Cek Fakta! Benarkah Mendengarkan Musik Bisa Cegah Penurunan Kognitif?

ADVERTISEMENT

Cek Fakta! Benarkah Mendengarkan Musik Bisa Cegah Penurunan Kognitif?

Martha Grattia - detikEdu
Rabu, 28 Jun 2023 11:00 WIB
Ilustrasi perempuan mendengarkan musik dan menari
Foto: iStock/martin-dm/Mendengarkan musik
Jakarta -

Seiring bertambahnya usia, otak mengalami penurunan kognitif atau menurunnya daya ingat, kemampuan berpikir, dan berbahasa. Tapi dengan mendengarkan musik, hal itu bisa dicegah. Benarkah demikian?

Sebuah studi mengungkapkan ternyata mendengarkan musik memang mampu mencegah penurunan kognitif pada manusia lanjut usia (manula) serta merangsang produksi materi abu-abu otak.

Penurunan kognitif sendiri memegang peranan penting, tak hanya daya ingat dan kemampuan berpikir tapi juga keterampilan sosial dan reaksi emosi, sebagaimana dikutip dari detikHealth.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dampak Positif Mendengarkan Musik untuk Otak

Sebuah studi yang dipimpin oleh UNIGE, HES-SO, dan EPFL mengungkapkan bahwa latihan musik dan mendengarkan musik secara aktif mampu mencegah penurunan memori kerja.

Aktivitas ini mempromosikan plastisitas otak yang dikaitkan dengan peningkatan volume materi abu-abu serta dampak positif juga diukur pada memori kerja.

ADVERTISEMENT

Studi ini melibatkan antara 132 pensiunan sehat berusia 62 hingga 78 tahun, yang salah satu syaratnya yaitu mereka tidak mengambil pelajaran musik selama lebih dari enam bulan dalam hidup mereka.

"Kami menginginkan orang-orang yang otaknya belum menunjukkan jejak plastisitas terkait dengan pembelajaran musik. Memang, bahkan pengalaman belajar singkat dalam perjalanan hidup seseorang dapat meninggalkan jejak di otak, yang akan membiaskan hasil kami," kata Damien Marie, selaku penulis pertama studi, dikutip dari Science Daily.

Para peserta dalam studi dibedakan dalam dua kelompok secara acak terlepas dari motivasi mereka memainkan alat musik.

Kedua kelompok memiliki pelajaran mendengarkan aktif yang berfokus pada pengenalan instrumen dan analisis properti musik dalam berbagai gaya musik.

Kelas ini berlangsung selama satu jam dan peserta di kedua kelompok harus mengerjakan pekerjaan rumah selama setengah jam sehari.

Efek Positif dari Kedua Kelompok

Clara James, selaku penulis studi juga mengungkapkan bahwa menemukan efek umum untuk kedua intervensi setelah enam bulan.

Neuroimaging mengungkapkan adanya peningkatan materi abu-abu di empat wilayah otak yang terlibat dalam fungsi kognitif tingkat tinggi pada semua peserta, termasuk area otak kecil yang terlibat dalam plastisitas otak kecil.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa kualitas tidur, jumlah penalaran yang diikuti selama intervensi, dan kuantitas latihan harian ternyata berdampak positif pada peningkatan kinerja.

Namun, peneliti juga menemukan perbedaan antara kedua kelompok. Pada pianis, volume materi abu-abu tetap stabil di korteks pendengaran utama kanan, wilayah kunci untuk pemrosesan suara, sedangkan volumenya menurun pada kelompok pendengar aktif.

"Pola atrofi otak global ada di semua peserta. Oleh karena itu, kami tidak bisa menyimpulkan bahwa intervensi musim meremajakan otak. Mereka hanya mencegah penuaan di daerah tertentu," ujar Damien Marie.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa berlatih dan mendengarkan musik mampu meningkatkan plastisitas otak dan cadangan kognitif.

Selain itu, para peneliti juga percaya bahwa intervensi yang menyenangkan dan bisa diakses ini harus menjadi prioritas kebijakan utama untuk penuaan yang sehat.

Para peneliti pun hendak melanjutkan penelitiannya untuk mengevaluasi potensi intervensi pada orang-orang dengan gangguan kognitif ringan, tahap peralihan antara penuaan normal dan demensia.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads