Dosen Unair: Rabies Utamanya Terjadi di Makhluk Berdarah Panas, Termasuk Ternak

ADVERTISEMENT

Dosen Unair: Rabies Utamanya Terjadi di Makhluk Berdarah Panas, Termasuk Ternak

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 29 Jun 2023 08:00 WIB
Harga Ternak Sapi Mahal, Monopoli Ekspor Australia ke Indonesia Terancam Berakhir
Foto: ABC Australia
Jakarta -

Penyakit rabies akhir-akhir ini marak diperbincangkan masyarakat. Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair), Dr Nusdianto Traiksono drh MP menjelaskan, rabies dapat terjadi di semua hewan, utamanya makhluk berdarah panas.

"Memang ini bisa menyerang semua hewan, utamanya makhluk berdarah panas seperti anjing, kucing, atau kelelawar, termasuk hewan ternak atau hewan yang ada di kebun," kata dia, dikutip dari rilis laman resmi Unair pada Selasa (27/6/2023).

Hewan ternak yang biasa jadi kurban pun juga bisa terkena rabies. Nusdianto mengatakan, hewan ternak yang terkena rabies cenderung lebih diam atau bisa juga memiliki gejala takut air (hidrofobia) dan takut sinar (fotofobia).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejala pada Hewan Penderita

Nusdianto memaparkan, ada beberapa gejala jika hewan menderita rabies. Gejala yang terlihat jelas adalah sikap hewan yang jadi lebih agresif.

"Pada tahap tertentu, hewan ini bisa lebih agresif. Dia bisa menggigit apa saja, manusia bahkan kayu atau benda-benda lain," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, ada tahap lain yang namanya paralitik. Pada tahap ini, hewan jadi lebih diam dan bahkan mengarah ke lumpuh.

"Dia tidak banyak bergerak jadi diam sekali," ujarnya lagi.

Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis, Pendidikan, Penelitian, dan Keperawatan Veteriner Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) Unair itu menerangkan, penyakit rabies punya berbagai nama, yaitu Lyssa atau Hydrofobia. Namun, di Indonesia lebih dikenal sebagai penyakit anjing gila.

Nusdianto melanjutkan, penularan rabies bisa dari hewan ke manusia atau hewan ke hewan lewat gigitan.

"Virusnya itu banyak di sekitar mulut, khususnya saliva atau liur. Melalui gigitan atau cakaran, maka virus bisa terbawa menembus kulit dan masuk ke dalam tubuh," jelasnya.

Apabila seseorang memiliki luka terbuka pada kulit dan terkena jilatan hewan rabies, maka virus dari penyakit ini akan masuk ke dalam tubuh.

Nusdianto menerangkan, pasalnya kulit sebenarnya berfungsi sebagai pelindung. Maka, jika kulit terbuka karena tergores atau luka, maka agen infeksi seperti bakteri atau virus bisa masuk ke jaringan di bawah kulit dengan mudah.

Dapat Merusak Otak

Nusdianto menyampaikan, virus rabies dapat merusak otak dan membuat sistem saraf pusat tidak dapat bekerja dengan baik.

"Di manapun bagian tubuh yang mendapat gigitan, virus ini akan berakhir di otak atau sistem saraf pusat," tegasnya. Terlebih, hal ini tak hanya terjadi pada hewan, melainkan juga korban gigitannya.

Nusdianto menekankan, case fatality rate rabies hampir 100 persen. Oleh sebab itu, korban gigitan rabies umumnya meninggal dunia.

Segera Lapor Jika Curiga Hewan Terkena Rabies

Nusdianto berpesan kepada masyarakat untuk segera lapor ke dokter hewan atau dinas peternakan jika curiga hewan peliharaannya terkena rabies. Demikian juga bila ada korban gigitan hewan, maka laporan tetap harus dilakukan.

"Begitu hewan menggigit maka tangkap, amankan, dan jangan dibunuh. Supaya kita periksa dulu hewan ini menderita rabies atau tidak," pesan Nusdianto. Dia menyarankan agar korban gigitan pergi ke pelayanan kesehatan terdekat supaya segera dapat penanganan.

Vaksinasi bisa menjadi upaya untuk mencegah terpaparnya rabies. Imunisasinya bisa dilakukan sekali dalam setahun. Masyarakat dapat menghubungi dokter hewan ataupun dinas peternakan setempat untuk mendapatkan vaksin tersebut.




(nah/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads