Observatorium Kedua Indonesia di NTT Segera Rampung, Ini Rupanya

ADVERTISEMENT

Observatorium Kedua Indonesia di NTT Segera Rampung, Ini Rupanya

Nikita Rosa - detikEdu
Kamis, 03 Agu 2023 06:30 WIB
Observatorium Nasional Timau
Observatorium Nasional Timau Segera Rampung. (Foto: Thomas Djamaluddin/ORPA-BRIN)
Jakarta -

Pembangunan Observatorium Nasional (Obnas) Timau akan selesai di 2023. Kini observatorium itu tengah dilakukan pemasangan cermin sekunder pada Juli 2023 lalu.

Koordinator Stasiun Observatorium Nasional Kupang, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Abdul Rachman mengatakan, pemasangan cermin primer dan tersier juga akan segera dilakukan.

"Instrumen utama yakni teleskop 3.8m beserta bangunannya termasuk kubah berdiameter 14m sudah terbangun sekitar 55%. Instrumen utama ini ditargetkan akan rampung dalam 2-3 bulan ke depan," ujar Abdul Rachman dalam situs Resmi BRIN, Rabu (2/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abdul Rachman berharap, tahun 2023 menjadi momentum bersejarah dalam riset antariksa di Indonesia. Hal ini berbarengan dengan ditargetkan instrumen utama proyek Observatorium Nasional yang dibangun di kaki Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur selesai dibangun.

"Obsnas Timau ditujukan sebagai fasilitas nasional yang mewadahi riset antariksa tingkat lanjut dan di samping itu juga berperan dalam pengembangan keilmuan lintas disiplin serta berbagai aktivitas terkait lainnya," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Observatorium Kedua Setelah Boscha

Diketahui, Indonesia telah memiliki Observatorium Bosscha di Jawa Barat. Observatorium itu telah berdiri selama 1 abad lamanya.

Perbedaan Observatorium Bosscha dengan Observatorium Timau nantinya terletak pada lokasi dan instrumen utama. Timau dipilih sebagai lokasi Obnas karena langitnya sangat rendah polusi cahaya dan akses ke lokasi yang relatif mudah.

Lanjut Abdul Rachman, NTT memiliki kondisi langit yang lebih jarang mendung dibanding daerah lain di Indonesia. Membuat jumlah hari dengan langit cerahnya relatif banyak di atas 65% per tahun.

"Polusi cahaya yang sangat rendah berarti langit yang lebih alami artinya lebih gelap sehingga memungkinkan diamatinya benda-benda antariksa yang lebih redup," tambahnya.

"Pembeda lainnya yaitu, Obsnas Timau dilengkapi dengan teleskop yang lebih besar sehingga bisa mengamati benda-benda langit yang jauh lebih redup dan instrumen pendukung yang lebih modern," ungkapnya.

Sajikan Pemandangan Langit Cerah Terbanyak di Indonesia

Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Robertus Heru Triharjanto juga menambahkan, Gunung Timau memberikan peluang melihat langit cerah dan gelap di Indonesia.

"Gunung Timau adalah tempat yang bisa memberikan kesempatan clear and dark sky terbanyak di Indonesia," kata Robertus.

Robertus berharap, dengan selesainya pembangunan Obnas Timau, akan terbentuk kelompok ilmuwan astronomi dan astrofisika yang menjadi acuan global dari Indonesia. Fasilitas observasi ini tidak hanya akan mengundang ilmuwan dari seluruh dunia,namun juga akan menjadi salah satu tempat pengamatan benda-benda antariksa buatan manusia.

"Terutama dan yang penting untuk diamati adalah satelit yang sudah tidak berfungsi dan bekas bagian roket yang mengorbit. Benda-benda tersebut dapat mengganggu satelit-satelit yang masih beroperasi atau bahkan peluncuran satelit dikemudian hari," pungkas Robertus.




(nir/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads