Apa Itu La Nina? Ini Pengertian, Ciri-ciri, dan Dampaknya

Apa Itu La Nina? Ini Pengertian, Ciri-ciri, dan Dampaknya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Senin, 25 Nov 2024 12:46 WIB
Warga melintas di jembatan penyeberangan orang (JPO) di jalan Jenderal Sudirman Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (18/11/2020). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palembang memprediksi dampak fenomena La Nina, curah hujan di tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan lebih tinggi di atas normal hingga April 2021, yang berpotensi terjadinya banjir bandang dan tanah longsor. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Ilustrasi dampak La Nina. Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Solo -

Cuaca di Indonesia dan global dapat berubah drastis ketika terjadi La Nina. Fenomena tersebut mampu mengubah curah hujan, suhu, hingga kondisi cuaca. Namun, apa itu La Nina sebenarnya?

Dilansir Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, fenomena La Nina berlangsung mulai November atau akhir tahun 2024. Tidak hanya berlangsung satu atau dua minggu, La Nina diperkirakan akan bertahan hingga Maret atau April 2025.

Ingin tahu apa itu La Nina, lengkap dengan ciri-ciri dan dampaknya? Mari simak pembahasan lengkap berikut ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu La Nina?

Dikutip dari buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino, dan Musim di Indonesia yang diterbitkan BMKG, La Nina adalah fenomena iklim global yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur lebih dingin dari kondisi normalnya. Perubahan suhu ini disertai dengan perubahan pola sirkulasi Walker, yaitu sirkulasi atmosfer arah timur-barat di sekitar ekuator. Fenomena ini dapat memengaruhi pola cuaca dan iklim di berbagai wilayah dunia.

Proses terjadinya La Nina diawali dengan penumpukan massa air dingin di bawah permukaan Samudra Pasifik. Angin pasat dari timur yang semakin kuat kemudian mendorong air dingin ini ke permukaan, menyebabkan upwelling atau naiknya air laut yang lebih dingin di sekitar pantai barat Amerika Selatan dan sepanjang ekuator Pasifik. Akibatnya, suhu permukaan laut di kawasan ini turun hingga di bawah normal.

ADVERTISEMENT

Fenomena La Nina biasanya terjadi beberapa tahun sekali dan dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga dua tahun. Selama kejadian La Nina, dampak penurunan suhu permukaan laut dapat signifikan. Misalnya, pada peristiwa La Nina tahun 1988-1989, suhu permukaan laut tercatat turun hingga 4Β°C di bawah normal.

La Nina cenderung memuncak pada musim dingin di Belahan Bumi Utara, yakni antara bulan Desember hingga Februari. Fenomena ini sering kali memengaruhi pola curah hujan, angin, dan suhu global, yang dampaknya dapat dirasakan di berbagai belahan dunia.

Ciri-Ciri La Nina

Dirangkum dari buku Sosiologi Lingkungan Hidup yang ditulis oleh Suharko, La Nina memiliki beberapa ciri khas atau gejala. Mari simak detailnya!

1. Penurunan Suhu Permukaan Laut

Salah satu gejala utama La Nina adalah suhu permukaan laut di bagian tengah Samudra Pasifik turun di bawah kondisi normal. Penurunan ini biasanya terjadi akibat penguatan angin pasat yang menyebabkan naiknya air laut dingin dari kedalaman ke permukaan.

2. Kemarau Basah

Kemudian La Nina ditandai dengan kondisi curah hujan yang tinggi bahkan pada musim kemarau. Fenomena ini sering disebut sebagai kemarau basah, karena wilayah yang biasanya kering pada musim tertentu tetap mengalami hujan.

3. Frekuensi dan Durasi

La Nina biasanya terjadi setiap dua hingga tujuh tahun sekali. Fenomena ini memiliki pola berulang yang tidak teratur tetapi cukup sering untuk memengaruhi kondisi cuaca global. Kejadian La Nina berlangsung selama sembilan hingga dua belas bulan. Dalam beberapa kasus, fenomena ini bisa bertahan lebih lama, meskipun jarang.

