Perkenalkan Attodetik, Skala Waktu Terbaru yang Antar Kemenangan Nobel Fisika

ADVERTISEMENT

Perkenalkan Attodetik, Skala Waktu Terbaru yang Antar Kemenangan Nobel Fisika

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 04 Okt 2023 19:00 WIB
pemenang nobel fisika 2023
Foto: YouTube/Nobel Prize
Jakarta -

Ketiga pemenang Nobel Fisika 2023 diumumkan kemarin, Selasa (3/10/2023). Para ilmuwan memperolehnya sebagai ganjaran atas penelitian mengenai attodetik, yakni suatu periode waktu yang amat singkat.

Eksperimen mereka yang memanfaatkan laser kemudian menghasilkan sebuah alat untuk mengobservasi dan bahkan bisa jadi memanipulasi elektron. Sumbangsih ini kemudian dapat menciptakan terobosan di berbagai bidang seperti elektronik dan kimia, seperti dikatakan ahli kepada AFP dikutip dari Science Alert.

Apa Itu Attodetik?

Attodetik adalah sepersemiliar miliar detik. Sebagai gambaran, jumlah attodetik dalam satu detik sama banyaknya dengan jumlah detik dalam 13,8 miliar tahun sejarah alam semesta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang peneliti dari ETH Zurich, Hans Jakob Woerner mengatakan kepada AFP bahwa attodetik adalah skala waktu terpendek yang bisa diukur secara langsung.

Mengapa Attodetik Dibutuhkan?

Kemampuan dalam mengoperasikan skala waktu ini adalah hal yang penting lantaran attodetik adalah kecepatan di mana elektron bekerja. Sebagai contoh, elektron membutuhkan 150 attodetik untuk mengitari nukleus atom hidrogen.

ADVERTISEMENT

Artinya, penelitian mengenai attodetik memberikan ilmuwan akses terhadap proses fundamental yang sebelumnya tak terjamah. Semua elektronik dimediasi oleh oleh pergerakan elektron. Sementara, menurut Woerner saat ini batas kecepatan yang diketahui adalah nanodetik.

Dia menambahkan, apabila mikroprosesor diubah menjadi attodetik, maka pemrosesan informasi dapat miliar kali lebih cepat.

Bagaimana Cara Mengukur Attodetik?

Fisikawan Anne L'Huillier, salah satu dari tiga pemenang Nobel Fisika tahun ini, merupakan orang pertama yang menemukan landasan untuk gerbang menuju dunia attodetik.

Eksperimen yang dilakukan L'Huillier menggunakan laser bertenaga tinggi untuk menghasilkan denyut cahaya dalam periode waktu yang begitu cepat.

Seorang peneliti di France's Institute of Light and Matteer yang pernah bekerja dengan L'Huillier mengatakan kepada AFP bahwa eksperimen tersebut seperti sebuah bioskop yang diciptakan untuk elektron.

Sementara seorang profesor fisika laser di Imperial College London mengatakan, "Itu seperti sebuah alat yang sangatlah cepat, alat denyut cahaya yang kemudian mampu menyinari material untuk memperoleh informasi mengenai responsnya dalam skala waktu tersebut."

Ketiga pemenang Nobel Fisika pada tahun ini yaitu Pierre Agostini, Ferenc Krausz, Anne L'Huillier, menghasilkan rekor untuk denyut cahaya tercepat. Pada 2001 tim Agostini mampu menghasilkan denyut cahaya hanya selama 250 attodetik.

Kemudian, tim L'Huillier mengalahkan rekor sebelumnya pada 2003. Tim kali ini mencetak rekor 170 attodetik.

Pada 2008, Krausz bahkan menghasilkan 80 attodetik denyut cahaya. Kendati begitu pemegang rekor Guinness World saat ini merupakan tim Woerner, dengan hasil eksperimen 43 attodetik.

Woerner mengatakan, dengan teknologi saat ini waktunya dapat mencapai beberapa attodetik saja. Oleh sebab itu, dia mengaku termotivasi.

Apa Manfaat Attodetik?

Meski saat ini pemanfaatan attodetik secara masif belum cukup umum, para ahli mengatakan ada masa depan yang cerah mengenai hal tersebut. Sejauh ini para ilmuwan hanya bisa menggunakan attodetik untuk mengobservasi elektron.

"Namun, apa yang sebelumnya belum tersentuh atau awal dari sesuatu yang memungkinkan, adalah mengendalikan elektron atau memanipulasi pergerakan mereka," kata Woerner.

Apabila hal itu dapat dilakukan maka, akan mampu dihasilkan elektronik yang jauh lebih cepat sekaligus harapan mengenai adanya revolusi kimia.

"Kita tidak akan dibatasi dengan apa yang biasanya dilakukan molekul, tetapi dapat membuat mereka melakukan yang kita butuhkan," jelasnya.

Maka dari itu, Woerner menyebutkan attokimia dapat menghasilkan sel surya yang lebih efisien atau bahkan penggunaan energi cahaya untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan.




(nah/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads