Polusi udara di Jakarta beberapa waktu belakangan menjadi sorotan. Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini adalah dengan membuat hujan buatan.
Dosen Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair), Dwi Ratri M Isnadina, ST, MT mengatakan upaya modifikasi cuaca efektif untuk mengurangi polusi udara. Kendati demikian, modifikasi cuaca ada plus minusnya.
Dwi Ratri menyebut, modifikasi cuaca efektif mengurangi polusi udara karena menghasilkan deposisi basah akibat hujan. Dia menjelaskan, sebuah penelitian di Inggris pun menyimpulkan bahwa semakin sering hujan turun pada hari kerja ketimbang hari libur, maka dampak polusi kegiatan industri juga akan menurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun yang lebih baik adalah mengurangi polusi dari sumber, seperti halnya lebih baik mencegah daripada mengobati," kata Dwi Ratri, seperti dikutip dari rilis dalam laman Unair (4/9/2023).
Dwi Ratri menegaskan modifikasi hujan sudah pasti mempunyai dampak positif dan negatif. Negara yang menerapkannya memang dapat memperoleh cuaca yang diharapkan. Kendati begitu, pemakaian kristal garam Agl yang berlebih bisa berdampak pada ekosistem tanah dan air.
"Jika rekayasa ini sering terjadi juga akan mungkin ada dampak terhadap iklim ke depannya," ujarnya.
Apa Itu Modifikasi Cuaca?
Dwi Ratri turut memaparkan apa itu modifikasi cuaca. Dia menerangkan, modifikasi cuaca adalah suatu rekayasa manusia untuk mengontrol sumber daya air di atmosfer atau awan pembawa hujan.
Modifikasi cuaca bertujuan menekan risiko bencana alam akibat cuaca di suatu daerah. Peneliti pengendalian dan teknologi polusi udara itu mengatakan, apabila ada daerah yang mengalami kebakaran atau kekeringan, maka modifikasi cuaca dilakukan agar di daerah tersebut segera turun hujan.
Sebaliknya, apabila ada daerah yang banjir, maka modifikasi cuaca dilakukan agar di kawasan tersebut tidak turun hujan.
Dwi Ratri menjelaskan, modifikasi cuaca berkorelasi erat dengan aktivitas presipitasi air menjadi awan. Pada umumnya, bentuknya adalah cloud seeding atau penyemaian awan, dengan cara menyebarkan serbuk Agl atau perak iodida di atas awan yang berpotensi menjadi pembawa hujan. Penyebaran serbuk Agl sendiri akan dibantu pesawat atau drone.
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sempat mengatakan faktor yang mempersulit penanganan polusi udara di Jakarta, yakni curah hujan yang minim. Hujan buatan dapat dilakukan apabila potensi hujannya ada.
"Masalahnya adalah hujan tidak ada, nanti bulan ini cuman ada besok. Tipis kemungkinan hujan buatan karena harus ada, apa namanya, potensi hujannya itu. Kemudian tanggal 8 dan 9, setelah itu nggak ada sama sekali," jelas Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakpus pada Jumat (1/9/2023), dikutip dari detikFinance.
(nah/twu)