Ahli Geologi Menjilat Batuan Saat Bekerja, Begini Alasannya!

ADVERTISEMENT

Ahli Geologi Menjilat Batuan Saat Bekerja, Begini Alasannya!

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 14 Agu 2023 09:00 WIB
Juru pelihara Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), Pariyanto menunjukkan struktur batuan diduga bagian candi yang dia temukan di salah satu lahan kebun warga, Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/9). BPCB Jateng akan melakukan penelitian struktur batuan yang sementara ini diduga terkait dengan kompleks Candi Ngempon yang berada tak jauh dari lokasi penemuan.  ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp/18.
Foto: Dok. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ilustrasi batuan
Jakarta -

Para ahli geologi memiliki banyak metode yang mungkin terlihat aneh dalam melakukan penemuannya. Mereka bisa secara sukarela dijangkiti cacing tambang dan lalat bot, mendeteksi hidrogen yang terbakar dengan sapu, hingga memasukkan batu ke dalam mulut.

Salah satu ahli yang melakukan hal ini adalah geolog dan paleontolog Dr Randall Irmis dari Natural History Museum of Utah. Irmis adalah salah satu di antara ahli yang menjilat batu saat melakukan pekerjaannya.

"Saya tidak bisa berbicara atas nama seluruh ilmuwan. Meski demikian, saya adalah paleontolog dan ahli geologi. Ada beberapa alasan mengapa kami menjilat batu atau menyentuhnya dengan lidah," kata dia kepada IFL Science.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Ahli Geologi Menjilat Batu?

Irmis menjelaskan, para geolog menjilat batu untuk mengetahui apakah batuan yang mereka pegang merupakan fosil tulang atau bukan. Ternyata fosil tulang akan menempel di lidah dan sedikit lembap.

Sementara, kebanyakan batu seperti kayu yang membatu dan sejenisnya tidak akan menempel di lidah. Namun memang, hal ini tidak selalu berlaku demikian.

ADVERTISEMENT

Irmis mengatakan, terkadang ketika seorang geolog mencoba menempelkan sebuah batu ke lidahnya dan nyaris yakin bahwa benda tersebut merupakan fosil tulang, ternyata bukan.

"Jika bukan tulang fosil, bisa jadi kayu atau fosil akar yang menjadi padat," kata dia.

Irmis menyatakan, untungnya selama ini dia umumnya tidak menemukan sesuatu yang mengejutkan.

"Kadang-kadang kami mengambil sesuatu dan ternyata tulang sapi modern, tapi untungnya tidak ada rasa yang tidak enak," ungkapnya.

"Saat kami meletakkan batuan sedimen di gigi kami, saya selalu menggali dan mengambil sampel baru," imbuh Irmis.

Menurutnya juga, beberapa jenis batu kapur sebenarnya memiliki bau busuk. Ahli geologi biasanya mencium bau batu kapur, membukanya, kemudian tercium bau busuk dari dalamnya.

"Saya percaya itu ada hubungannya dengan bahan organik yang terawetkan di batu kapur, tapi saya tidak 100 persen yakin," jelasnya.

Irmis menuturkan, para geolog biasanya membawa bagan warna yang terlihat seperti sampel cat karena warna bebatuan bisa sangat informatif.




(nah/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads