Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan astronaut AS akan menjejakkan kaki di Mars. Sementara itu, misi Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) ke Bulan terancam batal.
"Kita akan mengejar takdir nyata kita ke bintang-bintang, meluncurkan para astronaut Amerika untuk menancapkan bendera AS di Mars," kata Trump dalam pidato pelantikannya di Capitol, DC, Senin (20/1/2025) lalu.
Trump juga tidak menyinggung soal Bulan pada pelantikannya. Sampel batuan bulan yang terpajang di rak presiden di Oval Office saat Joe Biden menjadi presiden kini dikirimkan kembali ke Bulan. Sampel tersebut semula diperoleh pada misi ke Bulan terakhir oleh NASA, Appolo 17, dilansir NPR.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya pada 2017, Trump pada pemerintahan jilid pertama meluncurkan misi Artemis untuk mengirim astronaut AS kembali ke Bulan lebih lama.
Peringatan PHK
Namun, perusahaan dirgantara Boeing sebagai kontraktor utama Sistem Peluncuran Ruang Angkasa (Space Launch System/SLS) memperingatkan pegawainya atas kemungkinan penghapusan 400 posisi pekerjaan. Peringatan ini muncul karena ada revisi program Artemis beserta ekspektasi biayanya.
"Hal ini akan mengharuskan pemberitahuan PHK selama 60 hari diumumkan kepada karyawan yang terdampak dalam beberapa minggu mendatang, sesuai dengan UU Pemberitahuan Penyesuaian dan Pelatihan Ulang Pekerja," terang Boeing pada AFP.
SLS sebelumnya dinilai sangat mahal dan baru dapat meluncurkan misi tanpa awak Artemis 1. NASA sendiri sudah menggelontorkan USD 40 miliar untuk misi Artiemis.
Sedangkan kapsul awak Orion menghadapi masalah pelindung panas. Kendala ini dinilai pengamat antariksa berpotensi menunda misi Artemis di masa mendatang. Misi Artemis II seharusnya mengirim astronaut ke sekitar Bulan pada April 2026 dan mendarat di Bulan pada 2027.
Misi di Mars
Ahli kebijakan antariksa Todd Harrison dari American Enterprise Institute yang berhaluan konservatif menilai pergeseran arahan Trump dari misi Bulan ke misi Mars bisa jadi dipengaruhi oleh Elon Musk. Diketahui, Musk kini menjabat sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah dan cenderung ke misi Mars.
"Tidak, kami akan langsung ke Mars. Bulan adalah pengalih perhatian. Massa ke orbit adalah metrik utama, setelah itu massa ke permukaan Mars. Yang pertama harus berada dalam megaton untuk mengorbit dalam rentang per tahun untuk membangun koloni mandiri di Mars," pos Elon di X membalas @peterrhague, Jumat (3/1/2025).
Trump menunjuk rekan Musk, astronaut swasta dan miliarder pembayaran elektronik Jared Isaacman sebagai kepala NASA. Isaacman telah dua kali berangkat ke antariksa dengan Space X milik Elon Musk.
SpaceX sendiri didirikan untuk memungkinkan manusia hidup di planet lain seperti Mars. Diketahui, SpaceX menyiapkan prototipe roket Starship untuk misi Mars di masa depan.
Saran Tetap ke Bulan
Analis kebijakan luar angkasa Laura Forczyk memperingatkan bahwa menghilangkan misi ke Bulan justru menghilangkan landasan uji penting atas teknologi perjalanan ke Mars yang aman.
Kongres juga mendukung misi ke Bulan karena merupakan program padat karya. Puluhan ribu pekerjaan di negara bagian termasuk Texas, Alabama, Mississippi, dan Florida muncul dari misi ini.
Di samping itu, meninggalkan misi ke Bulan juga akan membuat China tak punya saingan untuk menancapkan benderanya di kutub selatan Bulan pada misi 2030 nanti.
Forczyk memperkirakan misi Artemis akan direformasi ketimbang batal. Namun, hal ini menjadi tidak pasti karena Trump dan Musk.
"Pemerintahan Trump tidak dapat diprediksi, dan kami benar-benar tidak dapat memahami pikiran Donald Trump atau Musk," katanya pada AFP.
Sementara ini, sekitar lima persen dari tenaga kerja NASA sudah ditawari penangguhan pengunduran diri. Penawaran ini memungkinkan tenaga kerja NASA bisa cuti administratif dengan tetap menerima gaji hingga September 2025.
(twu/nwy)