Kisah DNA di Batu Bata Kuno Irak, Kini Terungkap

ADVERTISEMENT

Kisah DNA di Batu Bata Kuno Irak, Kini Terungkap

Trisna Wulandari - detikEdu
Sabtu, 26 Agu 2023 14:00 WIB
Bata usia hampir 2.900 tahun berisi DNA dari Mesopotamia kuno.
Batu bata kuno tersebut bertuliskan
Jakarta -

Seorang pembuat batu bata pernah menyiapkan batu bata tanah liat untuk membuat istana baru Raja Ashurnasirpal II (883-859 SM). Batu bata itu kelak tergeletak di dekat sungai Tigris.

Yang ia tidak tahu, hampir 2.900 tahun kemudian, batu bata itu akan mengungkap DNA flora dan peradaban Kalhu, Mesopotamia kuno yang kelak jadi Nimrud, Irak. Temuan ini dilaporkan Troel Pank ArbΓΈll dan rekan-rekan di Nature's Scientific Report.

Batu Bata Kapsul Waktu DNA Kuno

Bata usia hampir 2.900 tahun berisi DNA dari Mesopotamia kuno.Bata usia hampir 2.900 tahun berisi DNA dari Mesopotamia kuno. Foto kedua memperlihatkan titik-titik pengambilan sampel. Foto: ArbΓΈll et al/Nature's Scientific Report

ArbΓΈll dan rekan-rekan mendapati, batu bata berisi DNA kuno tersebut artinya tidak sengaja berfungsi sebagai kapsul waktu. Tim peneliti sendiri semula bisa mengekstraksi DNA kuno itu dari retakan batanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ArbΓΈll dan rekan-rekan mendapati, ada 34 kelompok taksonomi tumbuhan purba. DNA kuno ini terlindungi dari kontaminasi di dalam tanah liat karena sebelum bata retak, lokasinya berada di dalam bata sekitar 2900 tahun.

Bata Koleksi Museum Denmark

Kendati berasal dari Irak, batu bata ini adalah koleksi Museum Nasional Denmark. Rupanya, bata bernomor museum 13854 itu semula digali dari Nimrud oleh Inggris. Proyek penggaliannya dimulai sekitar 1949.

ADVERTISEMENT

Menurut peneliti, batu bata itu sudah pecah dua horizontal saat jadi koleksi Museum Nasional Denmark. Batu bata lumpur itu tampak kokoh, namun sebetulnya ringkih. Bagian bawah batu bata lalu terbelah vertikal pada 2020. Kendati apes, rupanya kerusakan artefak ini membuka peluang peneliti untuk mengukur usia tanah liat di bagian dalam bata, yang tidak terkontaminasi selama ribuan tahun.

Isi Dalam Bata Kuno dan Tulisan di Atasnya

Rupanya, bata itu terbuat dari lumpur lokal dekat sungai Tigris. Campurannya inilah yang terdiri dari beberapa bahan tumbuhan, seperti sekam atau jerami, atau kotoran hewan.

Bata itu lalu dibentuk dalam cetakan, lalu diukir dengan huruf paku bahasa Akkadia Semit yang sudah punah. Bata lalu dijemur di bawah sinar Matahari hingga kering. Bata tradisional ini lazim dipakai untuk membangun bangunan monumental para penguasa Mesopotamia kuno di akhir abad ke-3 hingga akhir abad ke-1 sebelum Masehi.

Nah, tulisan pakunya itulah yang bantu peneliti menentukan usia batanya. Prasasti tersebut bertuliskan "Properti istana Ashurnasirpal, raja Asyur".

Jejak Peradaban Orang Asyur dan Floranya

Peradaban Neo-Asyur (sekitar 883-612 SM) sudah banyak diketahui berdasarkan daftar di artefak lempeng tanah liat berhuruf paku mereka. Lempeng ini berisi info tahun-tahun pemerintahan seorang raja, lengkap dengan nama raja saat itu, maupun pejabatnya, sampai peristiwa astronomi setempat.

Peneliti berpendapat, bata ini menambah wawasan tentang Asyur, yang dijuluki sebagai tempat lahirnya peradaban menurut Asyurologi, beserta dugaan bahan pengobatannya.

Berdasarkan ekstraksi dan pengurutan DNA purba (aDNA) dari batu bata tanah liat, peneliti menemukan 34 kelompok taksonomi unik tumbuhan dari ordo Laurales dan 7 famili dari Apiaceae (tanaman aromatik seperti seledri dan parsley), Betulaceae (pohon kayu birch), Brassicaceae (kubis), Ericaceae (bluberi), Poaceae (padi-padian dan rumput-rumputan), Fagaceae (kastanye), dan Salicaceae (dedalu).

"Dengan memperkenalkan analisis aDNA sebagai alat tambahan untuk bantu identifikasi spesies peradaban Mesopotamia kuno, bidang penelitian ini dapat berkembang pesat di tahun-tahun mendatang, termasuk soal ilmu pengobatan kuno," harap para peneliti.

ArbΓΈll dan rekan-rekan menuturkan, teks-teks kuno peradaban Mesopotamia kuno banyak menjelaskan hasil pertanian dan bahan-bahan untuk resep obat, campuran obat-obatan, dan berbagai ritual.

"Potensi pendekatan ini sangat besar untuk beberapa bidang akademis seperti genomik kuno, Assyriology dan arkeologi Timur Dekat, iklim dan keanekaragaman hayati dalam konteks sejarah, dan hal ini akan mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang peradaban kuno dan hilang," pungkasnya.




(twu/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads