Misi India di Bulan Deteksi Getaran Misterius, Apakah Gempa?

ADVERTISEMENT

Misi India di Bulan Deteksi Getaran Misterius, Apakah Gempa?

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 08 Sep 2023 20:30 WIB
Fenomena super blue moon terlihat di langit Lombok, Mataram, NTB, Kamis (31/8/2023). Fenomena alam super blue moon terjadi saat bulan purnama berada di titik terdekatnya dengan Bumi atau perigee.ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/hp.
Ilustrasi bulan Foto: ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI
Jakarta -

Getaran misterius di permukaan Bulan yang diduga gempa baru saja terdeteksi. Deteksi ini terjadi untuk pertama kalinya sejak tahun 1970an.

Aktivitas seismik di permukaan bulan itu dideteksi oleh Instrument for Lunar Seismic Activity (ILSA) yang terpasang pada Vikram, robot penjelajah bulan milik India. Getaran di Bulan tersebut terdeteksi pada 26 Agustus 2023 lalu.

Pendarat Vikram menapaki kutub selatan bulan pada 23 Agustus sebagai bagian dari misi Chandrayaan-3, misi pertama India ke permukaan bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apabila nanti terkonfirmasi bahwa hal itu memang gempa, maka ilmuwan akan memperoleh pengetahuan yang langka mengenai proses berputarnya bagian dalam Bulan.

Aktivitas Seismik Pertama yang Terdeteksi

Misi Apollo antara tahun 1969 dan 1977 adalah yang pertama kali mendeteksi aktivitas seismik di permukaan bulan. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa Bulan mempunyai struktur geologis yang kompleks dan tersembunyi, alih-alih rata dengan batuan seperti bulan planet Mars, Phobos dan Deimos.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari Live Science, alat analisis yang canggih dan pemodelan komputer membuat para ilmuwan mampu menyaring data yang dikumpulkan oleh Apollo dan misi-misi lainnya untuk menghasilkan gambaran yang lebih jelas mengenai interior bulan.

Sebuah penelitian dari NASA pada 2011 lalu mengungkap bahwa inti bulan mirip dengan Bumi, kemungkinan besar terdiri dari besi cair yang menyelimuti bola besi padat.

Pada Mei 2023, para ilmuwan menggunakan data bidang gravitasi untuk mengkonfirmasi hipotesis mengenai inti bulan. Mereka juga menyatakan bahwa gumpalan mantel cair bulan bisa dipisahkan dari yang lain, melayang ke permukaan sebagai gumpalan besi dan menimbulkan gempa seiring perjalanannya.

Kendati begitu, penemuan ini hanyalah awal dari rahasia bulan. Bidang magnetik dihasilkan di dalam benda-benda planet melalui pergerakan material di inti cair planet yang konduktif secara elektrik.

Sekarang ini, bagian dalam bulan yang nonmagnetik sangat berbeda dari bagian dalam bumi yang magnetik. Ilmuwan percaya bahwa bagian dalam bulan mendingin cukup cepat dan merata setelah terbentuk 4,5 miliar tahun lalu. Artinya, Bulan tak memiliki medan magnet yang kuat dan banyak ilmuwan percaya hal ini tak pernah terjadi.

Lantas, bagaimana mungkin sejumlah batuan berusia 3 miliar tahun yang diambil selama misi Apollo, tampak seperti dibuat dalam medan geomagnetik yang cukup kuat untuk bisa menyaingi Bumi?

Pertanyaan itu bisa dibantu jawab oleh Chandrayaan-3. Namun, karena pesawat pendarat dan penjelajah misi tersebut bertenaga surya, maka keduanya sekarang berada dalam mode tidur hingga Bulan keluar dari mode 14 malamnya. Saat Matahari menyentuh permukaan kutub selatan bulan pada 22 September, pendarat dan penjelajah tersebut akan mencari jawabannya.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads