Observatorium Bosscha baru saja merayakan hari jadi ke-100 tahun pada 1 Januari. Observatorium di Kota Bandung itu berdiri di bawah naungan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan menjadi langganan para antariksawan Indonesia.
Observatorium Bosscha adalah observatorium modern pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. Berdiri di tanah lapang seluas 6 hektare, Bosscha kerap dibuka untuk wisata edukasi dan penelitian.
Meski merupakan observatorium modern pertama, Bosscha bukanlah observatorium pertama di Pulau Jawa. Bagaimana sejarahnya?
Observatorium Bosscha Bukan Observatorium Pertama
Melansir dari situs resmi ITB dikutip Selasa (31/1), Bosscha bukanlah observatorium pertama di Pulau Jawa. Observatorium pertama dibangun pada tahun 1760 oleh Pendeta Johan Mohr dari sebuah gereja Portugis yang terletak di Glodok, Batavia.
Dalam observatoriumnya ini, Mohr berhasil mengamati terjadinya transit Venus pada tahun 1761 dan 1769 ketika Batavia berada sejalur dengan kedua fenomena tersebut. Namun, tidak ada yang melanjutkan dan mewarisi semua pekerjaan yang dilakukan oleh Mohr. Observatorium itu pun menghilang dan perkembangan ilmu astronomi terhenti cukup lama.
Barulah, Observatorium Bosscha di Jawa Barat pada tahun 1923 kembali melanjutkan jejak Mohr.
Sejarah Observatorium Bosscha
Sejarah Observatorium Bosscha bermula dari beberapa keluarga Belanda pemilik kebun teh Parahyangan, Jawa Barat. Keluarga Belanda ini bernama van der Hucht, Holle, Kerkhoven, dan Bosscha.
Beberapa anggota keluarga yang berada dalam perkebunan seperti Karel Bosscha dan Rudolf Kerkhoven juga memiliki ketertarikan dalam bidang ilmiah, terutama astronomi. Dengan ketertarikan tersebut, mereka memutuskan untuk mendirikan salah satu observatorium astronomi. Untuk mendukung gagasan ini, Bosscha dan Kerkhoven kemudian membuat Netherlands-Indies Astronomical Association, sebuah Asosiasi Astronomi Hindia-Belanda di Bandung.
Kemudian pada 12 September 1920, mereka mulai merekrut patron, orang terpelajar, dan politikus berpengaruh sebagai anggota asosiasi dengan posisi Karel Bosscha sebagai ketua dan Kerkhoven sebagai sekretaris. Asosiasi ini bertujuan untukmembangun dan memelihara observatorium astronomi di Hindia Belanda dan untuk mempromosikan ilmu astronomi.
Pada pertemuan dengan para pendiri asosiasi, Karel Bosscha menyampaikan bahwa ia akan mendanai pengadaan teleskop yang panjang fokusnya sekitar tujuh meter. Selain itu, Rudolf Kerkhoven juga menyampaikan akan mendonasikan pendulum richter astronomi, refraktor Zeiss, dan mendanai pengadaan teleskop meridian-jarak yang besar.
Pada tanggal 3 Desember tahun 1920, anggota asosiasi menyepakati keputusan untuk meresmikan nama dari observatorium ini sebagai Observatorium Bosscha, yang berasal dari nama salah seorang fisikawan Belanda, Johannes Bosscha. Diketahui, Johannes Bosscha adalah ayah dari Karel Bosscha.
Daerah Lembang yang terletak 40 km di utara Bandung kemudian dipilih sebagai lokasi untuk pembangunan observatorium ini. Setelah proses pembangunan selama 3 tahun, Observatorium Bosscha pun diresmikan pada 1 Januari 1923.
Observatorium Bosscha terus menjadi tempat pengembangan dan riset ilmu astronomi sekaligus mengenalkannya kepada masyarakat luas.
Simak Video "Perjalanan Menuju Goa Kalibong Aloa, Pangkep"
[Gambas:Video 20detik]
(nir/nah)