Sebuah penelitian dari North Carolina State University baru-baru ini menemukan bahwa risiko terkait pemilu yakni stres antisipatif yang menyebabkan efek kesehatan fisik yang merugikan. Namun, penelitian tersebut juga menemukan ada sesuatu yang dapat dilakukan orang untuk mengurangi efek negatif tersebut.
Stres antisipatif sebagaimana didefinisikan dalam University of Minnesota Extension adalah peningkatan respons stres terhadap situasi yang sulit atau tidak dapat diprediksi.
Penulis dalam studi tersebut sekaligus profesor psikologi di North Carolina State University, Shevaun Neupert mengatakan penelitian ini adalah studi pertama yang menunjukkan bahwa stres antisipatif terkait pemilu dapat membahayakan kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Studi ini memberi tahu kita bahwa, berpikir kita akan merasakan stres dalam waktu dekat juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan kita," ujarnya, dikutip dari laman resmi kampus.
Riset ini mengacu pada data yang dikumpulkan dari 140 orang dewasa dari seluruh Amerika Serikat. Peserta diminta untuk mengisi survei online setiap hari selama 30 hari, dari 15 Oktober hingga 13 November 2018, minggu-minggu sebelum dan sesudah pemilihan paruh 2018.
"Kami menemukan bahwa peserta mengeluhkan kesehatan fisik yang lebih buruk pada hari-hari ketika mereka juga memiliki tingkat stres antisipatif yang tinggi," kata profesor psikologi tersebut.
"Artinya mereka diperkirakan akan mengalami stres terkait pemilu dalam 24 jam ke depan," imbuhnya. Menurut Neupert, dengan kata lain mengantisipasi kemungkinan stres sudah cukup untuk membuat para responden merasa lebih buruk.
Dia menyebut, penelitian ini memang bergantung pada peserta studi yang melaporkan tentang kesehatan mereka, tetapi pendekatan yang digunakan adalah yang paling dapat diandalkan dan secara konsisten terbukti menjadi indikator objektif kesehatan fisik dan kesejahteraan seseorang.
Kabar baiknya, para peneliti juga menemukan ada strategi yang dapat digunakan orang untuk membantu menjaga kesehatan mereka, bahkan saat mengalami stres ini. Solusi tersebut dinamakan sebagai analisis masalah.
"Analisis masalah, dalam hal ini adalah ketika orang berpikir kritis tentang mengapa mereka yakin akan mengalami stres terkait pemilu selama 24 jam ke depan," kata Neupert.
"Misalnya, jika mereka berpikir mereka akan berdebat tentang pemilu dengan seorang kenalan dalam 24 jam ke depan, mereka mungkin memikirkan tentang mengapa mereka akan bertengkar atau tentang apa pertengkaran itu. Pada dasarnya, analisis masalah adalah terlibat secara mental dengan masalah apa pun yang sedang mereka antisipasi," lanjutnya.
Para ahli menemukan efektivitas analisis masalah, yaitu pada hari-hari ketika peserta mengalami stres antisipatif, tetapi juga secara aktif terlibat dalam analisis masalah, mereka tidak mengalami penurunan kesehatan fisik.
Neupert menerangkan, analisis masalah dapat membantu orang memikirkan cara untuk menghindari pertengkaran yang sedang mereka antisipasi atau membantu memikirkan cara untuk membuat pertengkaran tidak terlalu panas.
Studi ilmiah ini diterbitkan dalam jurnal Psychological Reports dengan tajuk "Combatting Election Stress: Anticipatory Coping and Daily Self-Reported Physical Health."
(nah/nwy)