Apa Itu Perebusan Global? Ini Pengertian dan Dampaknya Bagi Bumi

ADVERTISEMENT

Apa Itu Perebusan Global? Ini Pengertian dan Dampaknya Bagi Bumi

ilham fikriansyah - detikEdu
Rabu, 20 Sep 2023 07:45 WIB
A man cools off at the Spanish Steps Barcaccia fountain in Rome, Tuesday, Aug. 22, 2023. Italy is facing a heat wave with temperatures in the capital as high as 37 Celsius (98 Farenheit). (AP Photo/Gregorio Borgia)
Foto: AP/Gregorio Borgia
Jakarta -

Kata 'perebusan global' atau global boiling tengah menjadi topik pembicaraan belakangan ini. Hal itu disebabkan adanya perubahan iklim pada bumi yang membuat suhu meningkat hingga terasa lebih panas.

Yap, belakangan ini suhu udara memang terasa sedang panas-panasnya. Tercatat, beberapa hari terakhir suhu udara saat siang hari di Jakarta bisa mencapai 35 derajat Celcius.

Peningkatan suhu udara tersebut membuat sejumlah petinggi dari berbagai negara menghimbau agar lebih waspada dan peduli terhadap lingkungan. Jika tidak segera dicegah, maka Bumi akan masuk ke dalam fase perebusan global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, apa yang dimaksud dengan perebusan global? Simak pembahasannya secara lengkap dalam artikel ini.

Apa Itu Perebusan Global?

Beberapa waktu lalu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, mengatakan bahwa Bumi sedang mengalami masa perebusan global atau global boiling. Hal ini tak lepas dari sejumlah bencana alam yang terjadi baru-baru ini.

ADVERTISEMENT

"Perubahan iklim telah tiba, ini benar-benar menakutkan. Dan ini baru permulaan," kata Guterres dilansir situs United Nations.

Mengutip The Guardian, berdasarkan data yang dirilis oleh Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization) dan Copernicus Climate Change Service, disebutkan bahwa Juli 2023 merupakan bulan terpanas dalam sejarah kehidupan manusia yang pernah tercatat.

"Kami dapat mengatakan bahwa tiga minggu pertama di bulan Juli (2023) telah menjadi periode tiga minggu terpanas yang pernah diamati dalam catatan kami," ujar Carlo Buentempo selaku Direktur Copernicus Climate Change Service.

Meningkatnya suhu bumi dalam beberapa tahun terakhir membuat Guterres mengatakan jika era pemanasan global atau global warming telah berakhir. Kini, penduduk bumi akan memasuki era perebusan global.

"Era pemanasan global telah berakhir. Era perebusan global telah tiba," paparnya.

Pendidihan global adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan terjadinya kenaikan suhu Bumi secara global. Hal tersebut juga disebabkan oleh perubahan iklim yang cukup ekstrem, sehingga di beberapa negara terjadi bencana alam yang cukup besar.

Dampak dari Perebusan Global

Adapun sejumlah dampak nyata dari terjadinya perebusan global, salah satunya suhu udara yang begitu panas. Selain itu, ada beberapa dampak lain yang ditimbulkan dari global boiling, yakni sebagai berikut:

  • Es di kutub utara semakin mencair
  • Kekeringan di sejumlah negara karena suhu panas ekstrim
  • Mengganggu ekosistem di Bumi
  • Ancaman kesehatan bagi manusia karena suhu Bumi yang terus meningkat

Penyebab Perebusan Global

Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization, Petteri Taalas mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya perebusan global adalah karena emisi gas rumah kaca. Untuk itu, ia menghimbau bahwa kepada seluruh penduduk Bumi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Kebutuhan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca kini menjadi lebih mendesak daripada sebelumnya," kata Taalas dilansir The Guardian.

Lalu, seorang ilmuwan iklim dari Grantham Institute, Joyce Kimutai mengungkapkan bahwa peningkatan suhu dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh emisi, terlebih pada sejumlah negara yang masih belum sadar akan bahaya emisi terhadap pencemaran udara.

"Hal ini seharusnya menjadi peringatan bagi kita semua. Kita harus mengalihkan pembicaraan ke hal-hal yang perlu segera dilakukan pada tahun ini," ujar Kimutai.

Cara Mengatasi Perebusan Global

Guterres menghimbau kepada seluruh negara untuk sadar akan perebusan global yang semakin mengkhawatirkan. Ia juga mengatakan bahwa semua pihak harus bersatu untuk mempercepat transisi yang adil dan merata, misalnya beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.

"Tidak ada lagi greenwashing, tidak ada lagi penipuan, dan tidak ada lagi distorsi yang kejam terhadap undang-undang anti monopoli untuk menyabotase gerakan net zero," papar Guterres.

Lebih lanjut, Guterres mendesak kepada anggota G20 dan semua negara untuk mendorong tercapainya emisi nol bersih. Selain itu, ia juga berusaha agar sejumlah negara mulai berhenti menggunakan batu bara secara bertahap mulai tahun 2040.

Guterres yakin masih bisa membatasi kenaikan suhu Bumi hingga batas maksimal di angka 1,5 derajat Celcius. Namun, semua itu butuh kerja sama antar negara dalam mencegah global boiling.

"Masih mungkin untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius dan menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim, namun hal itu harus dilakukan segera," papar Guterres.

"Kita telah melihat beberapa kemajuan, seperti penggunaan energi terbarukan dan sejumlah langkah positif dalam sektor-sektor lainnya, tetapi tidak ada yang berjalan cukup cepat (untuk mengatasi perubahan iklim). Suhu yang semakin meningkat menuntut tindakan yang lebih cepat," pungkasnya.

Itu dia penjelasan mengenai perebusan global atau global boiling. Semoga artikel ini dapat membantu detikers!




(ilf/fds)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads