Selama ini proses mengubah jasad jadi mumi atau mumifikasi di Mesir kuno telah dipercaya banyak orang sebagai langkah untuk mengawetkan tubuh setelah kematian. Padahal kepercayaan ini keliru, lo!
Banyak arkeolog mengatakan bahwa efek pengawet yang dihasilkan dari mumifikasi kemungkinan besar tidak disengaja. Efek pengawetannya ini yang kemudian justru tersebar di masa mendatang, bukan tujuan utamanya, yakni mumifikasi.
Proses Mumifikasi Orang Mesir Kuno
Melansir situs edukasi Smithsonian, mumifikasi adalah metode pembalseman, atau merawat mayat, yang digunakan orang Mesir kuno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orang Mesir menggunakan proses khusus untuk menghilangkan semua kelembapan dari tubuh, hanya menyisakan bentuk kering yang tidak mudah membusuk.
Tujuannya berkaitan dengan agama mereka bahwa untuk mengawetkan mayat dengan cara yang sehidup mungkin adalah hal penting.
Bahkan saking bisa awetnya, orang modern sekarang dapat melihat tubuh mumi orang Mesir yang sudah hidup 3.000 tahun yang lalu.
Awal Mula Adanya Mumifikasi
Mumifikasi dipraktikkan hampir sepanjang sejarah Mesir awal. Mumi paling awal dari zaman prasejarah mungkin tidak disengaja.
Secara kebetulan, pasir kering dan udara (karena Mesir hampir tidak memiliki curah hujan yang terukur) mengawetkan beberapa mayat yang terkubur di lubang dangkal yang digali ke dalam pasir.
Kemudian sekitar 2600 SM, selama Dinasti Keempat dan Kelima, orang Mesir mulai membuat mumi dengan sengaja. Praktik ini berlanjut dan berkembang selama lebih dari 2.000 tahun, hingga Periode Romawi (sekitar 30 SM-364 M).
Dalam satu periode, kualitas mumifikasi bervariasi. Tingkatnya tergantung pada harga yang dibayarkan untuk itu.
Mumi terbaik yang disiapkan dan diawetkan adalah dari Dinasti ke-18 hingga Dinasti ke-20 Kerajaan Baru (1570-1075 SM). Termasuk di antaranya yaitu mumi Tutankhamun dan firaun terkenal lainnya.
Tujuan Mumifikasi Orang Mesir Kuno
Proses mumifikasi ini bagi orang Mesir kuno berkaitan dengan spiritualitas. Praktik penguburan yang rumit ini menunjukkan bahwa orang Mesir disibukkan dengan pikiran tentang kematian.
Namun sebaliknya, mereka juga mulai membuat rencana kematian sejak dini karena kecintaan mereka yang besar pada kehidupan.
Mereka tidak dapat memikirkan kehidupan yang lebih baik daripada saat ini, dan mereka ingin memastikan bahwa hidupnya akan berlanjut setelah kematian.
Orang Mesir percaya bahwa tubuh mumi adalah rumah bagi jiwa atau roh. Jika tubuh hancur, roh mungkin akan hilang.
Gagasan tentang "roh" yang kompleks di budaya Mesir kuno melibatkan tiga roh: ka, ba, dan akh. Ka, "kembaran" orang tersebut, akan tetap berada di makam dan membutuhkan persembahan dan benda di sana.
Ba, atau "jiwa", bebas terbang keluar dari kubur dan kembali ke sana. Sementara itu, akh, mungkin diterjemahkan sebagai "roh", harus melakukan perjalanan melalui dunia bawah menuju penghakiman terakhir dan masuk ke akhirat. Bagi orang Mesir, ketiganya adalah hal penting.
(faz/twu)