Mesopotamia adalah suatu wilayah antara sungai Tigris dan Efrat yang dari dulu dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban. Sekitar 6.000 SM, orang-orang mulai menetap, bertani, dan beternak dan menjadikan pemukiman hingga berkembang menjadi kota besar hingga kerajaan.
Jauh sebelum menjadi wilayah Irak, Suriah, hingga sebagian Turki seperti sekarang, Mesopotamia disebut oleh peradaban besar sebagai rumah dan meninggalkan warisan besar.
Pada bagian selatan, Mesopotamia dihuni oleh bangsa Sumeria, wilayah tengah banyak dihuni oleh orang Akkadia, dan di utara oleh Babilonia dan Asyur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, warisan Mesopotamia yang paling signifikan bukanlah kerajaan tunggal melainkan pengaruhnya dalam perkembangan pendidikan, pembelajaran, dan beasiswa yang membantu dalam membentuk sejarah manusia seperti yang dikenal saat ini.
Penemuan Sistem Penulisan
Melansir berbagai sumber seperti Britannica hingga World History, penemuan bahasa tertulis terjadi paling awal dari Mesopotamia, tepatnya di Sumeria sekitar 3.400 SM.
Tulisannya dimulai sebagai piktograf sederhana pada lempengan tanah liat dan dengan cepat berkembang menjadi bahasa yang sekarang disebut dengan tulisan paku atau runcing.
Dengan ditemukannya sistem tulisan runcing ini, peradaban Mesopotamia kemudian mulai mencatat berbagai hal, mulai dari catatan bisnis, inventaris, dan pesanan istana, berkembang hingga ke himne, puisi, dan cerita keagamaan.
Pencatatan tersebut memberi kesadaran bagi para raja dan pendeta akan pentingnya mendidik juru tulis atau individu terpelajar yang bisa membaca dan menulis, mulai dari penyalin, pustakawan, hingga guru.
Akhirnya, Mesopotamia mengembangkan sistem pendidikan formal, yang akhirnya berkembangnya landasan pengajaran intelektual dan pendidikan bagi dunia.
Sekolah Mesopotamia untuk Anak Laki-laki
Dimulainya pendidikan membuat kuil-kuil mendirikan sekolah formal untuk mendidik anak laki-laki sebagai juru tulis dan pendeta.
Pada awalnya sekolah ini hanya semata-mata terkait dengan kuil, namun lambat laun seiring berkembangnya institusi dan tumbuh pijakannya di masyarakat, sekolah sekuler mengambil alih.
Lalu, juru tulis yang mapan memulai sekolah mereka sendiri untuk mengajar menulis dan membaca, serta memungut biaya tinggi untuk uang sekolah.
Namun sayangnya situasi ini hanya diperuntukkan untuk keluarga berkecukupan, kaya, dan berkuasa yang mampu menyekolahkan anaknya di sekolah ini.
Dalam peraturannya, anak laki-laki berusia sekitar tujuh atau delapan tahun dan akan bergabung dengan pejabat pemerintah, pendeta, dan pedagang kaya untuk bersedekah setiap hari.
Pendidikan ini sebagian besar diperuntukkan anak laki-laki yang di seluruh Mesopotamia kuno. Tak jarang juga terkadang anak perempuan belajar membaca dan menulis dan bersekolah. Namun hanya mereka yang menjadi putri raja atau dilatih sebagai pendeta wanita.
Para guru sekaligus menjadi pendisiplin yang ketat untuk menghukum anak-anak yang berperilaku buruk. Pendidikan saat itu dirancang untuk dasar membaca, menulis, dan agama, dan ke pendidikan lebih tinggi di bidang hukum, kedokteran, dan astrologi.
Metode Pengajaran dan Topik Pendidikan Formal
Pendidikan Mesopotamia ini sebagian besar terfokus pada melek huruf dan keterampilan membaca menulis dengan tulisan paku.
Juru tulis memerlukan waktu sekitar 12 tahun. Namun hanya sedikit orang Sumeria yang melek huruf karena kompleksitas sistem tulis runcing.
Akibatnya, melek huruf di seluruh Mesopotamia tetap rendah selama ribuan tahun, tidak hanya di Sumeria kuno.
Hal itu membuat peran guru dalam pendisiplinan cukup keras dalam mengajarnya. Mereka menghukum kesalahan dan ketidaktaatan dengan cambukan, yang berharap kepatuhan dan kerja keras dari murid-murid mereka.
Selain membaca dan menulis. Siswa juga belajar matematika, sejarah, dan sebagainya. Termasuk juga geografi, zoologi, botani, astronomi, teknik, dan sebagainya.
Sebagai ujian keunggulan dalam pembelajaran ada penyalinan skrip yang cukup berat bagi siswa saat itu.
Secara keseluruhan, masa pendidikan Mesopotamia merupakan perjalanan yang panjang dan berat bagi para siswa. Terlebih karena pendisiplinan yang seringkali keras.
Lulus dan Menjadi Juru Tulis
Setelah menyelesaikan pendidikan di Mesopotamia kuno, para siswa diharapkan untuk mengejar berbagai profesi dan peran yang penting bagi bagi masyarakat. Salah satu karier yang menonjol adalah juru tulis.
Ini karena Juru tulis sangat penting untuk semua kebutuhan yang berkaitan dengan cara kerja pemerintahan dan ekonomi.
Mereka menyimpan catatan transaksi dan hukum yang akurat dan menjadi tugas sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan politik.
Selain menjadi juru tulis, banyak juga yang menjadi pendeta. Bahkan di samping raja-raja dalam struktur kekuasaan Mesopotamia, para pendeta mengawasi hampir setiap aspek kehidupan masyarakat mulai dari konstruksi, ibadah, masalah ekonomi, dan bahkan konflik atau perang.
Profesi umum lainnya seperti birokrat agak jarang, karena harus melek huruf sampai tingkat tertentu. Selain itu, perempuan juga memiliki kesempatan dalam masyarakat Mesopotamia setelah pendidikan mereka.
Banyak yang menjadi pendeta wanita bagi mereka yang cukup beruntung untuk mengenyam pendidikan.
Warisan Pendidikan Mesopotamia
Profesi dan peran tersebut memainkan peran kunci dalam perkembangan masyarakat Mesopotamia.
Alhasil, pendidikan dan pelatihan profesional sangat dihargai di Mesopotamia. Mereka yang terdidik dan terampil dalam berbagai profesi memegang posisi yang berpengaruh dan dihormati.
Sistem pendidikan inilah yang membantu dan membentuk perkembangan peradaban Mesopotamia dan peran mereka sangat penting untuk pertumbuhan dan keberhasilannya.
(faz/faz)