Sejarah Modifikasi Cuaca di RI: Dimulai 1977, Digagas Soeharto-Utus Habibie

ADVERTISEMENT

Sejarah Modifikasi Cuaca di RI: Dimulai 1977, Digagas Soeharto-Utus Habibie

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 23 Agu 2023 09:30 WIB
Cara Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)
Ilustrasi pesawat yang melaksanakan teknologi modifikasi cuaca Foto: 20detik
Jakarta -

Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC lebih dulu dikenal dengan istilah hujan buatan. Proyek ini sejatinya sudah dimulai sejak 1977.

Ide modifikasi cuaca bermula ketika Presiden Soeharto menjabat, dengan melihat pertanian Thailand yang cukup maju. Berdasarkan pengamatan, kemajuan pertanian Negeri Gajah Putih dikarenakan suplai kebutuhan air pertanian yang didukung oleh modifikasi cuaca.

"Berawal dari itu, Presiden Soeharto mengutus Pak Habibie untuk mempelajari TMC ini, kemudian tahun 77 dimulai proyek percobaan hujan buatan yang waktu itu masih didampingi asistensi dari Thailand," jelas Koordinator Laboratorium Pengelola Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Harsoyo, dikutip dari laman resmi BRIN (22/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harsoyo melanjutkan, mulanya TMC dipelajari di Thailand dan diterapkan di Indonesia untuk mendukung pertanian melalui pengisian waduk-waduk strategis, baik untuk PLTA ataupun irigasi.

Giliran Thailand Belajar ke RI

Setelah percobaan hujan buatan pada 1977, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berdiri pada 1978. Proyek hujan buatan kala itu ada di bawah Direktorat Pengembangan Kekayaan Alam (PKA).

ADVERTISEMENT

Kelak, pada 1985 didirikan UPT Hujan Buatan melalui SK Menristek/Ka BPPT No 342/KA/BPPT/XII/1985. Barulah pada 2015 dikenal istilah teknologi modifikasi cuaca (TMC) sesuai Peraturan Kepala BPPT No 10 Tahun 2015 yang mengubah nomenklatur UPT Hujan Buatan menjadi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca.

Harsoyo mengatakan, setelah terintegrasi ke BRIN pada 2021, pelayanan TMC kini ada di Laboratorium Pengelolaan TMC di bawah payung Direktorat Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset dan Kawasan Sains dan Teknologi.

Menurutnya dalam satu dekade belakangan, bencana hidrometeorologi kian meningkat, baik itu longsor; banjir; atau kebakaran hutan dan lahan. Maka dari itu, penggunaan TMC berkembang untuk mitigasi bencana.

Harsoyo menyebutkan sekarang ini TMC paling banyak juga rutin dipakai untuk menangani kebakaran hutan dan lahan.

"Bahkan Thailand yang dulu kita pelajari, sekarang justru belajar operasi TMC dari Indonesia terutama untuk kebutuhan mitigasi bencana, karena memang kita ini berkembang dalam operasionalnya," ungkapnya.

Permintaan pelayanan TMC kemudian meluas, seperti penanggulangan kebakaran hutan, penanggulangan banjir, sampai pengamanan acara kenegaraan.

Proyek TMC untuk mengurangi curah hujan pertama kali dilakukan untuk mendukung pelaksanaan SEA Games XXVI Palembang pada 2011. Kemudian, TMC digunakan untuk menanggulangi banjir Jakarta pada 2013, 2014, 2020, hingga acara kenegaraan seperti KTT G20 tahun 2022.




(nah/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads