Terpopuler Sepekan: Dedemit Diteliti Antropolog hingga Kenapa saat SD Lebih Pintar?

ADVERTISEMENT

Terpopuler Sepekan: Dedemit Diteliti Antropolog hingga Kenapa saat SD Lebih Pintar?

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Minggu, 07 Mei 2023 11:00 WIB
Kuntilanak mejeng di billboard Jalan Dipatiukur, Kota Bandung.
'Penampakan kuntilanak' di Jawa Barat yang sempat meresahkan warga. Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar
Jakarta -

Bagaimana kuntilanak-tuyul yang adalah makhluk halus legenda rakyat Indonesia dijadikan objek penelitian? Beberapa antropolog sempat menelitinya dan membuat makhluk tak kasat mata ini jadi bahan kajian ilmiah.

Bukan, bukan meneliti makhluk halusnya, melainkan kepercayaan masyarakat Indonesia atas hantu legendaris ini tepatnya yang menjadi objek penelitian.

Antropolog Jerman, Timo Duile, telah mempublikasikan penelitiannya dalam Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia pada 2020 dengan judul "Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Artikel ini membahas hantu Kuntilanak/Pontianak, sejenis vampir yang tidak hanya menghantui ingatan kolektif orang-orang di ranah Melayu, tetapi juga berperan penting bagi kota Pontianak (ibu kota provinsi Kalimantan Barat di Indonesia) sebagai roh pengusir yang menghantui, menakutkan, dan tidak ada," ungkap Timo dalam jurnalnya.

Sedangkan tuyul diteliti antropolog asal Amerika Serikat (AS) Clifford Geertz. Peneliti Amerika melakukan kajian antropologi klasik mengenai agama di Jawa dengan menghasilkan buku berjudul "Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa."

ADVERTISEMENT

Ia berpendapat bahwa sebagian masyarakat Jawa memiliki kepercayaan terhadap makhluk halus. Namun dalam bukunya, Geertz juga menekankan bahwa ia tidak membahas apakah tuyul itu nyata atau rekaan.

Ia lebih tertarik memahami fungsi keyakinan tersebut bagi masyarakat Mojokuto (sebuah tempat zaman dulu di wilayah Jawa Timur), yang ia teliti.

Hasil riset kedua antropolog asing itu menjadi yang paling menyita perhatian pembaca detikEdu dalam sepekan terakhir. Selain itu, fenomena mengapa rata-rata orang lebih pintar saat SD dibanding SMP hingga SMA terjawab oleh pemerhati dan aktivis pendidikan Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan.

"Kenapa SD kemudian lebih fokus, bukan semata-mata karena belum ada kerjaan lain kesibukan lain. Ya karena buat anak SD ngerjain soal, drilling itu hal baru," jelas Bukik.

Bukik menyebut, berdasarkan pengalaman dan riset, anak-anak yang di-drill dengan latihan soal memang cenderung mudah bosan, patah semangat, dan kemungkinannya lebih kecil untuk melanjutkan sekolah menengah. Faktor lain, menjejak ke sekolah menengah, kebutuhan anak yang beranjak remaja adalah bersosialisasi, mencari identitas, berinteraksi dengan komunitas yang lebih luas, mendekati lawan jenis, dan sebagainya.

"Kalau pembelajarannya masih tekstual, masih ngerjain soal, itu tidak sesuai dengan kebutuhan. Akhirnya anak mencari caranya sendiri untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya. Sehingga itu wajar," ungkapnya.

Selengkapnya berikut 10 artikel terpopuler sepekan detikEdu periode 30 April hingga 6 Mei 2023:




(nwk/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads