi Peron (Platform Screen Doors)

Dalam menjamin keamanan dan kenyaman, MRT Jakarta dibangun dengan menerapkan sistem Platform screen doors (PSD) atau pintu tepi peron yang dilansir dari laman resmi Jakarta MRT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PSD adalah sejenis pintu yang dipasang di peron stasiun kereta untuk menjamin keselamatan penumpang dengan mencegah keterlambatan kereta akibat insiden keselamatan dan bertujuan untuk menjaga keamanan penumpang dan mencegah mereka jatuh ke rel kereta. Selain itu mencegah keterlambatan kereta akibat insiden kereta, mengurangi penggunaan energi yang diperlukan untuk menjaga suhu udara yang stabil saat di terowongan bawah tanah, serta mengurangi kebutuhan akan staf stasiun dan awak kereta.

Pintu tepi peron ini memiliki tiga jenis, yakni

ADVERTISEMENT

Β· Pintu Geser Otomatis/Automatic Sliding Doors

Pintu ini terdapat di jalur layang dan stasiun bawah tanah, terintegrasi dengan sistem kereta, dan memiliki sensor untuk keselamatan penumpang. Dilengkapi dengan lampu indikator dan pengeras suara. Untuk fase 1, PT MRT Jakarta membangun 672 pintu geser otomatis yang tersebar di 13 stasiun.

Β· Pintu Darurat/Emergency Doors

Sebagai fitur keselamatan, pintu darurat memiliki 168 unit di tiga belas stasiun, dengan enam pintu darurat di setiap area peron, kecuali Stasiun Blok M yang memiliki tiga pintu darurat. Pintu darurat juga hanya dapat dibuka secara manual.

Β· Pintu masinis/Drivers Swing Doors

Terdapat panel manual di dekat pintu ini, yang hanya dapat digunakan oleh masinis dalam situasi tertentu. Selain itu, ada 56 unit di 13 stasiun yang terletak di ujung peron untuk masinis.

2. Sistem Persinyalan

Mengutip dari skripsi Kinerja Sistem Moving Block pada MRT Jakarta oleh M. Riza Sapari, MRT Jakarta menggunakan sistem persinyalan yang disebut Communication Based Train Control (CBTC) dengan komunikasi data melalui RF (Radio Frequency) sesuai dengan standar IEEE 1474.

Sistem ini beroperasi dalam mode Automatic Train Operation (ATO), yang berarti semua sistem dikendalikan secara otomatis dan terpusat. MRT Jakarta juga menggunakan Grade Of Automation 2 (GoA 2) di mana kereta beroperasi otomatis, tetapi masinis masih mengendalikan buka-tutup pintu kereta, dan dalam keadaan darurat, masinis bertanggung jawab.

CBTC sendiri memiliki tiga mode operasi yang dapat ditinjau berikut ini.

Β· Automatic Train Operation (ATO)

Ini adalah mode di mana sistem mengontrol kereta secara otomatis, memasukkan jalur dan berhenti. Mode ini digunakan saat kereta api beroperasi di jalur utama dan kereta api melangsir di MRT Jakarta. Sehingga masinis hanya bertanggung jawab untuk mengoperasikan pintu kereta dan menangani situasi darurat.

Β· Automatic Train Protection (ATP)

Mode ini berfokus pada keamanan perjalanan kereta dan memiliki tiga sub-mode. Normal, yakni saat Traffic Dispatcher memantau kendaraan, masinis mengendalikannya dengan batasan kecepatan yang ditetapkan oleh sistem. Mode ini digunakan di akses line, stabling track depot, dan saat melangsir di beberapa stasiun.

Restricted, mode ini tidak menggunakan ATP normal, karena kereta dikendalikan oleh masinis dengan batasan kecepatan maksimum 25 km/jam yang diatur oleh sistem VOBC.

Cut-off, kereta dikendalikan oleh masinis tanpa pemantauan dari Traffic Dispatcher, dengan kecepatan maksimum 25 km/jam yang diatur oleh Rolling Stock. Mode ini hanya digunakan dalam situasi darurat dan tidak menggunakan ATP normal.

Β· Wayside Signal

Kereta dikendalikan oleh masinis tanpa pantauan Traffic Dispatcher. Instruksi diberikan oleh Depot Dispatcher dan Traffic Dispatcher. Sistem ATO dan ATP dimatikan, digunakan hanya saat uji coba di jalur utama dan menuju workshop.

Selain itu, sistem moving block yang digunakan pada MRT untuk mengatur perjalanan kereta MRT dengan cara yang lebih fleksibel dan akurat.

Dengan menggunakan sistem Moving Block, sensor mendeteksi keberadaan dan kecepatan kereta MRT, dan blok perjalanan kereta api dapat berubah dan bergerak sesuai dengan pergerakan kereta dan parameter lainnya.

Hal ini memungkinkan penentuan posisi kereta MRT dengan lebih akurat, memastikan operasi yang lebih efisien dan aman.

3. Mesin Bor Terowongan (Tunnel Boring Machine)

Kembali merujuk pada laman resmi Jakarta MRT, dalam membangun MRT fase 2A, PT MRT Jakarta menggunakan mesin bor terowongan yang didatangkan dari Cina.

Mesin Bor Terowongan (Tunnel Boring Machine) akan digunakan untuk membuat terowongan dari Stasiun Bundaran HI ke Harmoni. TBM ini memiliki diameter sekitar enam meter dan sesuai dengan standar kualitas Jepang.

Nah, jadi itulah beberapa teknologi yang digunakan dalam pengoperasian MRT Jakarta. Semoga bermanfaat.




(nwy/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads