Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bau badan manusia dapat mengungkapkan informasi tertentu tentang kesehatan atau emosi seseorang. Bahkan ketika mencium bau keringat seseorang yang sedang ketakutan, diri kita akan bereaksi dengan rasa takut.
Lalu bagaimana dengan mencium keringat orang yang bahagia? Bisakah kita ikut tertular rasa bahagia? Begini penjelasannya.
Hubungan Bau Keringat dan Kebahagiaan
Dikutip melalui laman Science ABC, peneliti dari Belanda dan Inggris melakukan percobaan kepada 12 pria untuk menonton tiga video. Video tersebut akan menimbulkan perasaan ketakutan, kebahagiaan, atau reaksi netral kepada penontonnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap video selesai, para peneliti akan menyeka keringat di ketiak para pria tersebut. Di akhir, para pria juga menyelesaikan sebuah survei tentang keadaan emosi mereka selama dan setelah menonton video.
Penelitian dilanjutkan kepada 26 wanita sebagai objeknya. Para wanita ini diminta untuk mencium berbagai sampel keringat yang terkumpul.
Wanita dipilih menjadi kelompok yang mencium bau karena dianggap memiliki kepekaan yang lebih besar terhadap bau dan isyarat emosional dari lawan jenis mereka.
Hasilnya mengejutkan! Ketika peserta mengendus keringat yang dihasilkan selama video menakutkan, ditemukan banyak aktivitas wajah di otot frontalis medial mereka. Hal ini merupakan komponen kunci dari ekspresi ketakutan.
Sedangkan ketika wanita mencium bau keringat yang dihasilkan dari video positif, mereka menunjukkan aktivitas otot wajah yang mirip dengan senyuman. Hal ini disebut sebagai komponen ekspresi kebahagiaan.
Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan adanya 'sinkronisasi perilaku' antara pengirim pesan yakni pria yang menonton video dan penerima yakni wanita yang mencium baunya. Sinyal emosional yang timbul dalam keringat saat ini disebut memiliki tujuan evolusioner.
Sinyal emosional yang tercipta dari bau ini disebut dengan chemosignal. Chemosignal rasa takut berfungsi untuk memperingatkan orang lain dan chemosignal yang timbul karena emosi positif dapat mempererat ikatan antar individu.
Asal Usul Chemosignal
Chemosignal berkaitan dengan hormon adrenalin yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat di ketiak manusia. Hormon ini diproduksi ketika manusia mengalami rangsangan yang intens baik negatif atau positif.
Ketika seseorang merasakan rangsangan positif (kegembiraan) atau negatif (ketakutan) yang berlebihan, kelenjar melepaskan hormon adrenalin ini. Pelepasan ini juga diikuti oleh keringat yang banyak.
Dr Jasper Groot peneliti utama dalam studi ini menjelaskan pada akhirnya bau yang timbul dari keringat ini dikaitkan dengan informasi apa yang terjadi dengan pemiliknya.
"Bau-bauan ini dapat dikaitkan dengan informasi yang berhubungan dengan kebahagiaan atau rasa takut di lingkungan. Contohnya ekspresi wajah atau suara biasanya ikut hadir selama pelepasan bau (keringat). Sehingga bau bisa menjadi sinyal yang bisa dipelajari," ungkapnya.
Hasil penelitian ini bisa diterapkan di dunia industri, contohnya dengan penciptaan parfum. Ketika molekul dalam keringat bisa diidentifikasi melalui Chemosignal, pembuat parfum dapat memanfaatkannya.
Namun untuk diingat, kebahagiaan atau emosi apapun timbul karena pengalaman subjektif. Kebahagiaan yang terjadi pada seseorang mungkin tidak memiliki efek yang sama pada orang lain.
Selain itu, tidak semua orang memiliki kemampuan mencium yang sama. Antar individu memiliki kepekaan penciuman yang berbeda dan memiliki pengalaman masa lalu dengan bau tertentu.
Bau menyimpan ingatan yang kuat terutama di otak bagian hippocampus dan amigdala (pengendalian emosi). Jadi membedakan semua variabel itu bisa menjadi rumit dan diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
(pal/pal)