Gagasan tentang alam semesta paralel, dimensi tersembunyi, hingga kemungkinan adanya makhluk ekstraterestrial dan ekstradimensi seperti alien, kini mulai dilirik dunia sains sebagai topik yang layak diteliti, bukan sekadar dongeng fiksi ilmiah.
Menurut Guru Besar Fisika Teori dari IPB University, Husin Alatas, spekulasi kosmologis tersebut kini tengah dikaji secara ilmiah melalui pendekatan berbasis observasi elektromagnetik dan radiasi kosmik. Ia menyebut kemajuan teknologi pengamatan telah membuka celah baru dalam memahami semesta dari sudut pandang fisika modern.
"Elektromagnetisme adalah fenomena paling akrab dalam kehidupan manusia. Hampir seluruh sistem sensori manusia menggunakan gelombang elektromagnetik untuk berinteraksi dengan alam sekitar," ujar Husin dalam keterangan tertulis yang dikutip detikEdu, Rabu (11/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan, cahaya yang bisa dilihat manusia hanya sebagian kecil dari spektrum elektromagnetik. Mulai dari gelombang radio hingga sinar gamma, setiap frekuensinya menyimpan petunjuk penting tentang struktur dan sejarah alam semesta.
Penemuan Spektrum Elektromagnetik
Salah satu penemuan penting dalam spektrum elektromagnetik adalah radiasi latar-belakang gelombang mikro kosmik (Cosmic Microwave Background/CMB). Radiasi ini merupakan sisa dari peristiwa Big Bang yang terjadi sekitar 13,4 miliar tahun lalu dan mulai bisa terdeteksi sekitar 380.000 tahun setelah alam semesta terbentuk.
"Radiasi CMB memiliki temperatur rata-rata sekitar 2,7Β° Kelvin. Namun radiasi dengan variasi suhu sekecil 0,00001Β° Kelvin tersebut bisa memberikan informasi sangat berharga tentang umur, bentuk, komposisi, bahkan proses pembentukan bintang dan galaksi," kata Husin yang juga pengampu mata kuliah Teori Relativitas.
Saat ini, lanjutnya, melalui pengamatan satelit Planck yang dioperasikan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) yang relatif memiliki resolusi yang sangat tinggi, para ilmuwan fisika dan astronomi menginvestigasi berbagai anomali distribusi variasi temperatur CMB yang tidak dapat dijelaskan oleh pemahaman yang telah terbangun selama ini.
Pengamatan terhadap radiasi ini lalu memunculkan pertanyaan besar, salah satunya adalah anomali cold-spot, titik dingin yang tidak dapat dijelaskan secara memadai oleh teori kosmologi saat ini.
"Salah satu penjelasan yang diajukan adalah kemungkinan keberadaan alam semesta paralel atau dimensi ruang ekstra yang sempat besar lalu melipat menjadi sangat kecil dan sulit dideteksi," imbuhnya.
Spekulasi yang Belum Dibuktikan Secara Empiris
Meski begitu, Husin menekankan spekulasi tentang dimensi paralel (multiverse) masih berada dalam ranah ilmiah yang belum bisa dibuktikan secara empiris. "Alternatif yang lebih rasional untuk menjelaskan cold-spot adalah keberadaan void hampa kosmik yang sangat besar," jelas dia.
Selain radiasi CMB, sinyal elektromagnetik lainnya seperti semburan sinar-X dan sinar gamma juga memberikan petunjuk keberadaan objek eksotik seperti quasar, bintang neutron, dan lubang hitam.
"Bagi sementara orang, fenomena-fenomena anomali sinyal elektromagnetik kadang ditafsirkan sebagai bentuk kehadiran makhluk ekstradimensi dan makhluk ekstraterestrial atau alien," terangnya.
Menurut Husin, hal tersebut tidak sepenuhnya salah, mengingat dapat saja sinyal-sinyal tersebut merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh makhluk-makhluk tersebut kepada manusia. Namun, ia menegaskan, sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang dapat mengonfirmasi keberadaan makhluk tersebut di balik fenomena tersebut.
Husin mengakui bahwa ketertarikan masyarakat terhadap hal-hal tak kasatmata merupakan ekspresi dari rasa ingin tahu manusia yang besar, sebuah karakteristik unik yang mendorong kemajuan peradaban. Baginya, rasa ingin tahu manusia adalah anugerah besar dari Sang Pencipta.
"Penemuan jendela baru pengamatan alam semesta berupa gelombang gravitasi merupakan sebuah bukti yang terang benderang bahwa peluang menguak hal-hal yang selama ini lebih bersifat supranatural dan metafisik tersebut tetap terbuka selama manusia memiliki rasa keingintahuan yang tinggi," ucapnya.
(pal/faz)