Benarkah Tinggal dengan Kucing & Anjing Bisa Bermanfaat bagi Anak Kecil?

ADVERTISEMENT

Benarkah Tinggal dengan Kucing & Anjing Bisa Bermanfaat bagi Anak Kecil?

Martha Grattia - detikEdu
Jumat, 07 Apr 2023 16:00 WIB
Bayi dan kucing
Foto: Istimewa/Kucing dan Bayi
Jakarta -

Sebuah penelitian mengenai anak-anak yang terpapar kucing atau anjing peliharaan selama perkembangan janin atau awal masa bayi terlihat lebih sedikit mengalami alergi makanan di bandingkan dengan anak-anak lain ini dilakukan oleh tim peneliti dari Jepang.

Dilansir dari laman IFL Science, menurut Food Allergy Research & Education, alergi makanan telah meningkat beberapa tahun terakhir dengan lebih dari 32 juta orang Amerika yang memiliki alergi makanan mengancam jiwa.

Alergi dapat berasal dari respon imun yang merugikan ketika terkena jenis makanan tertentu. Biasanya reaksi yang ditimbulkan melibatkan sistem kekebalan yang menyerang makanan protein yang tidak berbahaya dan dapat menyebabkan anafilaksis pada kasus yang serius.


Kucing dan Anjing Efektif Mencegah Penyakit Alergi

Sejauh ini peneliti memiliki gagasan bahwa paparan hewan peliharaan efektif dalam mencegah penyakit alergi.

Lingkungan sangat bersih sebenarnya gagal memberikan paparan cukup terhadap kuman yang diperlukan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Gagasan ini diambil dari riset hygiene hypothesis.

Tak hanya itu, riset ini juga menunjukkan manfaat potensial dari paparan anjing selama masa kanak-kanak yang terkait dengan alergi makanan. Namun, lebih sedikit penelitian yang dilakukan mengenai paparan hewan peliharaannya.

Akhir-akhir ini ada studi baru yang berusaha mengatasi hal tersebut. Seorang peneliti dari Fukushima Regional Center for the Japan Environment and Children's Study, Jepang yang bernama Hisao Okabe dan rekannya ini memeriksa data paparan hewan peliharaan dan alergi makanan untuk 66.215 anak guna melihat apakah kontak dengan hewan berbeda berdampak pada risiko alergi makanan.

Berdasarkan data di atas, ini adalah rekap dari rekam medis selama trimester pertama, saat persalinan, dan pada pemeriksaan satu bulan.

Setelah melahirkan, informasi tambahan dikumpulkan setiap enam bulan dari pengasuh yang melakukan kuisioner yang dilaporkan sendiri.

Maka dari itu, kualitas dari informasi ini tergantung pada daya ingat yang akurat dari setiap peserta.

Selain itu, peneliti tidak dapat menilai secara individual peserta anak untuk alergi yang dilaporkan yang artinya mereka tergantung pada diagnosa dokter yang dilaporkan orang tua yang diperoleh dari kuesioner.

Karena metode yang digunakan menguji alergi makanan ini bentuk diagnosis alergi yang tervalidasi membawa risiko memicu anafilaksis dan tidak cocok untuk kohort sebesar populasi penelitian.

Hamster Memiliki Resiko Alergi Kacang yang Lebih Tinggi

Berdasarkan penemuan, para tim menunjukkan bahwa paparan anjing dan kucing dalam ruangan secara signifikan mengurangi adanya alergi makanan.

Paparan dari anjing secara signifikan menurunkan kemungkinan berkembangnya alergi susu, telur, dan kacang-kacangan.

Sedangkan untuk paparan kucing menurunkan kemungkinan berkembangnya alergi terhadap telur, gandum, dan kedelai secara signifikan.

Namun, peneliti juga menemukan bahwa anak-anak yang terpapar hamster memiliki risiko alergi kacang yang jauh lebih tinggi. Ini disebabkan karena hamster makan kacang dalam jumlah banyak.

Maka dari itu, peneliti menyarankan untuk selalu mencuci tangan dan menjauhkan hamster dari bayi untuk meminimalisir risiko alergi kacang.

Penelitian ini menunjukkan potensi manfaat memiliki anjing dan kucing sebagai hewan peliharaan saat anak-anak masih sangat kecil.

Meskipun hasilnya tidak selalu menunjukkan sebab akibat, anjing dan kucing ini membantu masa depan dalam mekanismenya yang terkait dengan alergi makanan pada anak-anak.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads