Mengenal Hikikomori, Fenomena 'Mengasingkan Diri' pada Remaja di Jepang

ADVERTISEMENT

Mengenal Hikikomori, Fenomena 'Mengasingkan Diri' pada Remaja di Jepang

Martha Grattia - detikEdu
Kamis, 11 Mei 2023 07:00 WIB
Ilustrasi bersantai
Foto: iStock/Adene Sanchez
Jakarta -

Hikikomori adalah istilah yang berasal dari Jepang. Hikikomori disebut sebagai fenomena di mana para remaja enggan bekerja dan menghindari kontak sosial dengan orang lain.

Dilansir dari 'Jurnal Analisis Penyebab Hikikomori Melalui Pendekatan Fenomenologi' oleh Muhammad Irvansyah dari Universitas Airlangga, seorang psikolog dari Jepang bernama Tamaki Saito mendefinisikan, Hikikomori adalah mengasingkan diri dengan tidak mengikuti kegiatan sosial.

Kegiatan sosial yang dimaksud dapat berupa sekolah, bekerja, atau menjalin interaksi sosial dengan orang lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hikikomori, pada dasarnya yaitu selalu mengurung diri di dalam kamar. Kesehariannya yaitu tidur siang dan terjaga pada malam hari tanpa melakukan interaksi sosial bahkan dengan anggota keluarga sekalipun.

Namun, terdapat beberapa hikikomori yang sesekali keluar rumah hanya sekadar berkunjung ke perpustakaan atau belanja di toko sekitar rumahnya.

ADVERTISEMENT


Terjadi pada Kalangan Remaja

Dilansir dari laman Universitas Darma Persada, hikikomori muncul pada sekitar tahun 1990-an. Pada tahun 2003, terdapat 14.069 kasus hikikomori yang dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang.

Menurut beberapa penelitian, munculnya hikikomori karena perlakuan sosial yang alami sehari-hari, seperti bullying atau tuntutan kerja yang memicu stres.

Hikikomori ini banyak terjadi di kalangan remaja, biasanya terjadi pada seseorang yang baru lulus dari sekolah menengah atau universitas.

Para hikikomori ini tidak memiliki keinginan untuk bekerja, bahkan beberapa adalah drop out dari suatu institusi pendidikan yang mana tidak menyelesaikan studinya lalu menghindari interaksi sosial dengan teman-temannya.

Faktor Penyebab Hikikomori

Fenomena sosial menyebabkan beberapa orang mengurung diri dan menjadi seorang hikikomori. Bukan tanpa faktor atau alasan untuk seseorang menarik diri dari interaksi sosial.

Dilansir dari jurnal Analisis Penyebab Hikikomori Melalui Pendekatan Fenomenologi oleh Muhammad Irvansyah dari Universitas Airlangga, berikut beberapa faktor mengapa seseorang menjadi hikikomori.

Faktor Lingkungan Sekolah

Beberapa anak di Jepang juga mengalami bullying. Daripada mengadu ke keluarga atau sekolah, hal ini membuat mereka ingin meninggalkan dan menutup diri dari lingkungan sekolah.

Tak hanya itu, anak-anak juga akan enggan menjalin interaksi dengan teman-temannya di sekolah yang akhirnya tidak ingin berangkat ke sekolah.

Selain bullying, terdapat Tookoo Kyohi atau sistem pendidikan di Jepang sebelum masuk perguruan tinggi.

Saat itu anak-anak diharapkan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dengan standar yang tinggi.

Harapan tinggi ini memaksa seorang anak akan merasa stress dan berhenti dari sekolah dan menjadi hikikomori.

Faktor Keluarga

Faktor selanjutnya yaitu faktor keluarga yang merupakan hubungan orang tua dengan anak, baik terlalu erat atau tuntutan orang tua.

Banyak orang tua yang menaruh harapan besar pada anaknya, mulai dari meneruskan usaha, menempuh pendidikan yang tinggi, atau merawat orang tua di usia senja.

Namun, beberapa keluarga di Jepang justru menyembunyikan anggota keluarganya yang hikikomori dengan memberikan ruangan dan makanan.

Hal ini justru membuat seorang hikikomori menjadi nyaman untuk menutup diri dari lingkungan.

Padahal seharusnya keluarga menjadi support ke hikikomori untuk kembali berinteraksi dengan masyarakat.

Faktor Lingkungan Sosial

Faktor lingkungan sosial ini dapat berupa lingkungan tetangga, informasi dari media massa, bahkan tradisi.

Contohnya adalah media massa dimana seorang anak terbiasa menyendiri dalam kamar dengan menonton televisi, bermain game, membaca buku, dan memantau dunia media sosial.

Hal seperti itu jika dilakukan terus menerus akan membuat seseorang sulit menjalin interaksi sosial dan terbiasa menyendiri.

Faktor Individu

Faktor individu inilah yang menentukan seseorang menjadi hikikomori, yang dapat terjadi karena depresi.

Banyaknya tuntutan membuat seseorang tertekan lalu memicu stres dan depresi. Sehingga, hikikomori merupakan jalan yang diambil saat seseorang mengalami depresi.

Nah, itulah penjelasan mengenai hikikomori. Fenomena ini tidak hanya berlaku di Jepang karena dapat terjadi pada semua orang.

Maka dari itu, empat faktor itu sangat penting untuk diketahui supaya kita tetap dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita ya, detikers.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads