Cerita Oppenheimer, Lulusan Harvard yang Ciptakan Bom Atom Pertama di Dunia

ADVERTISEMENT

Cerita Oppenheimer, Lulusan Harvard yang Ciptakan Bom Atom Pertama di Dunia

Fahri Zulfikar - detikEdu
Kamis, 20 Jul 2023 19:00 WIB
J Robert Oppenheimer
Foto: Ars Technica/Oppenheimer
Jakarta -

Nama Oppenheimer ramai dibahas setelah sutradara kenamaan Christopher Nolan merilis filmnya yang berjudul "Oppenheimer" pada Rabu, 19 Juli 2023. Film ini menceritakan tentang Julius Robert Oppenheimer dan menjadi biopik pertama Nolan.

Julius Robert Oppenheimer adalah seorang fisikawan teoretis dan administrator sains Amerika yang lahir pada 22 April 1904, New York, AS. Ia tercatat pernah menjadi Direktur Los Alamos Laboratory (1943-1945) selama Proyek Manhattan atau pengembangan bom atom dan pernah menjadi Direktur Institute for Advanced Study, Princeton (1947-1966).

Melansir laman Atomic Heritage Foundation, dalam Proyek Manhattan Oppenheimer bertanggung jawab atas penelitian dan desain bom atom. Oleh karena itu, di kemudian hari, dia dikenal sebagai "bapak bom atom".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lulus Harvard Hanya 3 Tahun

Jauh sebelum Proyek Manhattan, Oppenheimer adalah seorang lulusan Harvard University angkatan 1922 dan lulus dalam tiga tahun. Selama kuliah, ia dikenal unggul dalam berbagai mata pelajaran.

Meskipun mengambil jurusan kimia, Oppenheimer akhirnya menyadari bahwa hasratnya yang sebenarnya adalah belajar fisika.

ADVERTISEMENT

Pada tahun 1925, Oppenheimer memulai pekerjaan pascasarjana di bidang fisika di Laboratorium Cavendish di University of Cambridge, Inggris. Di sana, Oppenheimer bekerja dengan J. J. Thomson yakni peraih Hadiah Nobel Fisika tahun 1906 karena mendeteksi elektron.

Di Cavendish itulah kemudian Oppenheimer menyadari bahwa bakatnya adalah untuk fisika teoretis, bukan eksperimental. Setelah itu, dia menerima undangan dari Max Born, Direktur Institut Fisika Teoretis di Universitas GΓΆttingen, untuk belajar bersamanya di Jerman.

Oppenheimer beruntung, selama berada di Eropa, dunia fisika di sana sedang pada masa ketika fisikawan Eropa mengembangkan teori mekanika kuantum yang inovatif.

Pada tahun 1927, Oppenheimer menerima gelar doktor dan menerima jabatan profesor di Universitas California, Berkeley, dan Institut Teknologi California.

Di Berkeley, dia berteman baik dengan Ernest Lawrence, salah satu fisikawan eksperimental top dunia dan penemu siklotron.

Proyek Eksplorasi Bom Atom

Puluhan tahun menjadi fisikawan teoritis hingga melewati masa Perang Dunia II membuat Oppenheimer banyak dikenal tokoh penting. Hal ini yang kemudian membawanya dilibatkan dalam proyek eksplorasi bom atom.

Namun, setelah invasi Polandia oleh Nazi Jerman pada tahun 1939, fisikawan Albert Einstein, Leo Szilard, dan Eugene Wigner memperingatkan pemerintah AS tentang bahaya yang mengancam seluruh umat manusia jika Nazi menjadi yang pertama membuat bom nuklir.

Oppenheimer kemudian mulai mencari proses pemisahan uranium-235 dari uranium alam dan menentukan massa kritis uranium yang diperlukan untuk membuat bom semacam itu, sebagaimana dikutip dari Britannica.

Tepat pada bulan Agustus 1942, Angkatan Darat AS diberi tanggung jawab mengorganisir upaya fisikawan Inggris dan AS untuk mencari cara memanfaatkan energi nuklir untuk keperluan militer. Upaya ini kemudian dikenal sebagai Proyek Manhattan.

Kala itu, Oppenheimer diinstruksikan untuk mendirikan dan mengelola laboratorium untuk melaksanakan tugas ini. Pada tahun 1943 ia memilih dataran tinggi Los Alamos, dekat Santa Fe, New Mexico.

Pengalaman penelitian tentang neutron cepat, membuat Oppenheimer bisa menghitung berapa banyak bahan yang mungkin dibutuhkan untuk sebuah bom dan seberapa efisiennya.

Upaya bersama para ilmuwan terkemuka di Los Alamos memuncak dengan ledakan nuklir pertama, pada 16 Juli 1945, di Situs Trinity dekat Alamogordo, New Mexico, setelah penyerahan Jerman.

Beberapa minggu kemudian, Amerika menjatuhkan bom atom di Jepang yakni 6 Agustus 1945 di kota Hiroshima dan 9 Agustus 1945 di kota Nagasaki.

Pada bulan Oktober tahun yang sama, Oppenheimer mengundurkan diri dari jabatannya. Diduga pengunduran dirinya sebagai direktur proyek bom atom terkait dengan penyesalan akan banyaknya korban yang berjatuhan.

Fokus di Bidang Akademi Seni dan Sains bersama Albert Einstein

Setelah mundur, ia menjadi Kepala Institute for Advanced Study, Princeton University dan menjabat dari tahun 1947 hingga 1952 sebagai ketua Komite Penasihat Umum Komisi Energi Atom, yang pada bulan Oktober 1949 menentang pengembangan bom hidrogen.

Bersama dengan Albert Einstein, Bertrand Russell, dan Joseph Rotblat, Oppenheimer mendirikan Akademi Seni dan Sains Dunia pada tahun 1960.

Oppenheimer terus mengajar di seluruh dunia, dan dianugerahi Penghargaan Enrico Fermi pada tahun 1963. Dia meninggal karena kanker tenggorokan pada tahun 1967.




(faz/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads