World Economic Forum (WEF) mencatat lapisan es Antartika telah berkurang drastis sejak tahun 2016. Parahnya, pengurangan es ini terus berlanjut sampai tahun 2023 hingga memecahkan rekor yang mengkhawatirkan.
Tercatat, sejak awal tahun 2023, rekor terendah pengurangan es di laut Antartika kembali tercapai.
Menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional, atau NSIDC, luas lautan es yang mengelilingi Antartika turun menjadi hanya 737.000 mil persegi (1,91 juta kilometer persegi) pada 13 Februari 2023. Angka ini menurun dibanding rekor sebelumnya yang hanya 741.000 mil persegi (1,92 juta kilometer persegi) pada 25 Februari 2022.
Pada akhir Juni 2023, hampir satu juta mil persegi es hilang dari lautan sekitar Antartika.
Pertumbuhan Es di Laut Antartika Rendah
Terbaru, es laut Antartika kemungkinan mencapai batas maksimumnya pada 10 September sebesar 6,5 juta mil persegi (16,96 juta kilometer persegi). Ini adalah batas maksimum terendah yang pernah tercatat dalam catatan satelit.
"Ini merupakan rekor rendahnya es laut di Antartika. Pertumbuhan es laut tampak rendah di hampir seluruh benua dibandingkan di satu wilayah," kata Walt Meier, ilmuwan es laut di NSIDC, dikutip dari Space.
"Terdapat es yang lebih longgar dan konsentrasinya lebih rendah, bahkan di Kutub Utara dan daerah yang dulunya merupakan lapisan es padat dan padat selama musim panas. Hal ini semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir," imbuhnya.
Jika tidak dikendalikan, para ahli khawatir mencairnya seluruh lapisan es Antartika Barat akan menyebabkan kenaikan permukaan laut global sebesar 3,3 meter di masa depan.
Krisis Iklim yang Sangat Jelas, Disebabkan oleh Manusia
Melansir laman CNN, es laut Antartika yang telah mencapai rekor terendah menjadi sinyal bahwa krisis iklim kini jelas berdampak pada wilayah yang luas, kompleks, dan terisolasi ini.
Setiap tahun, es laut tumbuh dan mencair seiring musim, dan luasnya di kedua arah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pola angin, suhu laut.
Hal ini berkorelasi langsung dengan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia dan pola iklim seperti El NiΓ±o yang terjadi saat ini.
Pencitraan Satelit Berkurangnya Lapisan Es di Antartika
Penelitian baru menggunakan satelit seperti ICESat-2 (Ice, Cloud and land Elevation Satellite-2) milik NASA telah memantau seberapa tebal es sepanjang tahun.
"Di NASA kami tertarik untuk melakukan pengukuran mutakhir, namun kami juga mencoba menghubungkannya dengan catatan sejarah untuk lebih memahami apa yang mendorong beberapa perubahan yang kami lihat ini," kata Nathan Kurtz, kepala laboratorium Laboratorium Ilmu Kriosfer NASA.
Peneliti mencatat, bahwa salah satu masalah dengan rendahnya cakupan es laut adalah hal ini memperkuat pemanasan laut akibat siklus umpan balik albedo es.
Es laut, yang berwarna putih, memantulkan energi matahari kembali ke luar angkasa, namun lautan terbuka yang gelap menyerapnya. Dengan demikian, perairan mungkin tetap hangat, sehingga menghambat pertumbuhan es laut lebih lanjut.
Meskipun luas minimum dan maksimum es laut merupakan pengukuran penting di lingkungan kutub, ketebalan es laut tersebut juga menjadi perhatian utama.
"Ketebalan pada akhir musim pertumbuhan sangat menentukan kelangsungan hidup es laut," tutur Kurtz.
(faz/nwk)