Badai, puting beliung, dan topan kerap membuat porak poranda di sekitar bentangan tropis planet Bumi. Namun, ketiga fenomena ini nyaris tidak pernah mendekati khatulistiwa. Mengapa demikian?
Sebelum mengetahui alasannya, pertama-tama mari ketahui perbedaan badai, puting beliung, dan topan terlebih dahulu.
Perbedaan Badai, Topan, dan Puting Beliung
Badai, puting beliung, dan topan adalah fenomena yang sama, tetapi penyebutannya berbeda tergantung di mana terjadinya. Badai atau hurricanes adalah istilah yang digunakan jika terjadinya di Atlantik Utara dan Pasifik timur laut, topan atau typhoons untuk di Pasifik Barat, dan puting beliung/siklon atau cyclones di Samudra Hindia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar lebih mudah dipahami, kita akan menyebut ketiga badai tropis ini sebagai "badai" dalam artikel ini.
Badai terjadi seperti turbin berputar yang besar yang didorong oleh udara yang hangat dan lembap. Mereka cenderung terbentuk di laut tropis dengan suhu air di atas 26Β°C atau 79Β°F.
Dikutip dari IFL Science, udara di atas permukaan laut kemudian menjadi panas oleh air yang hangat. Ini menyebabkan udara tersebut naik dan mendingin, membentuk awan dan badai petir. Naiknya udara juga menyebabkan kantong bertekanan rendah terbentuk di bawahnya, yang menyebabkan udara masuk dengan cepat.
Bersama dengan pengaruh angin, kondisi ini dapat menyebabkan angin ribut memasuki putaran. Akhirnya, awan yang menggunung di atas melepaskan hujan dan membuang panas ke permukaan, yang selanjutnya memicu badai di bawah.
Arah angin dan putaran badai ditentukan oleh gaya coriolis, yaitu putaran inersia suatu benda yang disebabkan oleh rotasi Bumi. Di belahan Bumi Utara, putaran Bumi menyebabkan udara ditarik berlawanan arah jarum jam, yang kemudian menghasilkan badai yang berputar berlawanan arah jarum jam. Di belahan Bumi selatan, terjadi sebaliknya dan badai berputar searah jarum jam.
Alasan Tidak Ada Badai Dekat Khatulistiwa
Meskipun 'subur' di perairan tropis, badai jarang terbentuk dalam jarak 300 kilometer atau sekitar 186 mil dari garis khatulistiwa. Pada tahun 2003, Topan Vamei terlihat berputar hanya 150 kilometer (sekitar 93 mil) di utara khatulistiwa, tetapi itu adalah pengecualian yang terjadi kurang dari sekali dalam satu abad.
Peristiwa badai tidak ditemukan di dekat khatulistiwa karena tidak ada efek coriolis, artinya cuaca buruk tidak cenderung menjadi badai.
Demikian pula, badai tidak terlihat melintasi garis khatulistiwa karena itu berarti mereka harus berhenti berputar, berbalik arah, dan berputar ke arah lain untuk berlanjut.
Secara hipotetis, badai mungkin bisa saja terjadi di dekat khatulistiwa. Gary Barnes, Profesor Meteorologi di Universitas Hawaii, menjelaskan bahwa secara teoretis badai memungkinkan menjadi cukup kuat untuk melanjutkan momentumnya di atas gaya coriolis yang relatif lemah dan berjalan ke ekuator.
Namun, Profesor Barnes dan yang lainnya mencatat bahwa mereka tidak pernah menemukan contoh kejadian ini di dunia nyata.
(nah/pal)