Studi Terbaru: Lebih dari 2,8 Miliar Orang di Dunia Terpapar Polusi Udara Tiap Hari

ADVERTISEMENT

Studi Terbaru: Lebih dari 2,8 Miliar Orang di Dunia Terpapar Polusi Udara Tiap Hari

Baladan Hadza - detikEdu
Senin, 25 Sep 2023 18:00 WIB
Foto udara api membakar lahan di sisi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Palembang-Indralaya KM08 Desa Sukarami, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, Rabu (20/9/2023). Derasnya angin di lokasi kebakaran lahan tersebut membuat petugas keawalahan melakukan pemadaman. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/Spt.
Foto: Antara Foto/Nova Wahyudi/Polusi udara akibar Karhutla
Jakarta -

Sebuah studi mengungkapkan bahwa lebih dari 2 miliar orang harus menghadapi polusi udara dari kebakaran hutan setiap harinya selama 9 hari per tahunnya. Parahnya, jumlah orang yang terpapar meningkat sebesar 6,8% dalam sepuluh tahun terakhir.

Studi yang dipimpin oleh ilmuwan Australia ini telah menghitung tingkat polusi udara harian global yang disebabkan oleh kebakaran hutan dari tahun 2000 hingga 2019.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa lebih dari 2,18 miliar orang di seluruh dunia, atau rata-rata setiap orang terpapar selama 9,9 hari per tahun, menghadapi dampak besar dari polusi udara akibat kebakaran hutan, sebagaimana dilansir dari phys.org.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, kini telah memberikan gambaran yang jelas tentang betapa seriusnya dampak polusi udara dari kebakaran hutan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan global.

Paparan Polusi Udara Lebih Tinggi di Negara Berkembang

Profesor Yuming Guo dan Shanshan Li, dari Fakultas Kesehatan Populasi dan Pengobatan Pencegahan Universitas Monash Australia, yang memimpin penelitian ini, menemukan bahwa tingkat paparan PM2.5 sangat tinggi di Afrika Tengah, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Siberia.

ADVERTISEMENT

Studi ini juga mengamati ozon yang berasal dari kebakaran lanskap global, sebuah polutan penting terkait kebakaran yang hanya diperkirakan terjadi di Amerika Serikat.

Salah satu temuan pentingnya adalah bahwa tingkat paparan polusi udara dari kebakaran hutan jauh lebih tinggi di negara-negara dengan pendapatan rendah dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi.

Ini menunjukkan bahwa populasi di negara-negara berpendapatan rendah lebih rentan terhadap dampak polusi udara ini. Peneliti juga menyoroti pentingnya memberikan perhatian khusus pada upaya mitigasi polusi udara di negara-negara yang memiliki infrastruktur pemantauan kualitas udara yang terbatas.

Selain itu, tingkat paparan di negara-negara berpendapatan rendah empat kali lebih tinggi dalam dekade terakhir dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi.

Bisa Meningkatkan Angka Kematian

Peneliti juga memberi catatan penting bahwa polusi udara yang berasal dari kebakaran hutan dapat memiliki dampak serius terhadap kesehatan.

Ini termasuk peningkatan angka kematian, masalah kesehatan pernapasan dan jantung, serta masalah kesehatan mental di seluruh dunia.

"Paparan terhadap polusi udara yang disebabkan oleh asap kebakaran hutan yang menyebar ratusan bahkan ribuan kilometer dapat berdampak pada populasi yang jauh lebih besar, dan menyebabkan risiko kesehatan masyarakat yang jauh lebih besar," kata Profesor Yuming Guo.

Menurutnya, pemetaan dan pelacakan paparan populasi terhadap polusi udara yang bersumber dari kebakaran sangat penting untuk memantau dan mengelola dampak kesehatan masyarakat.

Selai itu, diperlukan penerapan pencegahan dan intervensi yang ditargetkan dan memperkuat argumen untuk mitigasi perubahan iklim.

Tantangan Global yang Harus Diatasi

Seperti yang diketahui, kebakaran hutan yang semakin meningkat dan perubahan iklim merupakan faktor penting yang berkontribusi pada peningkatan polusi udara dari kebakaran hutan.

Dengan perubahan iklim yang terus berlangsung, peningkatan dampak polusi udara ini menjadi salah satu tantangan global yang harus segera diatasi. Dampak kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh polusi udara dari kebakaran hutan harus diangkat sebagai isu prioritas.

Selain itu, upaya mitigasi perubahan iklim juga perlu diperkuat untuk mengurangi frekuensi kebakaran hutan dan dampak polusi udara yang ditimbulkannya.

Mengingat jumlah orang yang terpapar terus meningkat, peneliti menuturkan tindakan mitigasi dan pemantauan yang efektif sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat dan meminimalkan dampaknya pada lingkungan.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads