Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu-Budha terakhir yang ada di Nusantara. Kerajaan Majapahit mulai runtuh pada tahun 1404. Apa penyebabnya?
Saat masih berjaya, Kerajaan Majapahit mengalami tiga kali perpindahan pusat pemerintahan. Ketiga pusat pemerintahannya berada di Jawa Timur dan tidak memiliki jarak yang terlalu jauh.
Pertama, pusat kepemimpinan kerajaan terletak di Mojokerto. Pada masa ini, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh pendiri kerajaan dan raja pertama bernama Raden Wijaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, pada saat masa pemerintahan Sri Jayanegara (raja kedua Majapahit), pusat pemerintahan kerajaan dipindahkan menuju ke Trowulan yang memiliki jarak sejauh 12 km dari pusat kota Mojokerto.
Pusat pemerintahan Majapahit dipindah lagi ke Daha atau yang saat ini dikenal sebagai Kediri dan merupakan lokasi pusat pemerintahan terakhir sebelum keruntuhan dari kerajaan ini.
Runtuhnya salah satu kerajaan terbesar di nusantara ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit:
1. Kematian Hayam Wuruk
Dikutip dari buku Majapahit yang diterbitkan Balai Arkeologi Yogyakarta, Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaannya di bawah pimpinan Hayam Wuruk yang dimulai pada tahun 1350 M hingga 1389 M.
Hayam Wuruk dibantu oleh Patih Gadjah Mada untuk menyatukan wilayah Nusantara di bawah Sumpah Palapa. Setelah berhasil menyatukan beberapa wilayah di Nusantara, kerajaan Majapahit mencapai masa keemasannya.
Sayangnya, setelah era kepemimpinan Hayam Wuruk berakhir, Majapahit mulai mengalami keruntuhannya. Wikramawardhana, raja Majapahit setelah Hayam Wuruk digadang-gadang sebagai sosok di balik runtuhnya kerajaan ini.
2. Perang Paregreg 1404
Dalam buku Hikayat Majapahit oleh Nino Oktorino, posisi Hayam Wuruk digantikan keponakan sekaligus menantunya, Wirakramawarddhana pada 1389.
Namun, pengangkatan ini ditentang anak Hayam Wuruk, Bhattara Wirabhumi yang menjadi penguasa istana timur Majapahit.
Wirabhumi dan Wirakramawarddhana juga sama-sama menginginkan istrinya menjadi pemimpin kerajaan kecil Lasem.
Kemudian terjadilah Perang Paregreg pada tahun 1404. Paregreg berarti peristiwa huru-hara. Pasukan istana barat lalu menewaskan Wirabhumi.
Tetapi, kejayaan Majapahit tetap merosot dengan berpisahnya daerah-daerah Majapahit di luar Jawa dan wabah kelaparan pada 1426. Sementara itu, perselisihan internal kerajaan terus terjadi.
3. Konflik Internal Kerajaan
Dalam buku "Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara" karya Deni Prasetyo dijelaskan bahwa Ratu Suhita anak Wirakramawarddhana memimpin hingga wafat.
Tapi karena tidak memiliki anak, ia digantikan adiknya, Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya. Raja Kertawijaya tidak lama memerintah di Kerajaan Majapahit.
Ia segera digantikan Bhre Pamotan yang bergelar Sri Rajasawardhana yang juga memerintah hanya tiga tahun.
Lalu antara 1453-1456, Kerajaan Majapahit tidak memiliki seorang raja pun karena pertentangan dalam keluarga kerajaan. Perebutan kekuasaan dari tahun 1466-1500 menyebabkan kerajaan ini semakin mengalami kemunduran.
4. Kebangkitan Malaka
Malaka menjadi jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke India dan wilayah lainnya. Untuk mendapat suplai bahan pangan, penguasa Kerajaan Malaka mengirim upeti pada Majapahit di Jawa.
Tetapi, orang-orang Malaka tersebut juga mendorong orang-orang keturunan China, Persia, dan Tamil di kota-kota pelabuhan utara Jawa untuk berdagang ke Malaka dan merdeka dari Kerajaan Majapahit selama abad ke-15.
5. Pengaruh Dinasti Ming
Perdagangan rempah-rempah yang pesat di daerah kekuasaan Majapahit semakin maju ketika pengaruh Kerajaan Majapahit justru semakin berkurang.
Hal ini mendorong komoditas perdagangan di pantai Sumatera, Malabar India, dan lain-lain berdagang di luar kerajaan atau secara independen.
Kemunduran pengaruh Kerajaan Majapahit bersamaan dengan menguatnya ekspansi Dinasti Ming dari China di bawah Kaisar Cheng-Tsu atau Yung Lo.
Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming lalu memperluas pengaruh dinasti ke Asia Tenggara, termasuk Jawa, Sumatera, dan Malaka. Ia memperkuat hubungan dengan kerajaan setempat sambil menyebarkan agama Islam.
5. Kemunculan Kerajaan Islam
Masa itu, rempah-rempah menarik pedagang asing untuk pergi ke pelabuhan-pelabuhan pesisir Jawa. Sambil berdagang, penyebaran agama Islam terjadi dari pedagang asal Asia Barat yang berlabuh ke pelabuhan-pelabuhan Majapahit.
Raden Patah, keturunan Majapahit, kelak mendirikan desa muslim yang menjadi Kerajaan Demak. Demak lalu menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa lewat Wali Songo. Faktor agama ini mendorong perlawanan politik dan perpecahan di wilayah Kerajaan Majapahit.
Lalu pada tahun 1522, Majapahit tidak lagi disebut sebagai sebuah kerajaan, namun hanya sebuah kota.
(faz/nwk)