Kreativitas sangat erat dalam kehidupan kita dan memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini menyebabkan setiap orang akan mengasah dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih kreatif.
Sayangnya, mekanisme kreatif dalam otak manusia merupakan sesuatu yang kompleks dan sebagian besar belum diketahui. Hingga saat ini para ilmuwan masih belajar bagaimana kreativitas bekerja dan apa yang menjadi penyebabnya.
Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal American Psychologist, menemukan bahwa orang yang lebih menyukai ide-ide asli, cenderung lebih kreatif. Penelitian ini dilakukan oleh tim neurosains kognitif asal Prancis.
Dua Bagian Kreativitas
Saat ini, para neurosains sepakat bahwa proses kreatif terdiri atas dua bagian, yaitu menghasilkan ide dan kemudian mengevaluasi ide-ide tersebut untuk memilih yang baik, seperti yang dilansir dari laman BBC Science Focus.
Studi yang dipimpin oleh ilmuwan di Paris Brain Institute ini difokuskan pada kedua tahap tersebut. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi karakteristik yang membuat seseorang menghargai ide-ide kreatif.
Penelitian ini melibatkan pengujian kecenderungan kreatif dan respons dari 71 partisipan. Tim peneliti mengukur respons individu terhadap berbagai pengujian, termasuk salah satu yang dikenal sebagai pengujian asosiasi bebas.
Peserta harus mengatakan hal paling berani yang muncul dalam pikiran sebagai respons terhadap berbagai rangsangan.
Para peserta juga harus menilai seberapa suka mereka terhadap asosiasi berbeda yang dihasilkan, dan seberapa mereka pikir ide-idenya relevan dan orisinal.
Setelah dilakukan, para ahli saraf menemukan orang yang lebih suka ide-ide yang lebih orisinal, daripada yang lebih relevan, cenderung menghasilkan konsep-konsep yang lebih kreatif.
Tidak hanya itu, mereka juga menemukan bahwa kecepatan dalam menghasilkan ide terhubung dengan seberapa besar nilai yang diberikan individu terhadap ide tersebut.
"Semakin Anda menyukai ide yang akan Anda formulasi, semakin cepat Anda menghasilkannya," ucap Emmanuelle Volle, salah satu ahli saraf dalam tim peneliti.
Secara teori, ini berarti ide-ide terbaik mungkin adalah yang kita pikirkan dengan lebih cepat. Relevansi dan orisinalitas yang dimiliki seseorang bergantung pada kepribadian, pengalaman, dan lingkungan. Namun, keduanya penting untuk konsep kreativitas orang yang berbeda.
3 Aspek Kreativitas
Selain dari respons para peserta, tim tersebut membuat model komputasi yang menggabungkan perhitungan neurologis yang sudah ada. Mereka dasarkan model ini pada tiga aspek yang dapat diukur dari kreativitas:
1. Eksplorasi, yakni kemampuan untuk mengambil, mengubah, dan/atau menggabungkan pengetahuan yang sudah ada dari ingatan kita untuk membayangkan berbagai opsi yang berbeda.
2. Evaluasi, yakni kemampuan untuk menilai kualitas sebuah ide.
3. Seleksi, yakni pemilihan satu ide dari beberapa pilihan untuk dibawa ke depan dan disampaikan.
Dalam penelitian, para ahli membandingkan hasil model dengan respons aktual para peserta. Model ini, disebut tim peneliti dapat menantang gagasan bahwa kreativitas adalah konsep yang misterius.
Hal ini disebabkan karena model tersebut mampu memprediksi kecepatan dan kualitas respons kreatif peserta berdasarkan preferensi kreatif mereka.
Di masa depan, mereka berharap pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme saraf kreatif akan membantu kita mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana kreativitas terkait dengan aktivitas otak.
Hal tersebut dapat membantu kita untuk memahami tempat kerja dan lingkungan mana yang mendorong kreativitas dan yang menghambatnya, serta apakah kita bisa meningkatkan kreativitas kita melalui latihan kognitif.
"Semua pertanyaan ini masih terbuka, tetapi kami berniat untuk menjawabnya," ucap salah satu penulis, AlizΓ©e Lopez-Persem.
(faz/faz)