Dampak La Nina

Efek atau dampak dari La Nina dapat dirasakan di seluruh dunia. Seperti apakah dampaknya? Mari simak pembahasan lengkap yang dihimpun dari buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino, dan Musim di Indonesia yang diterbitkan BMKG berikut!

1. Dampak La Nina di Indonesia

La Nina memberikan pengaruh besar terhadap pola curah hujan di Indonesia. Selama periode Juni-Juli-Agustus (JJA), fenomena ini meningkatkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Pada bulan September-Oktober-November (SON), dampaknya lebih terasa di wilayah tengah hingga timur Indonesia, dengan curah hujan yang meningkat signifikan.

Saat memasuki Desember-Januari-Februari (DJF) dan Maret-April-Mei (MAM), La Nina terus memengaruhi peningkatan curah hujan, terutama di wilayah timur Indonesia. Secara umum, curah hujan selama La Nina bisa naik sekitar 20-40% dibandingkan kondisi netral, bahkan beberapa daerah mengalami peningkatan lebih dari 40%.

Namun, pada puncak musim hujan (DJF), dampak La Nina tidak terlalu signifikan di wilayah Indonesia bagian tengah dan barat. Hal ini disebabkan oleh interaksi antara La Nina dan sistem monsun, yang memengaruhi distribusi curah hujan di wilayah tersebut.

2. Dampak La Nina Secara Global

La Nina memiliki dampak signifikan terhadap pola iklim global. Fenomena ini menyebabkan wilayah tropis, termasuk sebagian besar Indonesia dan Australia, menjadi lebih basah dari biasanya. Curah hujan yang meningkat selama La Nina dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari dan pola cuaca musiman.

Di beberapa wilayah, La Nina juga dapat mengubah intensitas angin dan pola temperatur. Daerah yang biasanya kering mungkin mengalami hujan lebih banyak, sementara wilayah lain mungkin lebih lembap dalam periode yang lebih lama. Kondisi ini sering kali memengaruhi berbagai sektor, seperti pertanian dan transportasi, di seluruh dunia.

Perbedaan La Nina dan El Nino

Jika kita sedang membahas tentang La Nina, tentunya tidak dapat terlepas dari El Nino. Keduanya sama-sama fenomena iklim global yang berdampak besar bagi kehidupan manusia. Lantas apakah yang membedakan La Nina dengan El Nino?

Masih dikutip dari buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino, dan Musim di Indonesia yang diterbitkan BMKG, La Nina dan El NiΓ±o adalah dua fenomena cuaca yang menjadi bagian dari siklus alami yang disebut El NiΓ±o-Southern Oscillation (ENSO). Kedua fenomena ini melibatkan perubahan suhu permukaan laut di kawasan Pasifik tropis bagian timur dan memiliki dampak yang berlawanan terhadap pola cuaca global.

Pada saat El Nino, suhu permukaan laut di Pasifik tropis bagian tengah dan timur meningkat di atas normal. Hal ini menyebabkan melemahnya angin pasat yang biasanya bertiup dari timur ke barat. Akibatnya, pusat konveksi atau awan pembawa hujan bergeser ke wilayah Pasifik tropis bagian tengah, sehingga curah hujan di Indonesia menurun. Kondisi ini sering dikaitkan dengan risiko kekeringan di berbagai wilayah.

Sebaliknya, La Nina ditandai dengan turunnya suhu permukaan laut di Pasifik tropis bagian tengah dan timur hingga 4Β°C di bawah normal. Angin pasat menguat, yang mendorong air dingin dari kedalaman laut ke permukaan melalui proses upwelling. Fenomena ini memperkuat sirkulasi Walker, menggeser pusat konveksi ke barat, sehingga meningkatkan curah hujan di Indonesia dan kawasan Pasifik barat.

Demikian penjelasan lengkap mengenai apa itu La Nina, berikut dengan ciri-ciri dan dampaknya. Semoga bermanfaat!




(par/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads