Galaksi paling redup berhasil diidentifikasi Teleskop Ruang Angkasa James Webb. Cahaya redup ini rupanya dipengaruhi oleh jaraknya yang sangat jauh dari Bumi, sekitar 13,3 miliar tahun cahaya.
Gugus bintang kuno yang hampir tidak terlihat ini lahir sekitar beberapa juta tahun setelah Big Bang. Saat itu, alam semesta (kosmos) diselimuti kabut hitam pekat yang bahkan tidak bisa ditembus cahaya, seperti dilansir dalam Live Science.
Galaksi Kuno yang Hampir Tidak Terlihat
Galaksi dengan sebutan JD1 ini bersinar dalam konstelasi Sculptor di langit selatan. Salah satu galaksi awal ini meninggalkan sumbernya saat alam semesta baru berusia 4% dari usia saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cahayanya melintasi ruang tanpa batas dan awan gas yang menghilang sebelum melewati gugus galaksi Abell 2744. Gaya gravitasi Abell 2744 berperan sebagai kaca pembesar raksasa sehingga galaksi kuno JD1 tampak fokus di teleskop James Webb.
Dari situ, tim peneliti menemukan galaksi JD1 yang super jauh dan temaram. Galaksi ini berupa gumpalan padat yang terbentuk dari tiga sumber utama gas dan debu yang melahirkan bintang. Penemuan ini dilaporkan astronom Guido Roberts-Borsani dkk dalam jurnal Nature.
Bantu Alam Semesta Jadi Penuh Cahaya
Setelah ratusan juta tahun pertama peristiwa Big Bang, alam semesta menjadi cukup dingin. Alhasil, proton bisa berikatan dengan elektron, menciptakan selubung besar gas hidrogen. Selubung tebal ini menghalangi cahaya, sehingga alam semesta sangat gelap.
Bintang dan galaksi-galaksi pertama lalu menggumpal, memancarkan sinar ultraviolet yang mengionisasi ulang kabut hidrogen. 'Pembakaran kabut hidrogen' ini memecahnya jadi proton dan elektron lagi. Alhasil, alam semesta bisa terbebas dari selubung tebal dan bisa dimasuki cahaya.
Galaksi-galaksi pertama menggunakan sangat banyak cahayanya untuk menghilangkan selubung kabut hidrogen. Karena itu, wujud asli galaksi-galaksi kuno selama ini masih belum dapat dipastikan astronom.
Guido Roberts-Borsani, astronom di University of California Los Angeles (UCLA) mengatakan, ilmuwan percaya bahwa galaksi kuno redup seperti JD1 inilah yang membuat alam semesta hari ini bermandikan cahaya.
"Sebagian besar galaksi yang ditemukan lewat teleskop James Webb sejauh ini adalah galaksi-galaksi terang yang langka, dan diperkirakan bukan golongan galaksi muda yang mengisi periode awal alam semesta.
Karena itu, kami memperkirakan bahwa galaksi-galaksi muda bukan pihak utama yang membakar kabut-kabut hidrogen tersebut," kata Roberts-Borsani.
"Di sisi lain, galaksi super redup seperti JD1 jauh lebih banyak. Karena itu, kami percaya bahwa gugus bintang ini mewakili galaksi-galaksi yang melakukan reionisasi sehingga sinar UV memancar melalui ruang dan waktu," sambungnya.
(twu/twu)