Bagaimana Orang Mesir Kuno Memumifikasi Jenazah? Pengetahuannya Mengagumkan!

ADVERTISEMENT

Bagaimana Orang Mesir Kuno Memumifikasi Jenazah? Pengetahuannya Mengagumkan!

Zefanya Septiani - detikEdu
Senin, 29 Mei 2023 19:00 WIB
Cara mumifikasi orang Mesir Kuno (Repro CNN/Nature)
Foto: Cara mumifikasi orang Mesir Kuno (Repro CNN/Nature)
Jakarta -

Peradaban Mesir Kuno melakukan pengawetan atau pembalseman terhadap mayat atau yang biasa dikenal sebagai mumifikasi. Para arkeolog berhasil menemukan bagaimana peradaban pada masa tersebut melakukan mumifikasi.

Dituliskan pada laman CNN, para ilmuwan menemukan zat dan campuran yang digunakan peradaban Mesir kuno untuk membalsem mayat. Temuan ini datang dari runtuhan bengkel mumifikasi.

121 Bejana Digali dari 'Bengkel' Mumifikasi

Sebelumnya, para ilmuwan hanya mengetahui komponen untuk membalsem mayat yang berasal dari teks-teks Mesir. Hal itu menyebabkan mereka hanya dapat menebak terkait komponen dan bahan tepat yang dimaksud.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, para ilmuwan dapat melakukan analisis molekuler terhadap sisa-sisa dalam bejana yang digali dan ditemukan pada tahun 2016. Sisa-sisa pot ini ditemukan di Saqqara, sebuah nekropolis atau kompleks pemakaman Mesir Kuno.

Sebanyak 121 wadah berhasil digali dan diangkat dari 'bengkel' mumifikasi bawah tanah yang digunakan pada abad ke-7 dan ke-6 SM. Para ilmuwan yang berbasis di Jerman dan Mesir kemudian menelusuri sisa-sisa organik dalam 31 bejana tembikar yang memiliki label jelas.

ADVERTISEMENT

Zat Mumifikasi dari Tumbuhan dan Hewan

Zat yang digunakan dalam mumifikasi bermanfaat untuk mengurangi bau tidak sedap dan melindunginya dari jamur, bakteri, dan pembusukan. Peradaban Mesir kuno akan mengoleskan zat-zat tersebut pada tubuh jenazah.

Bahan yang diidentifikasi digunakan dalam proses mumifikasi berasal dari hewan dan tumbuhan, antara lain minyak tumbuhan seperti juniper, cypress atau cemara, dan cedar atau aras, serta resin dari pohon pistachio, lemak hewan, dan lilin lebah atau beeswax.

Selain itu, arkeolog juga berhasil menentukan zat-zat tertentu yang digunakan dalam menjaga bagian tubuh yang berbeda. Misalnya, resin pistachio dan minyak jarak yang hanya digunakan untuk kepala.

"Saya terpesona oleh pengetahuan kimia ini," kata Philipp Stockhammer, seorang profesor arkeologi prasejarah di Universitas Ludwig Maximilian di Munich dan salah satu penulis penelitian tersebut.

"Mereka tahu zat-zat apa yang perlu mereka oleskan pada kulit (zat antibakteri, antijamur) untuk menjaga kulit agar tetap terawat dengan sebaik mungkin tanpa memiliki pengetahuan mikrobiologi, bahkan tanpa mengetahui tentang bakteri. Pengetahuan yang luar biasa ini terkumpul selama berabad-abad," tambahnya.

Temuan ini juga mencakup sebuah zat yang disebut sebagai 'antiu' oleh orang Mesir kuno yang diterjemahkan sebagai mur dan dupa yang merupakan campuran dari bahan yang berbeda. 'Antiu' merupakan campuran minyak cedar, juniper, dan cypress alias cemara serta lemak hewan.

Sementara Susanne Beck yang merupakan peneliti di Departemen Egyptologi dan kurator Koleksi Mesir di Universitas Tubingen, Jerman mengungkapkan bahwa sulit untuk mengetahui seberapa umum zat-zat ini digunakan. Hal itu disebabkan karena sangat sedikitnya bengkel mumifikasi yang telah ditemukan.

Bahan Impor Menunjukkan Perdagangan Internasional

Cara mumifikasi orang Mesir Kuno (Repro CNN/Nature)Cara mumifikasi orang Mesir Kuno (Repro CNN/Nature) Foto: Cara mumifikasi orang Mesir Kuno (Repro CNN/Nature)

Asal bahan yang ditemukan dari bengkel mumifikasi bervariasi dan tidak hanya dari Mesir saja. Beberapa bahan berasal dari beberapa wilayah di Mediterania, serta ditemukan sisa-sisa getah damar dan resin alami yang diperkirakan berasal dari hutan tropis di Asia Tenggara atau wilayah tropis di Afrika.

Temuan-temuan tersebut membuat para peneliti menduga kuat sudah terjadi perdagangan barang internasional di era Mesir Kuno. Kendati demikian masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sifat-sifat yang tepat akan zat-zat yang ditemukan dan menelusuri alasan mengapa zat tersebut diperoleh dari asal yang begitu jauh.

"Resin-resin ini memberikan bukti baru tentang jaringan perdagangan jarak jauh, dan menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan orang Mesir mempelajari tentang resin-resin ini dan memperoleh pemahaman khusus tentang sifat-sifat dan relevansi mereka terhadap pembalseman," jelas Salima Ikram, seorang profesor terkemuka dalam bidang Egyptologi di The American University di Kairo.

Meskipun tidak terlibat dalam penelitian, Ikram mengungkapkan bahwa orang Mesir akan melakukan mumifikasi pada manusia dan hewan untuk memberikan tempat tinggal yang permanen bagi jiwa mereka. Biasanya proses mumifikasi akan dibarengi dengan ritual yang terkait dan memakan waktu sekitar 70 hari. Proses ini diyakini dapat mengubah orang meninggal dari makhluk duniawi menjadi makhluk akherat.




(nwk/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads